Beijing (ANTARA) - Pemerintah China bereaksi keras atas serangan militer Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir Iran dan menuding AS melanggar hukum internasional dan memperburuk stabilitas regional kawasan Timur Tengah.
"China mengutuk keras serangan AS terhadap Iran dan pengeboman fasilitas nuklir di bawah perlindungan Badan Energi Atom Internasional (IAEA)," tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan resmi yang diakses melalui laman Kemenlu China yang diakses ANTARA, Minggu (22/6).
Dalam pernyataannya, China menyatakan bahwa aksi militer tersebut telah secara serius melanggar tujuan dan prinsip Piagam PBB serta hukum internasional serta menyebut tindakan itu sebagai pemicu eskalasi yang memperburuk ketegangan di kawasan Timur Tengah yang selama ini rapuh.
Lebih lanjut, China menyerukan kepada semua pihak, khususnya Israel, agar segera menghentikan kekerasan bersenjata dan memulai proses dialog.
"China menyerukan kepada pihak-pihak yang berkonflik, khususnya Israel, untuk mencapai gencatan senjata sesegera mungkin, memastikan keselamatan warga sipil, serta memulai dialog dan negosiasi," tambah pernyataan tersebut.
Baca juga: PBB peringatkan serangan AS ke Iran perparah ketegangan
China juga menegaskan komitmennya bergandengan tangan dengan komunitas internasional dalam upaya menegakkan keadilan serta memulihkan perdamaian dan stabilitas di kawasan yang dilanda konflik berkepanjangan itu.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim bahwa pihaknya telah melakukan serangan yang sangat sukses terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan pada Sabtu (21/6).
Tujuan dari serangan itu, menurut Trump, adalah untuk membatasi kapabilitas nuklir Iran dan memaksa Teheran menghentikan eskalasi militer.
Pemerintah Iran mengatakan pihaknya sudah memprediksi serangan terhadap fasilitas nuklir Fordow, sehingga fasilitas itu telah dievakuasi, kata penasihat ketua parlemen Iran Mehdi Mohammadi.
Namun, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengatakan adanya kerusakan signifikan di Natanz dan Isfahan akibat operasi militer tersebut, sedangkan Fordow sejauh ini masih utuh dan menambahkan bahwa tidak ditemukan bukti Iran tengah menjalankan program senjata nuklir aktif.
"Iran sendiri menegaskan bahwa program nuklirnya tidak memiliki dimensi militer," jelas Grossi dalam pernyataan terpisah.
Baca juga: Iran sudah prediksi serangan di situs nuklir Fordow
Serangan AS terjadi hanya berselang beberapa hari setelah Israel terlebih dahulu meluncurkan serangan udara terhadap beberapa fasilitas nuklir Iran sejak 13 Juni 2025. Langkah tersebut memicu respons keras dari Teheran yang membalas dengan rudal ke arah Tel Aviv, menimbulkan korban jiwa dan luka-luka di kedua belah pihak.
Sejumlah media AS melaporkan bahwa militer Amerika menggunakan alutsista canggih dalam serangan ini, termasuk pesawat siluman pengebom B-2 dan rudal penghancur bunker yang dirancang khusus untuk menargetkan instalasi bawah tanah.
Otoritas AS saat ini bersiaga terhadap kemungkinan serangan balasan Iran, terutama dalam kurun waktu 48 jam sejak serangan terhadap Iran berlangsung.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: China kutuk keras serangan AS terhadap Iran