Sleman (Antara Jogja) - Harga bahan bakar arang kayu di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mulai merambat naik setelah kenaikan harga gas ukuran 12 kilogram dan sulitnya mendapatkan gas ukuran tiga kilogram di pasaran.
"Saat ini harga arang kayu memang mulai naik, karena permintaan di masyarakat juga meningkat setelah kenaikan harga gas beberapa waktu lalu," kata pembuat arang kayu di Dusun Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Karwi, Rabu.
Menurut dia, omzet penjualan arang kayu produksinya dalam beberapa hari terakhir ini terus meningkat tajam.
"Harga arang kayu juga naik, dari sebelumnya Rp80 ribu per karung isi 30 kilogram, menjadi Rp90 ribu," katanya.
Ia mengatakan, dalam satu kali produksi rata-rata dirinya bisa memproduksi 60 hingga 70 karung arang ukuran 30 kilogram dalam satu kali pembuatan.
"Sekali produksi menghabiskan kurang lebih 10 hingga 15 batang pohon sugo yang banyak tumbuh di lereng Gunung Merapi," katanya.
Karwi mengatakan, untuk bahan baku arang kayu yakni pohon sugo diperoleh dari pekarangan rumahnya dan sebagian lagi mencari di hutan lereng Gunung Merapi.
"Selama ini kami sering mendapat pesanan arang kayu dari wilayah Kecamatan Ngemplak maupun Tempel, serta beberapa daerah di Sleman," katanya.
Ia mengatakan, pesanan tersebut ada yang untuk digunakan sendiri atau dijual lagi secara eceran.
"Banyak warung atau toko yang membeli arang kayu dan kemudian dijual eceran per satu kilogram," katanya.
Pemilik toko kelontong di Cangkringan, Sleman Erma mengatakan dalam beberapa hari terakhir memang dirasakan ada peningkatan perintaan arang kayu.
"Permintaan arang kayu memang meningkat signifikan, jika sebelumnya dalam satu hari rata-rata hanya menjual sekitar 20 hingga 30 kilogram arang kayu, kini rata-rata perhari penjualan arang kayu bisa mencapai 50 kiogram," katanya.
Ia mengatakan, harga arang kayu juga naik, jika sebelumnya harga eceran Rp6.500 per kilogram, saat ini naik menjadi Rp7.000.
(V001)
"Saat ini harga arang kayu memang mulai naik, karena permintaan di masyarakat juga meningkat setelah kenaikan harga gas beberapa waktu lalu," kata pembuat arang kayu di Dusun Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Karwi, Rabu.
Menurut dia, omzet penjualan arang kayu produksinya dalam beberapa hari terakhir ini terus meningkat tajam.
"Harga arang kayu juga naik, dari sebelumnya Rp80 ribu per karung isi 30 kilogram, menjadi Rp90 ribu," katanya.
Ia mengatakan, dalam satu kali produksi rata-rata dirinya bisa memproduksi 60 hingga 70 karung arang ukuran 30 kilogram dalam satu kali pembuatan.
"Sekali produksi menghabiskan kurang lebih 10 hingga 15 batang pohon sugo yang banyak tumbuh di lereng Gunung Merapi," katanya.
Karwi mengatakan, untuk bahan baku arang kayu yakni pohon sugo diperoleh dari pekarangan rumahnya dan sebagian lagi mencari di hutan lereng Gunung Merapi.
"Selama ini kami sering mendapat pesanan arang kayu dari wilayah Kecamatan Ngemplak maupun Tempel, serta beberapa daerah di Sleman," katanya.
Ia mengatakan, pesanan tersebut ada yang untuk digunakan sendiri atau dijual lagi secara eceran.
"Banyak warung atau toko yang membeli arang kayu dan kemudian dijual eceran per satu kilogram," katanya.
Pemilik toko kelontong di Cangkringan, Sleman Erma mengatakan dalam beberapa hari terakhir memang dirasakan ada peningkatan perintaan arang kayu.
"Permintaan arang kayu memang meningkat signifikan, jika sebelumnya dalam satu hari rata-rata hanya menjual sekitar 20 hingga 30 kilogram arang kayu, kini rata-rata perhari penjualan arang kayu bisa mencapai 50 kiogram," katanya.
Ia mengatakan, harga arang kayu juga naik, jika sebelumnya harga eceran Rp6.500 per kilogram, saat ini naik menjadi Rp7.000.
(V001)