Kulon Progo (ANTARA Jogja) - Kawasan peziarahan umat Katolik Sendangsono di Kecamatan Kalibawang, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan tata ulang untuk meningkatkan daya tarik peziarah dan turis dari luar negeri.
Penataan diawali dengan peletakan bantu pertama renovasi oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, penanaman pohon Kalpataru oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan penebaran benih ikan oleh Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo, dalam perayaan 108 tahun pembabtisan umat Katolik di Sendangsono, Kalibawang, Minggu.
Penataan akan dilakukan secara bertahap sesaui dengan ketersediaan anggaran yang terkumpul dari donatur dan dermawan.
Purnomo Yusgiantoro mengatakan panitia penataan Sendangsono memulai program itu melalui suatu tahapan survei.
Survei dilakukan oleh tim geologi untuk mengetahui ketersediaan sumber air di sekitar Sendangsono.
Rencananya, di tempat ziarah itu akan dibangun tempat padusan, untuk menyucikan diri umat Katolik, sebelum melakukan persembahyangan.
"Berdasarkan hasil survei tim geologi ada sumber mata air di Sendangsono. Maka dengan survei itu, kami berencana menata kembali, supaya Sendangsono tidak hanya sebagai tempat ziarah umat Katolik tetapi juga menjadi daya tarik turis untuk berkunjung. Rencananya, penataan akan dimulai dari Gereja Promasan," katanya.
Purnomo mengaku, dirinya bersama Sri Sultan HB X, Uskup Agung Semarang Mgr Pujo Sumarta, dan Jacob Utama menjadi dewan pembinan. Pihaknya berharap, Sendangsono membawa berkah untuk umat Katolik dan warga sekitar.
"Kami berharap, dengan ditata dan diperbaikinya Sendangsono dapat memberikan manfaat bagi umat Katholik yang ingin datang ke Sendangsono," katanya.
Penataan Sendangsono, katanya, akan meniru suatu tempat ziarah di Prancis, dimana peziarah yang datang dapat berdoa sekaligus menikmati air suci.
Begitu juga, katanya, Sendangsono akan dikembangkan seperti tempat ziarah tersebut. Anggaran penataan Sendangsono murni dari donatur dan dermawan, bukan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau pemerintah daerah.
"Kami akan menggunakan gaya arsitektur Romo YB Mangunwijaya. Karena dulu, Sedangsono juga ditata oleh Romo Mangun," kata dia.
Dia mengatakan, berdasarkan diskusi dengan Sri Sultan HB X, di kawasan Sendangsono akan dikembangkan "homestay" untuk peziarah yang ingin menikmati suasana yang hening.
"Warga perkotaan dari Jawa Tengah, Jakarta, dan DI Yogyakarta yang datang ke Sendangsono dapat menikmati suasana yang hening untuk merenung. Selain itu, dapat menginap di "homestay" yang dikelola masyarakat," kata dia.
Wakil Ketua Panitia Peringatan 108 Tahun Pembabtisan Umat Katolik Sendangsono, Saguh Istiyanto, mengatakan penataan kawasan peziarahan itu akan dimulai dengan pembenahan atap Gereja Promosan.
Kondisi atap gereja itu, saat ini sudah lapuk karena termakan usia.
Secara bertahap, katanya, juga akan dilakuukan penataan rute jalan salib yang disebut stasi, atau tempat pemberhentian sebanyak 14 tempat.
Selain itu, renovasi pastoran, tempat pelayanan untuk peziarah dan padusan.
"Anggaran yang dibutuhkan untuk penataan ini sebesar Rp40 miliar," kata dia.
(KR-STR)
Penataan diawali dengan peletakan bantu pertama renovasi oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, penanaman pohon Kalpataru oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan penebaran benih ikan oleh Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo, dalam perayaan 108 tahun pembabtisan umat Katolik di Sendangsono, Kalibawang, Minggu.
Penataan akan dilakukan secara bertahap sesaui dengan ketersediaan anggaran yang terkumpul dari donatur dan dermawan.
Purnomo Yusgiantoro mengatakan panitia penataan Sendangsono memulai program itu melalui suatu tahapan survei.
Survei dilakukan oleh tim geologi untuk mengetahui ketersediaan sumber air di sekitar Sendangsono.
Rencananya, di tempat ziarah itu akan dibangun tempat padusan, untuk menyucikan diri umat Katolik, sebelum melakukan persembahyangan.
"Berdasarkan hasil survei tim geologi ada sumber mata air di Sendangsono. Maka dengan survei itu, kami berencana menata kembali, supaya Sendangsono tidak hanya sebagai tempat ziarah umat Katolik tetapi juga menjadi daya tarik turis untuk berkunjung. Rencananya, penataan akan dimulai dari Gereja Promasan," katanya.
Purnomo mengaku, dirinya bersama Sri Sultan HB X, Uskup Agung Semarang Mgr Pujo Sumarta, dan Jacob Utama menjadi dewan pembinan. Pihaknya berharap, Sendangsono membawa berkah untuk umat Katolik dan warga sekitar.
"Kami berharap, dengan ditata dan diperbaikinya Sendangsono dapat memberikan manfaat bagi umat Katholik yang ingin datang ke Sendangsono," katanya.
Penataan Sendangsono, katanya, akan meniru suatu tempat ziarah di Prancis, dimana peziarah yang datang dapat berdoa sekaligus menikmati air suci.
Begitu juga, katanya, Sendangsono akan dikembangkan seperti tempat ziarah tersebut. Anggaran penataan Sendangsono murni dari donatur dan dermawan, bukan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau pemerintah daerah.
"Kami akan menggunakan gaya arsitektur Romo YB Mangunwijaya. Karena dulu, Sedangsono juga ditata oleh Romo Mangun," kata dia.
Dia mengatakan, berdasarkan diskusi dengan Sri Sultan HB X, di kawasan Sendangsono akan dikembangkan "homestay" untuk peziarah yang ingin menikmati suasana yang hening.
"Warga perkotaan dari Jawa Tengah, Jakarta, dan DI Yogyakarta yang datang ke Sendangsono dapat menikmati suasana yang hening untuk merenung. Selain itu, dapat menginap di "homestay" yang dikelola masyarakat," kata dia.
Wakil Ketua Panitia Peringatan 108 Tahun Pembabtisan Umat Katolik Sendangsono, Saguh Istiyanto, mengatakan penataan kawasan peziarahan itu akan dimulai dengan pembenahan atap Gereja Promosan.
Kondisi atap gereja itu, saat ini sudah lapuk karena termakan usia.
Secara bertahap, katanya, juga akan dilakuukan penataan rute jalan salib yang disebut stasi, atau tempat pemberhentian sebanyak 14 tempat.
Selain itu, renovasi pastoran, tempat pelayanan untuk peziarah dan padusan.
"Anggaran yang dibutuhkan untuk penataan ini sebesar Rp40 miliar," kata dia.
(KR-STR)