Menarik ditonton, "Women from Rote Island" ceritakan kekerasan seksual

id women from rote island,kekerasan seksual,dampak kekerasan seksual,nusa tenggara timur,pulau rote,rote ndao

Menarik ditonton, "Women from Rote Island" ceritakan kekerasan seksual

Penonton memasuki ruang teater untuk menonton film Women from Rote Island di Jakarta, Jumat (16/2/2024). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Jakarta (ANTARA) - Intens, tajam dan kuat. Tiga kata itu dapat mendeskripsikan secara jelas film Women from Rote Island.
 

Film yang menjadi film cerita panjang terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) tersebut, mengajak penontonnya untuk mengikuti perjalanan kisah keluarga Mama Orpa (Linda Adoe), yang baru saja kehilangan suaminya berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi anaknya yang mengalami kekerasan.
 

Putri sulungnya, Martha (Irma Rihi) yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), pulang dalam keadaan trauma berat dan depresi. Penyebabnya diketahui karena Martha telah menjadi korban kekerasan oleh majikannya di Malaysia.


 

Sedangkan di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), ia menjadi korban kekerasan seksual dari beberapa laki-laki bejat. Kondisi Martha membuat Orpa menyesal tidak bisa menjaga anaknya sebaik mungkin.
 

Dalam film penonton akan dihadapkan dengan realitas kekerasan seksual di Indonesia Timur. Termasuk keadaan sistem hukum, kondisi sosial, dan budaya yang masih menghadang upaya untuk memberikan keadilan kepada para korban.
 

Sang sutradara, Jeremias Nyangoen menjelaskan situasi TKI di Indonesia Timur dengan audio-visual yang amat intens. Suasana di lingkungan sekitar keluarga Orpa disorot dengan detail, membuat penonton seakan ikut berlari dan merasakan peristiwa nahas yang dialami keluarga tersebut.
 

Film yang akhirnya ‘pulang kampung’ setelah melalang buana ke banyak negara dan bakal tayang di bioskop pada tanggal 22 Februari 2024 mendatang itu, punya beberapa bagian adegan di dalamnya.
 

Masing-masing bagian membahas tiap masalah yang dihadapi oleh Orpa dan anak-anaknya. Di sini, raut wajah pemain seperti ketika Martha pulang ke kampung halaman, benar-benar secara lugas diperlihatkan, hingga kita dapat langsung mengetahui bahwa ia mengalami sebuah luka batin yang sulit untuk disembuhkan.
 

Sayangnya, terdapat beberapa adegan lain yang ditampilkan dalam film secara vulgar mungkin akan membuat penonton sedikit merasa tidak nyaman.
 

Kemudian, interaksi tiap tokoh dengan warga memberi gambaran jelas, betapa minimnya pendampingan dan fasilitas rehabilitasi yang disediakan pemerintah untuk para korban kekerasan seksual, khususnya di Pulau Rote Ndao.
 


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Women from Rote Island tonjolkan kekalutan korban kekerasan seksual
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024