Yogyakarta (ANTARA) - Proses demokrasi elektoral di Indonesia dalam rekruitmen politik perlu berpedoman pada etik dan moral. 

Pelanggaran etika politik, dengan praktik kotor, meraih kemenangan dengan segala cara termasuk lewat politik uang akan mencederai demokrasi dan merusak kepercayaan rakyat. 

"Jangan pernah percaya rakyat bisa dibeli, elit yang tidak bisa bekerja mereka beli suara," kata Eko Suwanto, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta, dalam kuliah tamu di hadapan mahasiswa STPMD APMD Yogyakarta, Kamis, 7/11/2024.

Di dalam paparan di hadapan mahasiswa STPMD APMD, Eko Suwanto menyatakan sebagai politisi,  di pemilihan legislatif 2024 pada Pebruari lalu, dirinya memilih untuk berkampanye meraih suara pemilih dengan memberikan edukasi politik kepada masyarakat. 

Eko Suwanto, mengajak juga mahasiswa STPMD APMD Yogyakarta berikan edukasi kepada masyarakat, untuk tak mudah tergoda politik uang karena merusak sendi demokrasi. 

"Saya memilih untuk tidak money politics, di tengah proses pemilu yang ugal-ugalan, mari edukasi masyarakat jelang pilkada serentak ini agar menolak politik uang, " kata Eko Suwanto. 

Disebutkan untuk konteks Yogyakarta, dirinya memilih cara berkampanye dengan hal-hal yang dekat dengan anak muda misalnya. Pilihan berkampanye dengan mematuhi aturan memang butuh konsistensi. 

"Segmen anak muda kita berbagi coklat, lalu kampanye bersama tukang pijat, tukang jamu. Itulah yang mengantar saya terpilih, cara saya melawan money politics," kata Eko Suwanto, politisi muda PDI Perjuangan.

Pewarta : SP
Editor : Luqman Hakim
Copyright © ANTARA 2024