Yogyakarta, (Antara) - Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian memberikan pelatihan kepada 22 peserta perwakilan negara-negara anggota Colombo Plan tentang ilmu pengembangan industri kecil menengah.
Ke-22 peserta dari negara-negara anggota Colombo Plan tersebut antara lain Bangladesh, Bhutan, Laos, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Afghanistan, Iran, Vietnam, Papua Nugini, Pakistan dan Indonesia.
"Kami akan membagikan materi-materi misalnya mengenai bagaimana one village one product (OVOP) dikembangkan di Indonesia," kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kemenperin, Gati Wibawaningsih seusai membuka Program Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) dengan tema "Capacity Building Program on Enhancing the Development of Small and Medium Industry" Batch II di Yogyakarta, Senin.
Menurut Gati, acara yang diselenggarakan bersama dengan Kementerian Sekretariat Negara dan Sekretariat Colombo Plan itu memiliki manfaat besar bagi Indonesia.
Selain mempererat hubungan antar negara-negara anggota Colombo Plan, program kerja sama itu juga diharapkan memperluas jangkauan pemasaran produk-produk IKM di Indonesia.
"Dengan mereka memperlajari IKM di Indonesia, secara otomatis kita sudah mempromosikan produk-produk IKM lokal ke negara mereka," kata dia.
Gati menjelaskan selama acara yang berlangsung hingga 9 Agustus 2017 itu, para peserta akan diberikan materi mengenai pengembangan IKM dari aspek seperti kebijakan IKM, kawasan industri dan sentra IKM, pemberdayaan IKM di Yogyakarta, kredit usaha rakyat (KUR) serta OVOP.
"Kami berharap dalam program ini bukan hanya Indonesia yang menyajika pelatihan, namun negara-negara anggota lainnya juga kami harapkan bisa membagi pengalamannya," kata dia.
Selama di Yogyakarta, menurut dia, para peserta akan diajak melihat fasilitas litbang milik Kementerian Perindustrian di Yogyakarta, yaitu Balai Besar Kulit, Karet, Plastik dan Balai Besar Kerajinan dan Batik.
"Di kedua tempat tersebut peserta diberikan kesempatan menjajal kemampuan mereka melalui workshop produk kulit dan membuat batik khas Yogyakarta," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, para peserta dari 22 negara itu juga akan mengunjungi IKM di Yogyakarta yang memproduksi sarung tangan golf, alat mesin dan pertanian, produk kerajinan dari kulit, kerajinan anyaman rotan, makanan olahan ikan, serta kerajinan perak.
"Di akhir pelatihan, kami harap mereka dapat membuat `action plan` yang dapat diimplementasikan di negara masing-masing," kata Gati.
(T.L007)
Ke-22 peserta dari negara-negara anggota Colombo Plan tersebut antara lain Bangladesh, Bhutan, Laos, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Afghanistan, Iran, Vietnam, Papua Nugini, Pakistan dan Indonesia.
"Kami akan membagikan materi-materi misalnya mengenai bagaimana one village one product (OVOP) dikembangkan di Indonesia," kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kemenperin, Gati Wibawaningsih seusai membuka Program Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) dengan tema "Capacity Building Program on Enhancing the Development of Small and Medium Industry" Batch II di Yogyakarta, Senin.
Menurut Gati, acara yang diselenggarakan bersama dengan Kementerian Sekretariat Negara dan Sekretariat Colombo Plan itu memiliki manfaat besar bagi Indonesia.
Selain mempererat hubungan antar negara-negara anggota Colombo Plan, program kerja sama itu juga diharapkan memperluas jangkauan pemasaran produk-produk IKM di Indonesia.
"Dengan mereka memperlajari IKM di Indonesia, secara otomatis kita sudah mempromosikan produk-produk IKM lokal ke negara mereka," kata dia.
Gati menjelaskan selama acara yang berlangsung hingga 9 Agustus 2017 itu, para peserta akan diberikan materi mengenai pengembangan IKM dari aspek seperti kebijakan IKM, kawasan industri dan sentra IKM, pemberdayaan IKM di Yogyakarta, kredit usaha rakyat (KUR) serta OVOP.
"Kami berharap dalam program ini bukan hanya Indonesia yang menyajika pelatihan, namun negara-negara anggota lainnya juga kami harapkan bisa membagi pengalamannya," kata dia.
Selama di Yogyakarta, menurut dia, para peserta akan diajak melihat fasilitas litbang milik Kementerian Perindustrian di Yogyakarta, yaitu Balai Besar Kulit, Karet, Plastik dan Balai Besar Kerajinan dan Batik.
"Di kedua tempat tersebut peserta diberikan kesempatan menjajal kemampuan mereka melalui workshop produk kulit dan membuat batik khas Yogyakarta," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, para peserta dari 22 negara itu juga akan mengunjungi IKM di Yogyakarta yang memproduksi sarung tangan golf, alat mesin dan pertanian, produk kerajinan dari kulit, kerajinan anyaman rotan, makanan olahan ikan, serta kerajinan perak.
"Di akhir pelatihan, kami harap mereka dapat membuat `action plan` yang dapat diimplementasikan di negara masing-masing," kata Gati.
(T.L007)