Sleman, (Antara Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta terus mengebut perbaikan talud yang amblas di Kampung Sendowo, Sinduadi.
"Kondisi cuaca dengan intensitas hujan yang masih tinggi menjadi hambatan perbaikan talud yang amblas dan retak hampir 40 meter itu," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Sleman Makwan, di Sleman, Selasa.
Menurut dia, pengerahan satu unit eskavator dilakukan agar perbaikan dapat dipercepat.
"Penggunaan alat berat untuk membangun tanggul yang berfungsi sebagai benteng terjangan arus deras Sungai Code, mengingat tingginya intensitas hujan mengakibatkan peningkatan arus sungai berhulu Gunung Merapi itu. Selain itu, tanggul tersebut difungsikan sebagai pengalih arus sementara sehingga bagian talut yang mengalami kerusakan tetap aman," katanya.
Ia mengatakan kondisi arus yang deras menyulitkan proses perbaikan talut, karena kerusakan terjadi mulai dari dasar talut hingga ke atas.
"Setelah itu baru diketahui seberapa parah kerusakan yang terjadi. Jika tidak dikeringkan, belum bisa diperhitungkan perbaikannya," katanya.
Makwan mengatakan, selain ancaman arus deras Sungai Code, banjir material vulkanik Gunung Merapi yang masih mengendap di wilayah hulu juga mengintai perbaikan talut yang mengancam lima rumah warga itu.
"Terlebih saat masa pancaroba intensitas hujan cenderung mengalami peningkatan hingga di atas normal," katanya.
Kepala BPBD Kabupaten Sleman Julisetiono Dwi Wasito mengakui pihaknya berkejaran dengan waktu, karena material vulkanik yang masih mengendap bisa kapanpun terbawa aliran air.
"Belum lagi kondisi talut yang setiap hari mengalami penurunan, sehingga semakin membahayakan. Dengan demikian, setelah area berhasil dikeringkan, segera dilakukan perbaikan," katanya.
Julisetiono mengatakan alat berat yang diperbantukan tersebut akan disiagakan hingga proses perbaikan selesai dilakukan. Dengan demikian, saat dibutuhkan pembangunan tanggul sementara atau normalisasi aliran siap dilakukan kapanpun.
"Proses perbaikan dilakukan bersama masyarakat. Setelah kering, kerusakan berupa lubang pada talut akan segera diisi material," katanya.
Terkait keamanan warga yang rumahnya terancam, Juli menjelaskan saat ini terdapat lima unit rumah yang sudah dikosongkan dan tujuh keluarga diungsikan sementara. Hal tersebut dilakukan hingga perbaikan talut selesai.
"Jika tidak dikosongkan, kondisinya sangat berbahaya. Karena hampir setiap saat talut amblas. Kami tidak tahu sampai kapan talut dapat bertahan," katanya.
Talut permanen Sungai Code di Dusun Sendowo, Sinduadi, Mlati tiba-tiba ambles, Selasa (5/4) siang. Kondisi tersebut mengancam keselamatan warga lantaran menjadi pembatas sungai dengan pemukiman padat.
Sedikitnya terdapat 26 jiwa yang tinggal di RT 10 RW 56 terancam keselamatannya akibat amblesnya talut sepanjang 40 meter itu. Dengan kondisi lingkungan yang padat penduduk tersebut, talut dapat sewaktu-waktu ambrol dan membahayakan warga. Talut yang memiliki ketinggian enam meter tersebut juga menjadi pondasi dari beberapa rumah yang tinggal paling dekat dengan aliran sungai.***4***
(V001)
"Kondisi cuaca dengan intensitas hujan yang masih tinggi menjadi hambatan perbaikan talud yang amblas dan retak hampir 40 meter itu," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Sleman Makwan, di Sleman, Selasa.
Menurut dia, pengerahan satu unit eskavator dilakukan agar perbaikan dapat dipercepat.
"Penggunaan alat berat untuk membangun tanggul yang berfungsi sebagai benteng terjangan arus deras Sungai Code, mengingat tingginya intensitas hujan mengakibatkan peningkatan arus sungai berhulu Gunung Merapi itu. Selain itu, tanggul tersebut difungsikan sebagai pengalih arus sementara sehingga bagian talut yang mengalami kerusakan tetap aman," katanya.
Ia mengatakan kondisi arus yang deras menyulitkan proses perbaikan talut, karena kerusakan terjadi mulai dari dasar talut hingga ke atas.
"Setelah itu baru diketahui seberapa parah kerusakan yang terjadi. Jika tidak dikeringkan, belum bisa diperhitungkan perbaikannya," katanya.
Makwan mengatakan, selain ancaman arus deras Sungai Code, banjir material vulkanik Gunung Merapi yang masih mengendap di wilayah hulu juga mengintai perbaikan talut yang mengancam lima rumah warga itu.
"Terlebih saat masa pancaroba intensitas hujan cenderung mengalami peningkatan hingga di atas normal," katanya.
Kepala BPBD Kabupaten Sleman Julisetiono Dwi Wasito mengakui pihaknya berkejaran dengan waktu, karena material vulkanik yang masih mengendap bisa kapanpun terbawa aliran air.
"Belum lagi kondisi talut yang setiap hari mengalami penurunan, sehingga semakin membahayakan. Dengan demikian, setelah area berhasil dikeringkan, segera dilakukan perbaikan," katanya.
Julisetiono mengatakan alat berat yang diperbantukan tersebut akan disiagakan hingga proses perbaikan selesai dilakukan. Dengan demikian, saat dibutuhkan pembangunan tanggul sementara atau normalisasi aliran siap dilakukan kapanpun.
"Proses perbaikan dilakukan bersama masyarakat. Setelah kering, kerusakan berupa lubang pada talut akan segera diisi material," katanya.
Terkait keamanan warga yang rumahnya terancam, Juli menjelaskan saat ini terdapat lima unit rumah yang sudah dikosongkan dan tujuh keluarga diungsikan sementara. Hal tersebut dilakukan hingga perbaikan talut selesai.
"Jika tidak dikosongkan, kondisinya sangat berbahaya. Karena hampir setiap saat talut amblas. Kami tidak tahu sampai kapan talut dapat bertahan," katanya.
Talut permanen Sungai Code di Dusun Sendowo, Sinduadi, Mlati tiba-tiba ambles, Selasa (5/4) siang. Kondisi tersebut mengancam keselamatan warga lantaran menjadi pembatas sungai dengan pemukiman padat.
Sedikitnya terdapat 26 jiwa yang tinggal di RT 10 RW 56 terancam keselamatannya akibat amblesnya talut sepanjang 40 meter itu. Dengan kondisi lingkungan yang padat penduduk tersebut, talut dapat sewaktu-waktu ambrol dan membahayakan warga. Talut yang memiliki ketinggian enam meter tersebut juga menjadi pondasi dari beberapa rumah yang tinggal paling dekat dengan aliran sungai.***4***
(V001)