Liliyana Natsir di mata mama

id liliyana di mata mama

Liliyana Natsir di mata mama

Liliyana Natsir (Foto antaranews.com)

Jakarta (Antara Jogja) - Lagu "Garuda di Dadaku" membahana di National Indoor Arena, Birmingham, Inggris, Kamis (10/3) lalu, meski hanya sejumlah kecil suporter Indonesia di bangku penonton All England Superseries Premier yang melantunkannya.

Para pendukung juga mengangkat bendera Merah Putih pun tinggi-tinggi setelah pasangan Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir memastikan kemenangan mereka atas pasangan China, Zhang Nan-Zhao Yunlei, dua game langsung 21-13, 21-17 dalam kejuaraan bulu tangkis itu.

Tontowi langsung mengucap syukur sementara Liliyana melompat girang sambil mengepalkan tangan ke udara beberapa kali. Liliyana merasa tidak percaya dia dan Tontowi bisa kembali meraih gelar dalam turnamen itu.

"Masa sih dua kali beruntun. Padahal semuanya mengincar kami yang juara bertahan," tutur Liliyana menggambarkan perasaannya saat itu.

Tahun lalu, anak asuhan Richard Mainaky itu juga mencatat sejarah karena berhasil merebut kembali gelar ganda campuran pertama Indonesia di ajang All England sejak pasangan Christian Hadinata-Imelda Wigoeno mendapatkannya pada tahun 1979.

Dengan mata berkaca-kaca Liliyana mempersembahkan kemenangannya untuk keluarga yang selalu mendukung dia serta sang pelatih yang terus menggemblengnya sejak masih berpasangan dengan Novi Widianto.

"Untuk keluarga yang selalu support, untuk pelatih yang tidak bosan-bosan mengingatkan. Semoga dengan prestasi ini bisa lebih percaya diri," ujar Liliyana usai acara penyambutan kepulangannya dari Inggris di Terminal II Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (20/3).

   
                  Anak Mama

Mata Liliyana, yang akrab disapa Butet, kembali berkaca-kaca saat sang ibunda, Jin Chen, menghampiri dia. "Ini mama saya," ujar Butet, yang wajahnya lantas berubah sumringah.

Butet kemudian memeluk erat mamanya, yang khusus datang dari Manado, Sulawesi Utara, untuk menyambut kepulangan putrinya.

Liliyana memang dikenal begitu "lengket" dengan mamanya. Bahkan, saat memutuskan merantau ke Jakarta pada usia 12 tahun untuk bergabung dengan klub PB Tangkas, Liliyana masih ditemani mamanya hingga tiga bulan. "Saya sampai kos (indekos, red.) dekat Tangkas," ujar Jin Chen.
   
Jin Chen tak pernah lepas memantau Adek, panggilan sayangnya untuk Liliyana. Dia selalu menemani Liliyana pada masa awal ia masuk asrama PB Tangkas.

"Tante selalu urus dia sendiri dari bayi sampai besar. Bahkan, dia dan kakaknya selalu tante suapin setiap makan, baju disiapkan, benar-benar tergantung sama tante," kenang Jin Chen.

Dia baru berpisah dengan putrinya saat Liliyana menyatakan ingin serius mendalami bulu tangkis. Jin Chen lantas kembali ke Manado untuk mengurus bisnis onderdil dan bengkel yang dijalankan bersama suaminya, Benno Natsir.

"Saat saya mau pulang dia nangis-nangis di asrama karena tidak mau pisah dengan tante. Tetapi tante ajak pulang pun dia tidak mau no. Dia minta tante tinggal di Jakarta, biar kakaknya di Manado diurus papanya," ujar Jin Chen dengan logat Manado.

Sejak itulah Liliyana dipanggil Butet, si bungsu yang suka menangis dan tidak bisa lepas dari mamanya.

"Dahulu temannya orang Batak bilang kalau di kampungnya, seperti Liliyana ini dipanggilnya Butet. Akhirnya malah keterusan," kata Jin Chen, lalu tertawa.

Kini Jin Chen bisa tertawa mengenang pengorbanannya saat itu.

Kadang dia masih tak percaya anaknya bisa menjadi atlet bulu tangkis berprestasi yang kerap mengharumkan nama bangsa di kancah Internasional.

"Semua pengorbanannya, jauh dari orang tua, nangis-nangis, sekarang terhapus. Saya bilang sama dia kalau saya senang Adek sukses di olahraga," ujarnya.

   
                Bakat Olahraga

Liliyana tidak lahir dari keluarga atlet. Akan tetapi, sejak kecil dia punya bakat di bidang olahraga. Di sekolahnya, dahulu dia juga dikenal jago bermain basket.

Kegemaran keluarga bermain bulu tangkis membuat perempuan kelahiran 9 September 1985 itu tertarik dengan olahraga tersebut.

Ayahnya, Benno Natsir, mengarahkan Liliyana sampai dia bergabung dengan klub bulu tangkis lokal, Pisok, pada usia sembilan tahun.

Setelah Liliyana menjadi atlet besar pun, Benno masih sering mengarahkan putri bungsunya bertanding.

"Papanya suka mengarahkan, kasih tahu kelemahan lawan-lawannya dan harus bagaimana," kata Jin Chen, yang fasih menyebut deretan lawan Liliyana dan istilah-istilah bulu tangkis.

"Sampai sekarang kami selalu pantau dan terus memotivasi dia. Dia itu maunya juara. Kalau kalah selalu bilang ke saya, 'saya mau balas dia, Ma'. Lalu saya memotivasinya kalau mau balas harus lebih giat berlatih," kata dia.

Kini segudang prestasi telah Liliyana raih. Sebelum berpasangan dengan Tontowi, Liliyana pernah menjadi pemain ganda campuran nomor satu Indonesia bersama Nova Widianto. Bersama Nova, dia meraih gelar juara dalam Kejuaraan Dunia BWF pada tahun 2005 dan 2007 serta berbagai prestasi bergengsi lainnya.

Ia juga pernah bermain di nomor ganda putri bersama rekannya Vita Marissa (2007--2008) dan meraih prestasi membanggakan seperti juara Indonesia Terbuka 2008 dan China Masters 2007.

Selanjutnya, Liliyana ingin meraih kembali gelar Kejuaraan Dunia bersama Tontowi Ahmad. "Kalau sama dia kan belum dapat," katanya.

Sementara sang mama, yang berada tepat di sebelah Liliyana, cuma ingin putrinya segera memiliki kekasih. "Lily cepat punya pacar," lontarnya dan tertawa.

"Itu pasti dipikirkan, tetapi berjalannya waktu saja karena peraturan PBSI ketat. Nanti inginnya setelah Olimpiade lagi," jawab Liliyana, yang disambut riuh oleh para wartawan.

(M047)

Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024