Sleman, (Antara Jogja) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta akan menambah satu unit "weater station" untuk membantu memantau kondisi Gunung Merapi.
"Alat yang akan dipasang di sekitar puncak Gunung Merapi tersebut, digunakan untuk mengukur multi cuaca," kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Kusdaryanto, Sabtu.
Menurut dia, alat tersebut untuk mengukur kecepatan angin, arah angin, kelembaban, suhu, serta ada sensor curah hujannya.
"Rencananya sekitar April atau Mei nanti alat pemantau multi cuaca tersebut akan dipasang," katanya.
Ia mengatakan, alat multi cuaca tersebut memang belum dipunyainya selama ini, karena alat tersebut hanya sebagai penunjang saja.
"Kalau alat untuk memantau aktivitas gunungapinya sudah ada lengkap dan semuanya berjalan dengan baik," katanya.
Kusdaryanto mengatakan, selain menambah alat, pihaknya juga akan menyerahkan dua unit "Early Warning System" (EWS) pengelolaannya ke pemerintah daerah setempat. Dua unit alat peringatan dini tersebut untuk memantau aliran banjir lahar yang masuk wilayah Sleman.
"EWS itu kan manfaatnya lebih ke sisi masyarakat. Nanti akan kami serahkan pengelolaannya ke pemda setempat," katanya.
Ia mengatakan, setiap pemasangan peralatan, selain dilakukan oleh petugasnya juga selalu melibatkan masyarakat setempat.
"Mereka diminta untuk bertugas sebagai porter. Setiap kali ada alat yang rusak juga langsung diperbaiki," katanya. ***4***
(V001)
"Alat yang akan dipasang di sekitar puncak Gunung Merapi tersebut, digunakan untuk mengukur multi cuaca," kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Kusdaryanto, Sabtu.
Menurut dia, alat tersebut untuk mengukur kecepatan angin, arah angin, kelembaban, suhu, serta ada sensor curah hujannya.
"Rencananya sekitar April atau Mei nanti alat pemantau multi cuaca tersebut akan dipasang," katanya.
Ia mengatakan, alat multi cuaca tersebut memang belum dipunyainya selama ini, karena alat tersebut hanya sebagai penunjang saja.
"Kalau alat untuk memantau aktivitas gunungapinya sudah ada lengkap dan semuanya berjalan dengan baik," katanya.
Kusdaryanto mengatakan, selain menambah alat, pihaknya juga akan menyerahkan dua unit "Early Warning System" (EWS) pengelolaannya ke pemerintah daerah setempat. Dua unit alat peringatan dini tersebut untuk memantau aliran banjir lahar yang masuk wilayah Sleman.
"EWS itu kan manfaatnya lebih ke sisi masyarakat. Nanti akan kami serahkan pengelolaannya ke pemda setempat," katanya.
Ia mengatakan, setiap pemasangan peralatan, selain dilakukan oleh petugasnya juga selalu melibatkan masyarakat setempat.
"Mereka diminta untuk bertugas sebagai porter. Setiap kali ada alat yang rusak juga langsung diperbaiki," katanya. ***4***
(V001)