Yogyakarta (ANTARA Jogja) - Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta akan membuka layanan cangkok ginjal sebagai salah satu alternatif solusi penanganan pasien gagal ginjal.
"Dalam lima tahun ke depan kami akan mengadakan layanan cangkok ginjal. Dalam jangka waktu tersebut kami berharap bisa melakukan pencangkokan ginjal pada pasien gagal ginjal," kata Direktur Utama Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM Arif Faisal di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, kasus gagal ginjal di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Perneferi) pada 2005 menunjukkan sekitar 25 juta orang Indonesia mengalami gangguan fungsi ginjal karena hipertensi dan diabetes.
"Tingginya kasus gagal ginjal menjadikan permintaan layanan penanganan pasien gagal ginjal di rumah sakit ikut meningkat. Namun, rumah sakit di Indonesia yang memiliki unit hemodialisa belum mampu memberikan layanan bagi seluruh penderita gangguan ginjal akibat tingginya permintaan layanan," katanya.
Ia mengatakan kenyataan tersebut mendorong RSA UGM membuka unit layanan hemodialisa untuk melayani pasien gagal ginjal yang belum mendapatkan layanan karena keterbatasan kuota layanan hemodialisa.
"Semua rumah sakit di Yogyakarta yang memiliki unit layanan hemodialisa selalu penuh. Oleh karena itu RSA UGM membuka unit hemodialisa untuk memenuhi tingginya permintaan layanan penanganan gagal ginjal," katanya.
Menurut dia unit hemodialisa itu diharapkan dapat membantu masyarakat yang membutuhkan penanganan cuci darah. Untuk menunjang pelayanan RSA UGM menyediakan 12 mesin hemodialisa.
Dari seluruh mesin tersebut 10 di antaranya akan dioperasikan setiap hari untuk melayani kebutuhan cuci darah pasien, sedangkan dua mesin lainnya akan digunakan untuk melayani pasien infeksius atau yang terkena infeksi seperti penderita hepatitis dan untuk cadangan.
"Dengan alat yang ada kami bisa melayani 10 pasien setiap hari. Jika pasien terus bertambah tidak menutup kemungkinan akan kami tambah mesinnya," katanya.
(B015)
"Dalam lima tahun ke depan kami akan mengadakan layanan cangkok ginjal. Dalam jangka waktu tersebut kami berharap bisa melakukan pencangkokan ginjal pada pasien gagal ginjal," kata Direktur Utama Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM Arif Faisal di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, kasus gagal ginjal di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Perneferi) pada 2005 menunjukkan sekitar 25 juta orang Indonesia mengalami gangguan fungsi ginjal karena hipertensi dan diabetes.
"Tingginya kasus gagal ginjal menjadikan permintaan layanan penanganan pasien gagal ginjal di rumah sakit ikut meningkat. Namun, rumah sakit di Indonesia yang memiliki unit hemodialisa belum mampu memberikan layanan bagi seluruh penderita gangguan ginjal akibat tingginya permintaan layanan," katanya.
Ia mengatakan kenyataan tersebut mendorong RSA UGM membuka unit layanan hemodialisa untuk melayani pasien gagal ginjal yang belum mendapatkan layanan karena keterbatasan kuota layanan hemodialisa.
"Semua rumah sakit di Yogyakarta yang memiliki unit layanan hemodialisa selalu penuh. Oleh karena itu RSA UGM membuka unit hemodialisa untuk memenuhi tingginya permintaan layanan penanganan gagal ginjal," katanya.
Menurut dia unit hemodialisa itu diharapkan dapat membantu masyarakat yang membutuhkan penanganan cuci darah. Untuk menunjang pelayanan RSA UGM menyediakan 12 mesin hemodialisa.
Dari seluruh mesin tersebut 10 di antaranya akan dioperasikan setiap hari untuk melayani kebutuhan cuci darah pasien, sedangkan dua mesin lainnya akan digunakan untuk melayani pasien infeksius atau yang terkena infeksi seperti penderita hepatitis dan untuk cadangan.
"Dengan alat yang ada kami bisa melayani 10 pasien setiap hari. Jika pasien terus bertambah tidak menutup kemungkinan akan kami tambah mesinnya," katanya.
(B015)