Sleman (Antara Jogja) - Desa Wisata Pulesari di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diminati wisatawan yang ingin menikmati suasana perdesaan sambil menyusuri aliran sungai.
Pengelola Desa Wisata Pulesari, Didik Irwanto, Kamis, mengatakan meski baru diluncurkan pada 2012, objek ini sudah cukup dikenal di kalangan masyarakat.
"Pada 2014 tercatat jumlah kunjungan mencapai 32.000 wisatawan. Sedangkan tahun ini hingga Agustus 2015 sudah lebih dari 16.000 wisatawan yang berkunjung," katanya.
Menurut dia, sebagaimana objek wisata di kawasan lereng Gunung Merapi, Pulesari juga mengandalkan keindahan alam untuk dijual.
"Namun yang lebih spesifik berupa wisata air menyusuri aliran Sungai Bedog yang masih jernih dan alami," katanya.
Ia mengatakan, tracking sungai yang ditawarkan beragam jenisnya, seperti jembatan goyang, titian bambu, vertical web, gubuk hujan, tangga air, dan jaring laba-laba.
"Wisatawan diajak menyusuri Sungai Bedog sembari menikmati keindahan alam desa. Kegiatan susur sungai ini yang paling diminati pengunjung mulai dari usia anak sampai dewasa," katanya.
Didik mengatakan, wisatawan juga dapat menikmati pertunjukan kesenian tradisional, out bond, belajar membatik dan aneka kerajinan, serta menanam padi.
"Pengunjung juga berkesempatan belajar budidaya salak pondoh dan membuat olahannya seperti dodol, geplak, bakpia, enting-enting, dan madu mongso. Kami bekerjasama dengan kelompok ibu-ibu dasawisma di daerah ini," katanya.
Ia mengatakan, keterlibatan warga juga ditunjukkan dengan menyediakan fasilitas "homestay" dari rumah warga bagi wisatawan yang ingin menginap.
"Desa wisata merupakan program yang digerakkan masyarakat sehingga otomatis mereka ikut terlibat. Selain memberi kesibukan, hasilnya juga bisa untuk membantu perekonomian keluarga," katanya.
Pemasukan dari "homestay" ini, kata dia, cukup lumayan. Beberapa kali ada rombongan berjumlah ratusan orang, menginap di rumah-rumah warga.
Kepala Disbudpar Sleman Ayu Laksmidewi menilai desa wisata Pulesari potensial untuk semakin dikembangkan.
"Agar bisa terus bertahan, pengelola disarankan sedari awal melakukan kaderisasi. Pemerintah tidak bisa banyak memfasilitasi materi melainkan dalam bentuk peningkatan kapasitas SDM, seperti kemampuan bahasa asing dirasa lebih penting supaya desa wisata bisa bertahan," katanya.
(U.V001)
Pengelola Desa Wisata Pulesari, Didik Irwanto, Kamis, mengatakan meski baru diluncurkan pada 2012, objek ini sudah cukup dikenal di kalangan masyarakat.
"Pada 2014 tercatat jumlah kunjungan mencapai 32.000 wisatawan. Sedangkan tahun ini hingga Agustus 2015 sudah lebih dari 16.000 wisatawan yang berkunjung," katanya.
Menurut dia, sebagaimana objek wisata di kawasan lereng Gunung Merapi, Pulesari juga mengandalkan keindahan alam untuk dijual.
"Namun yang lebih spesifik berupa wisata air menyusuri aliran Sungai Bedog yang masih jernih dan alami," katanya.
Ia mengatakan, tracking sungai yang ditawarkan beragam jenisnya, seperti jembatan goyang, titian bambu, vertical web, gubuk hujan, tangga air, dan jaring laba-laba.
"Wisatawan diajak menyusuri Sungai Bedog sembari menikmati keindahan alam desa. Kegiatan susur sungai ini yang paling diminati pengunjung mulai dari usia anak sampai dewasa," katanya.
Didik mengatakan, wisatawan juga dapat menikmati pertunjukan kesenian tradisional, out bond, belajar membatik dan aneka kerajinan, serta menanam padi.
"Pengunjung juga berkesempatan belajar budidaya salak pondoh dan membuat olahannya seperti dodol, geplak, bakpia, enting-enting, dan madu mongso. Kami bekerjasama dengan kelompok ibu-ibu dasawisma di daerah ini," katanya.
Ia mengatakan, keterlibatan warga juga ditunjukkan dengan menyediakan fasilitas "homestay" dari rumah warga bagi wisatawan yang ingin menginap.
"Desa wisata merupakan program yang digerakkan masyarakat sehingga otomatis mereka ikut terlibat. Selain memberi kesibukan, hasilnya juga bisa untuk membantu perekonomian keluarga," katanya.
Pemasukan dari "homestay" ini, kata dia, cukup lumayan. Beberapa kali ada rombongan berjumlah ratusan orang, menginap di rumah-rumah warga.
Kepala Disbudpar Sleman Ayu Laksmidewi menilai desa wisata Pulesari potensial untuk semakin dikembangkan.
"Agar bisa terus bertahan, pengelola disarankan sedari awal melakukan kaderisasi. Pemerintah tidak bisa banyak memfasilitasi materi melainkan dalam bentuk peningkatan kapasitas SDM, seperti kemampuan bahasa asing dirasa lebih penting supaya desa wisata bisa bertahan," katanya.
(U.V001)