Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur (Jatim) tercatat kembali mengalami erupsi sebanyak 11 kali dengan tinggi letusan hingga 1 kilometer di atas puncak pada Jumat. 

Erupsi pertama terjadi pada pukul 00.29 WIB dengan tinggi letusan 300 meter di atas puncak dan erupsi ke-11 terjadi pada pukul 07.34 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati 700 meter di atas puncak.

"Letusan tertinggi terjadi saat erupsi pada pukul Gunung Semeru pada pukul 02.13 WIB, pukul 05.07 WIB dan 05.24 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 1.000 meter di atas puncak," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang.

Aktivitas Gunung Semeru masih didominasi oleh gempa letusan dan setiap hari gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl itu selalu erupsi.

Gunung Semeru berada pada status level III atau siaga, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

"Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar)," katanya.

Liswanto juga menjelaskan masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

 

 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Semeru tercatat 11 kali erupsi dengan tinggi letusan hingga 1 km


Pewarta : Zumrotun Solichah
Editor : Victorianus Sat Pranyoto
Copyright © ANTARA 2025