Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Peserta ujian nasional berbasis komputer jenjang SMP atau sederajat di Kota Yogyakarta diminta bersiap menghadapi soal yang kemungkinan akan lebih sulit karena menggunakan konsep "high order thingking skill".

"Tingkat kesulitan soal ujian nasional untuk SMP dan sederajat memang terus dinaikkan dari tahun ke tahun. Tahun ini tingkat kesulitan akan dinaikkan dengan konsep `high order thingking skill` (HOTS)," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, seluruh mata pelajaran yang akan diujikan saat ujian nasional berbasis komputer (UNBK) mulai dari Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) akan disusun menggunakan konsep HOTS.

Edy menjelaskan, melalui konsep soal HOTS tersebut, peserta ujian dituntut untuk menyelesaikan soal yang dikaitkan dengan situasi nyata pada kehidupan sehari-hari menggunakan konsep pembelajaran yang sudah diperoleh di kelas.

"Ada tingkatan dalam penerapan soal HOTS. Mulai dari analisis hingga sintetis yang lebih tinggi. Semua materi soal yang diujikan, pasti sudah diperoleh saat pembelajaran di kelas. Tinggal melakukan analisa lebih lanjut saja," kata Edy.

Penerapan konsep soal HOTS untuk UNBK SMP tersebut dilakukan sebagai salah satu cara untuk memetakan kualitas pendidikan di Indonesia, terlebih hasil ujian nasional tidak akan digunakan sebagai dasar penentuan kelulusan siswa.

Penentuan kelulusan dilakukan berdasarkan hasil ujian akhir sekolah berstandar nasional yang sudah digelar sebelumnya.

Konsep soal HOTS, lanjut Edy, juga sudah diterapkan di semua materi ujian nasional jenjang SMA dan sederajat, namun yang banyak dikeluhkan peserta hanya untuk mata pelajaran matematika dan kimia.

UNBK SMP di KOta Yogyakarta akan diikuti 8.097 peserta yang tersebar di 66 sekolah. Namun, masih ada sekitar tujuh sekolah yang akan bergabung di sekolah lain untuk pelaksanaan UNBK karena belum memiliki fasilitas komputer yang memadai.

Sementara itu, Pengamat Pendidikan St Kartono mengatakan, kebijakan pemerintah dalam menerapkan konsep HOTS pada soal UNBK untuk pemetaan kualitas pendidikan dinilai kurang tepat.

"Selama ini, pembelajaran yang diberikan belum banyak menyinggung mengenai materi HOTS. Tetapi, saat ujian akhir justru diterapkan sehingga tidak `fair`," katanya.

Ia pun memperkirakan, jika pemetaan tetap didasarkan pada hasil UNBK dengan konsep soal HOTS maka tidak akan mampu memberikan gambaran yang valid mengenai kualitas pendidikan di Indonesia.

"Hasil pemetaan akan bias. Seharusnya, penilaian kualitas pendidikan tidak hanya didasarkan pada hasil ujian akhir saja tetapi proses pembelajaran selama di sekolah. Semuanya harus diperbaiki mulai dari pembelajaran yang diberikan, kualits guru hingga siswa itu sendiri," katanya.  

Pewarta : Eka Arifa Rusqiyati
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024