Yogyakarta (ANTARA) - Pelayanan dengan menggunakan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), bagi sebagian orang masih diragukan. Apalagi jika mereka mendapatkan informasi yang tidak benar. Sejumlah pertanyaan seperti apakah benar pasien JKN bisa mendapatkan pelayanan yang layak? Apakah yang berobat dengan Program JKN akan diperlakukan berbeda?
Sejumlah pertanyaan tersebut, terjawab dari kisah mengharukan yang disampaikan Maria Yosefifa Erna atau yang akrab disapa Bu Neneng. Dirinya seolah menjadi saksi hidup yang membalik dan menjawab semua keraguan tersebut.
Perempuan berusia 51 tahun ini bukanlah anggota keluarga inti, tetapi ia mendedikasikan hidupnya untuk merawat seorang lansia berusia 92 tahun bernama Mbah Ngadiyem.
Sosok Mbah yang sudah lama menderita stroke dan baru-baru ini harus menjalani perawatan karena batuk dan sesak napas. Bahkan, kondisinya sempat cukup berat, sehingga harus dibantu dengan selang oksigen untuk bernapas.
Berkat pengobatan dan perawatan intensif di rumah sakit, Mbah Ngadiyem mulai membaik. Ia sudah bisa bernapas tanpa alat bantu, duduk sendiri, bahkan makan dengan lahap seperti anjuran dokter.
Baca juga: Maria pun tenang karena semua ditanggung BPJS Kesehatan
Saat itu, Mbah Ngadiyem sudah bisa berbincang dengan lancar, selang oksigen yang ada di ujung tempat tidur pun tak dipakainya. Kondisinya tiduran, dengan selang infus di salah satu tangannya.
Bagi Bu Neneng bukan hanya pemulihan kondisi Mbah yang cepat, tetapi kualitas layanan yang diterima Mbah, semuanya menggunakan Program JKN.
“Saya sampai tanya ke cucunya, ini Mbah pakai jaminan dari BPJS Kesehatan? Dijawab: Iya, Bu. Saya kaget. Kok bisa sebagus ini pelayanannya?” cerita Bu Neneng dengan mata berbinar saat ditemui, Rabu (30/4).
Menurutnya, pelayanan rumah sakit selama masa perawatan sangat luar biasa. Tidak ada kesan dibeda-bedakan. Para perawat, dokter, hingga staf rumah sakit semuanya menunjukkan sikap ramah dan profesional.
“Ruangan bersih banget, bener-bener bersih. Susternya baik-baik, penyapaan sopan. Saya saja, yang hanya penjaga, merasa dihargai. Wah luar biasa, saya terharu,” katanya tulus.
Bu Neneng menyaksikan sekaligus merasakan pelayanan Mbah bak kelas VIP bagi mereka yang berduit.
“Serius lho, ini kelas 2? Kamarnya bagus, pelayanannya seperti di hotel. Saya sampai bilang ke cucunya, ‘Ini kok bisa ya, dengan Program JKN dapat pelayanan begini bagusnya?,” kata Bu Neneng.
Baca juga: Nol rupiah, Kristina manfaatkan Program JKN sejak awal
Bu Neneng yang ditemui di ruang rawat tempat Mbah dirawat pun, menunjukkan fasilitas kamar seperti sofa tempat dia menunggu Mbah, kamar mandi dalam kamar, dan semuanya bersih.
“Bahkan perawatnya pun dengan senang hati membantu “nyibin” (ngelap mengunakan kain basah, red.) Mbah. Beneran, pelayanannya sip. Luar biasa,” kata Bu Neneng.
Pelayanan berkualitas yang diterima Mbah Ngadiyem, kata Bu Neneng, membuktikan para suster dan seluruh petugas rumah sakit bekerja dengan hati, sehingga dirinya pun bisa merasakan hal baik tersebut.
Bahkan, kebaikan itu juga Bu Neneng rasakan meskipun dirinya menjaga Mbah yang merupakan peserta JKN kelas 2.
Tak lama setelah Bu Neneng menceritakan hal tersebut, seorang perawat mengetuk pintu dan masuk mengecek kondisi Mbah dengan ramah. Hal itu seolah menjadi bukti nyata sekaligus pembenaran atas semua yang diceritakan Bu Neneng.
Sejak awal hingga akhir, Bu Neneng selalu menceritakan betapa dirinya menemukan keraguan yang selama ini ia bayangkan atau mungkin juga masyarakat yang lain soal layanan peserta JKN.
Hal tersebut, disampaikan Bu Neneng, karena memang selama ini dirinya maupun keluarganya belum pernah menggunakan Program JKN.
“Puji Tuhan, diberikan kesehatan. Terima kasih BPJS Kesehatan. Tidak ada perbedaan layanan pasien umum dengan pasien JKN, semua setara. Memang BPJS Kesehatan luar biasa bagus,” tutup Neneng
Baca juga: BPJS Kesehatan imbau peserta pastikan keaktifan JKN-KIS sebelum mudik