Yogyakarta (ANTARA) - Badan Informasi Geospasial (BIG) mengadakan lokakarya Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI2013) di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan SRGI2013 sebagai standar koordinat data geospasial di seluruh wilayah Indonesia yang terintegrasi, termasuk data darat dan laut.

Selain itu, lokakarya ini juga membahas tantangan serta solusi terkait integrasi data geospasial dan mendorong kolaborasi lintas sektor untuk pengelolaan data geospasial yang lebih efektif dan berkelanjutan dengan menggunakan teknologi dan metode terkini dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs).

Dalam sambutannya, Kepala BIG Muh Aris Marfai menekankan peran strategis SRGI2013. SRGI2013 hadir sebagai pedoman yang menyediakan sistem referensi nasional yang konsisten, baik dalam hal sistem koordinat maupun referensi geospasial, yang diperlukan untuk mendukung integrasi data di berbagai sektor, mulai dari kebencanaan hingga perencanaan pembangunan.

"SRGI2013 menjadi kunci bagi lembaga negara, pemerintah daerah, dan sektor swasta dalam memanfaatkan data geospasial yang konsisten dan terintegrasi. Hal ini sangat penting untuk mendukung kegiatan operasional dan perencanaan strategis. kita dapat mengintegrasikan data dengan lebih efisien dan meminimalisir risiko ketidaksesuaian data yang berpotensi menghambat pengambilan keputusan dalam sektor-sektor krusial, seperti perencanaan tata ruang, mitigasi bencana, pengelolaan sumber daya alam, dan pembangunan infrastruktur," ujar Aris.

Lokakarya ini juga membahas tantangan dan solusi dalam integrasi data geospasial darat dan laut melalui kerangka referensi geospasial tunggal. Integrasi ini diperlukan untuk memastikan data yang dihasilkan dari berbagai sumber dapat digunakan secara seragam dan kompatibel, terutama dalam penyusunan kebijakan publik dan pengelolaan sumber daya alam.

Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar Mohamad Arief Syafi'i menambahkan, dengan kerangka referensi geospasial tunggal, bisa memadukan data dari berbagai sektor dengan lebih efisien, mendukung analisis yang lebih mendalam dan pengambilan keputusan berbasis data.

Acara ini juga menyoroti kontribusi implementasi SRGI2013 terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh PBB. Arief menekankan bahwa beberapa SDGs berkaitan erat dengan pemanfaatan data geospasial yang akurat.

"Dengan sistem referensi yang standar dan terpadu, kita dapat mengintegrasikan data dengan lebih efisien dan meminimalisir risiko ketidaksesuaian data yang berpotensi menghambat pengambilan keputusan dalam sektor-sektor krusial, seperti perencanaan tata ruang, mitigasi bencana, pengelolaan sumber daya alam, dan pembangunan infrastruktur," ujarnya.

Selain itu, bidang Geodesi dan Geomatika diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan sistem ini melalui teknologi pengukuran canggih. "Keahlian di bidang ini sangat diperlukan untuk memitigasi perubahan iklim, mengelola risiko bencana, dan merancang infrastruktur yang tahan lama," kata Arief.

Lokakarya dihadiri juga oleh Sekretaris Utama BIG Belinda Arunarwati Margono, Plt. Direktur Sistem Referensi Geospasial Indonesia Bayu Triyogo Widyantoro, para ahli dan praktisi dari berbagai sektor, perwakilan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, Program Studi Teknik Geodesi/Geomatika dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia, serta pihak swasta dari perusahaan yang bergerak di bidang survei dan pemetaan.

Lokakarya SRGI2013 diisi juga dengan pemberian apresiasi atas pemanfaatan SRGI2013 kepada para pengguna, dan diskusi yang terdiri atas tiga sesi diskusi panel dengan tema berbeda.

Melalui sinergi antara berbagai pihak diharapkan Indonesia dapat mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan serta memperkuat ketahanan nasional menghadapi tantangan lingkungan dan perubahan iklim.

Pewarta : SP
Editor : Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024