Yogyakarta (ANTARA) - Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta menggelar simulasi mitigasi bencana gempa bumi dengan tema "Perempuan Tangguh Tanggap Bencana", Kamis, yang dilaksanakan secara serentak di 17 asrama dan diikuti 1.400 orang.
"Populasi perempuan dengan 51 persen dari jumlah penduduk layak dibekali kemampuan menanggulangi bencana. Setidaknya bagi siswi Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah dan orang terdekat jika terjadi bencana," kata Direktur Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta Unik Rasyidah MPd.
Sebagai daerah dengan potensi bencana yang bisa datang setiap saat, kata dia, kaum perempuan harus dibekali dengan keterampilan dasar penyelamatan dan penanggulangan jika terjadi bencana.
"Diharapkan siswi Mu'allimaat menjadi agen penanggulangan yang mengajarkan pengetahuan dasar bencana dan penanggulangannya sampai dengan membantu petugas jika terjadi bencana," ujarnya.
Menurut Unik Rasyidah, kegiatan itu menjadi spirit siswi Mu'allimaat untuk tangguh, kuat, tabah dan tahan dalam menghadapi bencana. "Bencana tidak dapat diprediksi secara pasti," kata Unik.
Simulasi kebencanaan rutin diadakan setiap tahun di Mu'allimaat agar mitigasi bisa diperkuat bagi 1.200 siswi yang tersebar di 17 asrama dengan lokasi tidak jauh dari pusat kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan yang digelar Mu'allimaat disambut baik Anang Masduki dari MDMC PWM DIY. "Simulasi kebencanaan ini agar kita siap mental serta siap siaga," kata Anang Masduki.
Menurut dia, mitigasi bencana penting untuk meningkatkan pemahaman seputar kebencanaan kepada siswi Mu'allimaat agar mereka paham apa yang harus dilakukan bila terjadi kebencanaan.
Pada kesempatan itu Anang mengajak para siswi Mu'allimaat untuk melaksanakan simulasi mitigasi bencana. "Sehingga para siswi diharapkan menjadi paham bagaimana mitigasi gempa yang baik dan benar, khususnya di lingkungan asrama," kata Anang Masduki.
Ibnu Hajar selaku pendamping penanggulangan kebencanaan BPBD Kota Yogyakarta, mengatakan mitigasi bencana bukan sebatas tanggung jawab pemerintah. "Tetapi juga warga masyarakat secara keseluruhan," ujarnya.
Melalui pengetahuan mitigasi bencana sangat penting karena potensi perempuan secara fisik dan mental juga sama dengan laki-laki, bahkan melebihinya. Perempuan tangguh tanggap bencana sebagai upaya memperkuat mitigasi bencana dengan melibatkan masyarakat dan kelompok masyarakat.
Dengan pengetahuan dasar itu nantinya bisa membantu siswi Mu'allimaat dan masyarakat sekitar jika terjadi darurat bencana atau harus menolong korban dan membantu petugas di lapangan.
Simulasi dimulai dengan tanda bahaya saat terjadi bencana. Siswi Mu'allimaat kemudian dikumpulkan untuk membagi diri dalam beberapa kelompok yang bertugas menyisir daerah bencana untuk menemukan korban. Kelompok lainnya menyiapkan area pertolongan dan peralatan P3K.
Selama kegiatan berlangsung terlihat semua siswi Mu'allimaat saling bekerja sama dalam situasi penuh tekanan dan memastikan setiap orang melakukan upaya penyelamatan. Baru kemudian, jika terdapat korban luka maupun lainnya, kelompok yang berhasil mengevakuasi korban menyerahkan penanganan kepada kelompok lainnya.
Di area pertolongan terlihat kelompok mendampingi petugas medis dan tenaga lapangan untuk mulai mengidentifikasi korban. Korban luka ringan langsung diobati dan korban luka parah dibawa ke rumah sakit. Beberapa ambulan juga dilibatkan dalam simulasi dan mulai mengangkut korban.
Dalam simulasi tersebut tergambar kecekatan dan keterampilan para siswi Mu'allimaat dalam menangani korban yang dilakukan dalam situasi mendekati peristiwa sebenarnya, bahkan dalam detail mengatur lalu lintas ambulan dalam kondisi darurat.
"Populasi perempuan dengan 51 persen dari jumlah penduduk layak dibekali kemampuan menanggulangi bencana. Setidaknya bagi siswi Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah dan orang terdekat jika terjadi bencana," kata Direktur Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta Unik Rasyidah MPd.
Sebagai daerah dengan potensi bencana yang bisa datang setiap saat, kata dia, kaum perempuan harus dibekali dengan keterampilan dasar penyelamatan dan penanggulangan jika terjadi bencana.
"Diharapkan siswi Mu'allimaat menjadi agen penanggulangan yang mengajarkan pengetahuan dasar bencana dan penanggulangannya sampai dengan membantu petugas jika terjadi bencana," ujarnya.
Menurut Unik Rasyidah, kegiatan itu menjadi spirit siswi Mu'allimaat untuk tangguh, kuat, tabah dan tahan dalam menghadapi bencana. "Bencana tidak dapat diprediksi secara pasti," kata Unik.
Simulasi kebencanaan rutin diadakan setiap tahun di Mu'allimaat agar mitigasi bisa diperkuat bagi 1.200 siswi yang tersebar di 17 asrama dengan lokasi tidak jauh dari pusat kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan yang digelar Mu'allimaat disambut baik Anang Masduki dari MDMC PWM DIY. "Simulasi kebencanaan ini agar kita siap mental serta siap siaga," kata Anang Masduki.
Menurut dia, mitigasi bencana penting untuk meningkatkan pemahaman seputar kebencanaan kepada siswi Mu'allimaat agar mereka paham apa yang harus dilakukan bila terjadi kebencanaan.
Pada kesempatan itu Anang mengajak para siswi Mu'allimaat untuk melaksanakan simulasi mitigasi bencana. "Sehingga para siswi diharapkan menjadi paham bagaimana mitigasi gempa yang baik dan benar, khususnya di lingkungan asrama," kata Anang Masduki.
Ibnu Hajar selaku pendamping penanggulangan kebencanaan BPBD Kota Yogyakarta, mengatakan mitigasi bencana bukan sebatas tanggung jawab pemerintah. "Tetapi juga warga masyarakat secara keseluruhan," ujarnya.
Melalui pengetahuan mitigasi bencana sangat penting karena potensi perempuan secara fisik dan mental juga sama dengan laki-laki, bahkan melebihinya. Perempuan tangguh tanggap bencana sebagai upaya memperkuat mitigasi bencana dengan melibatkan masyarakat dan kelompok masyarakat.
Dengan pengetahuan dasar itu nantinya bisa membantu siswi Mu'allimaat dan masyarakat sekitar jika terjadi darurat bencana atau harus menolong korban dan membantu petugas di lapangan.
Simulasi dimulai dengan tanda bahaya saat terjadi bencana. Siswi Mu'allimaat kemudian dikumpulkan untuk membagi diri dalam beberapa kelompok yang bertugas menyisir daerah bencana untuk menemukan korban. Kelompok lainnya menyiapkan area pertolongan dan peralatan P3K.
Selama kegiatan berlangsung terlihat semua siswi Mu'allimaat saling bekerja sama dalam situasi penuh tekanan dan memastikan setiap orang melakukan upaya penyelamatan. Baru kemudian, jika terdapat korban luka maupun lainnya, kelompok yang berhasil mengevakuasi korban menyerahkan penanganan kepada kelompok lainnya.
Di area pertolongan terlihat kelompok mendampingi petugas medis dan tenaga lapangan untuk mulai mengidentifikasi korban. Korban luka ringan langsung diobati dan korban luka parah dibawa ke rumah sakit. Beberapa ambulan juga dilibatkan dalam simulasi dan mulai mengangkut korban.
Dalam simulasi tersebut tergambar kecekatan dan keterampilan para siswi Mu'allimaat dalam menangani korban yang dilakukan dalam situasi mendekati peristiwa sebenarnya, bahkan dalam detail mengatur lalu lintas ambulan dalam kondisi darurat.