Bantul (ANTARA) - Bupati Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Abdul Halim Muslih menyebut tempat pengolahan sampah sistem Intermediate Treatment Facility (ITF) di Kelurahan Bawuran, Kecamatan Pleret, dirancang untuk memusnahkan sampah yang masuk ke fasilitas tersebut.
"ITF Bawuran itu kan salah satu insinerator milik pemerintah di DIY yang ada di Kabupaten Bantul, milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Bantul yang memang dirancang untuk memusnahkan sampah," kata Bupati Halim di Bantul, Rabu.
Menurut dia, hal itu sesuai spesifikasi mesin pengolahan sampah di ITF Bawuran bisa membakar lebih dari 50 ton sampah per hari, meski saat ini baru bisa membakar sekitar 20 sampai 25 ton sampah per hari atau baru bekerja sekitar 50 persen dari spesifikasi mesin.
Hal itu, kata dia, karena sampah yang disetor ke tempat pengolahan sampah tersebut mayoritas merupakan sampah basah, sehingga proses pembakaran tidak bisa dilakukan secara optimal dan harus dikeringkan terlebih dulu.
Akan berbeda, lanjutnya, ketika sampah yang masuk ke ITF Bawuran merupakan sampah kering, sehingga proses pembakaran sampah di mesin bisa berjalan maksimal.
"Karena sampah yang disetor itu adalah sampah basah, mesti dikeringkan dulu. Namun kalau sampah di ITF Bawuran itu sudah kering, saya yakin kapasitas mesin untuk membakar itu mampu bekerja secara optimal," katanya.
Terlebih, kata dia, sampah basah yang masuk ke ITF Bawuran membutuhkan waktu untuk dikeringkan. Sebab setinggi apapun derajat panas insinerator, jika sampah yang masuk adalah basah, maka proses pembakaran tidak bisa berjalan sempurna.
"Jadi, kapasitas pengolahan sampah masih sekitar 20 sampai 25 ton sampah per hari. Dan ini rencananya, pengelola ITF Bawuran akan memperbaiki kapasitas mesin itu dengan mesin baru," katanya.
Sementara itu pengelola ITF Bawuran Bantul Yuli Budi Sasangka mengatakan pada mulanya ITF Bawuran diproyeksikan dapat mengolah 40 ton sampah per hari, namun tempat pengelolaan sampah yang resmi beroperasi sejak enam bulan lalu itu baru bisa mengolah sampah 25 ton per hari.
"Pengelolaan maksimal 25 sampai 30 ton sampah, namun jumlah ini masih bisa dioptimalkan apabila disuntik alat-alat lagi. Sampah-sampah ini berasal dari Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta," katanya.