Bantul (ANTARA) - "Intermediate Treatment Facility" (ITF) Bawuran yang dikelola Perumda Aneka Dharma, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mampu mengolah sampah 25 hingga 30 ton per hari menjadi produk bernilai guna seperti paving block dan bahan bangunan.
"Kapasitas kami saat ini sudah mencapai 25 hingga 30 ton per hari. Kami berterima kasih atas kunjungan Gubernur DIY, Bupati se-DIY, dan Wali Kota Yogyakarta," kata Direktur Perumda Aneka Dharma Yuli Budi Sasangka saat menerima kunjungan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan bupati/wali kota se-DIY, Selasa.
Menurut dia, kunjungan Gubernur DIY bersama rombongan ini menunjukkan komitmen dan kepedulian Pemerintah Provinsi DIY terhadap persoalan sampah.
"Sampah yang diolah di ITF Bawuran berasal dari Kota Yogyakarta sekitar dua hingga tiga truk per hari, dari Kabupaten Bantul dua truk per hari, serta dari sektor swasta secara insidental," katanya.
Ia mengatakan, operasional pengolahan dilakukan tiga "shift" setiap hari, meskipun pada "shift" ketiga masih dalam tahap optimalisasi.
Proses pengolahan sampah di ITF dilakukan melalui beberapa tahap mulai dari pemilahan, penghancuran, hingga pembakaran menggunakan insinerator. Hasil pembakaran berupa abu "fly ash dan bottom ash" (FABA) kemudian dimanfaatkan kembali.
"FABA yang dihasilkan sudah tidak tergolong limbah B3 dan kini dapat digunakan untuk membuat paving block maupun sebagai campuran pupuk kompos," katanya.
Yuli mengatakan, selain itu ITF Bawuran juga menjalin kerja sama dengan Kelurahan Bawuran dalam pembangunan Museum Antroposen, yang akan memanfaatkan limbah plastik dan abu pembakaran untuk memproduksi batako plastik.
"Kerja sama serupa juga akan dilakukan dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul yang memiliki fasilitas pengolahan abu menjadi bahan bangunan di Gowasari," katanya.
Ia mengatakan, sebagian sampah organik juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan timbunan. Bahkan, sudah ada "offtaker" (pelaku usaha) lokal yang menampung hasil olahan organik dari ITF Bawuran.
"Sampah organik, sebagian tetap kami bakar, namun ada juga yang dimanfaatkan masyarakat sekitar. Ada satu bak pick up yang bisa diambil dengan harga sekitar Rp200 ribu, sebagian digunakan untuk timbunan," katanya.
ITF Bawuran, kata dia, terus berupaya mengoptimalkan proses pengolahan agar tidak ada lagi tumpukan sampah di lapangan, termasuk dengan meningkatkan kinerja pada "shift" ketiga.
"Harapannya, jika fasilitas seperti ITF Bawuran ini dapat diperbanyak di wilayah DIY, persoalan sampah bisa tertangani dengan lebih baik," katanya.
Dengan kapasitas pengolahan mencapai 30 ton per hari, ITF Bawuran menjadi salah satu fasilitas pengolahan sampah modern yang berkontribusi besar dalam mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan dan mendukung target pengelolaan sampah berkelanjutan di DIY.