Pecinta batik minta seragam sekolah gunakan batik

id pecinta batik pekalongan

Pecinta batik minta seragam sekolah gunakan batik

pelajar SMA berseragam batik (foto Antara)

Pekalongan (ANTARA Jogja) - Para pecinta batik Kota Pekalongan, Jawa Tengah, meminta pemerintah menyeragamkan pakaian anak sekolah dengan menggunakan batik cap dan tulis sebagai upaya melestarikan kerajinan itu dan mengantisipasi membanjirnya kain tekstil bermotif batik.

"Pakaian seragam sekolah jangan sampai menggunakan kain 'printing' tetapi kami harapkan menggunakan batik cap," kata Ketua Paguyuban Pencinta Batik Kota Pekalongan Fathiyah A. Kadir di Pekalongan, Selasa.

Ia menjelaskan, sebenarnya harga batik cap dan "printing" di pasaran tidak jauh berbeda. Akan tetapi, dengan membanjirnya kain "printing" atau tekstil bermotif batik sangat merugikan perajin batik dan mengancam kelestarian batik asli daerah setempat.

"Harga batik cap untuk anak sekolah dasar hanya sekitar Rp20 ribu sampai Rp25 ribu. Akan tetapi dampak penyeragaman pakaian anak sekolah ini akan berdampak positif terhadap kelangsungan usaha kerajinan batik sekaligus melestarikan batik," katanya.

Jika pemerintah mewajibkan setiap sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) menggunakan seragam pakain batik, katanya, akan semakin meramaikan produksi batik cap di daerah setempat.

Menyinggung perajin batik kesulitan mendapatkan tenaga pembatik, pemilik "Tobal Batik" itu mengatakan bahwa masalah tersebut menjadi keprihatinan semua pihak.

Ia mengatakan bahwa pecinta dan perajin batik Kota Pekalongan mengapresiasi Universitas Pekalongan yang telah membuka program studi pembatikan sebagai upaya melestarikan kerajinan batik yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

"Oleh karena itu, kami berharap pada lembaga lain bisa menyiapkan tenaga pembatik yang profesional dan berkualitas sebagai upaya melestarikan kerajinan batik dari unsur kepunahan," katanya.

Ketua Program Studi Batik Universitas Pekalongan Zahir Widada mengatakan bahwa sebanyak lima kriteria pertimbangan UNESCO mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya tak benda, antara lain mengandung unsur seni pertunjukan, kemahiran kerajinan tradisional, dan adat istiadat masyarakat.  

"Oleh karena itu, saat Malaysia memprotes batik barasal dari negaranya maka ditolak oleh UNESCO," katanya.


(U.KR-KTD)