Yogyakarta (ANTARA) - Bank Jateng Syariah kembali menorehkan prestasi dengan meraih penghargaan Indonesia Best Sharia Business Unit of Regional Bank 2025 dalam ajang Indonesia Sharia and Halal Top Brand Awards 2025. Acara ini digelar oleh Warta Ekonomi pada 25 Februari 2025 di Sultan Hotel, Jakarta, dengan mengusung tema "Creating Halal and Sharia Ecosystem through Digitalization to Increase Economic Resilience'.
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap peran Bank Jateng Syariah dalam membangun ekosistem keuangan berbasis syariah, khususnya di tingkat daerah. Keberhasilan ini semakin mengukuhkan komitmen Bank Jateng Syariah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia, terutama di Jawa Tengah.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kapitalisasi pasar keuangan syariah Indonesia pada 2024 mencapai Rp6.825,3 triliun, tumbuh 11,1 persen dibanding tahun sebelumnya. Tren positif ini juga tercermin dalam kinerja Bank Jateng Syariah yang semakin aktif mengembangkan layanan digital untuk menjangkau lebih banyak masyarakat.
Eksekutif Senior Syariah Bank Jateng Agus Sapto Prasetio mengungkapkan rasa syukur atas pencapaian tersebut.
"Penghargaan ini adalah buah dari kerja keras tim kami dalam menghadirkan solusi keuangan syariah yang inovatif dan inklusif. Kami terus berupaya memperkuat ekosistem lokal melalui produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jawa Tengah. Digitalisasi menjadi pilar utama dalam memastikan layanan yang lebih cepat dan mudah diakses oleh nasabah,' kata Agus.
Baca juga: Generali Indonesia lindungi pelari Bank Jateng Borobudur Marathon 2024
Lebih lanjut, Agus menegaskan bahwa Bank Jateng Syariah berkomitmen untuk berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan berbagai lembaga guna mendukung visi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah global.
"Kami ingin menjadi lebih dari sekadar bank syariah yang terpercaya. Kami ingin menjadi mitra strategis bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di Jawa Tengah," tambahnya.
Sementara itu, CEO Warta Ekonomi Group, Muhamad Ihsan, menekankan bahwa digitalisasi dan tata kelola yang baik merupakan kunci utama pertumbuhan industri syariah di Indonesia.
"Inovasi digital menunjukkan kesiapan industri dalam menghadapi perubahan pasar. Saat ini, sebanyak 89,62 persen perusahaan syariah telah menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG), sementara 44,34 persen aktif dalam program tanggung jawab sosial (CSR)," jelas Ihsan.
Pendekatan berbasis digital juga mendapat sorotan dari Wakil Ketua Badan Pelaksana Harian Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI 2021–2025 Adiwarman A. Karim. Ia menekankan pentingnya digitalisasi dalam mendorong inklusivitas ekonomi syariah.
"Tanpa akses yang mudah, keunggulan ekonomi syariah akan sia-sia. Digitalisasi adalah kunci agar ekonomi syariah dapat lebih inklusif dan tidak dianggap sebagai sesuatu yang kuno," kata Adiwarman.
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sutan Emir Hidayat, juga menyoroti potensi besar industri halal secara global.
"Indonesia masih menjadi salah satu konsumen terbesar produk halal, tetapi kini kita telah masuk ke dalam 10 besar eksportir produk halal dunia. Untuk sektor makanan dan minuman halal, Indonesia bahkan menempati peringkat ke-5 sebagai eksportir," kata Emir.