Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Kepolisian Resor Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberlakukan pengamanan tiga lapis kantor polisi setempat yang berada di Jalan Yogyakarta-Purworejo, pasca-Status Siaga Satu dan adanya pengeboman Mapolrestabes Surabaya.
"Kapolri telah mengeluarkan imbauan Status Siaga Satu, maka kami hanya gunakan satu pintu dan penjagaan ketat," kata Wakil Kepala Polres Kulon Progo Kompol Dedy Suryadarma di Kulon Progo, Senin.
Ia mengatakan setiap lapis pengamanan kantor Polres Kulon Progo, ditempatkan sekitar 30-an personel. Di luar jumlah tersebut, Polres Kulon Progo juga mengerahkan sekitar 400 anggotanya untuk melakukan pengamanan di seluruh wilayah Kulon Progo.
"Kami mengimbau seluruh personel diseluruh kecamatan melakukan pengamanan dengan menggunakan atribut dan persenjataan lengkap seperti rompi, helm, dan senjata api berbagai tipe," katanya.
Dedy mengatakan pada pengamanan ini, masyarakat yang akan masuk ke Polres Kulon Progo wajib menunjukan kartu identitas dan rela digeledah
"Semuanya harus jelas bila mau masuk, kami tidak ingin ada warga yang sedang ada keperluan dengan polisi jadi korban, kami beruhasa untuk mengamankan warga," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua FKUB Kulon Progo Agung Mabruri mengatakan FKUB Kulon Progo mengutuk keras terjadi bom di Subaya, Jawa Timur. Menurutnya, tidak ada satu agama yang mengajarkan perilaku tersebut.
"Aksi bom bunuh diri di Surabaya dua hari teakhir, dilakukan oleh orang biadab, tidak berperikemanusiaan, kemudian dengan mudahnya menghilangkan nyawa orang lain," katanya.
Ia berharap masyarakat tetap waspada, ketika menjumpai orang baru di lingkungannya, agar segera menyampaikan kepada polisi dan pemerintah desa. Kewaspadaan ini harus dijaja, dan tetap menjaga solidaritas masyarakat sesama warga beragama.
"Ketika solidaritas kuat, kebiadaban ini tidak akan terulang kembali, dan NKRI ini tetap utuh," katanya.
Menurut dia, peran orang tua sangat penting dalam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia, serta menanamkan nilai-nilai agama secara benar kepada anak.
"Perilaku teror jelas tidak memahami nilai-nilai secara benar. Kami juga berharap TPA dan majelis taklim mengajarkan nilai-nilai agama secara benar," katanya.
"Kapolri telah mengeluarkan imbauan Status Siaga Satu, maka kami hanya gunakan satu pintu dan penjagaan ketat," kata Wakil Kepala Polres Kulon Progo Kompol Dedy Suryadarma di Kulon Progo, Senin.
Ia mengatakan setiap lapis pengamanan kantor Polres Kulon Progo, ditempatkan sekitar 30-an personel. Di luar jumlah tersebut, Polres Kulon Progo juga mengerahkan sekitar 400 anggotanya untuk melakukan pengamanan di seluruh wilayah Kulon Progo.
"Kami mengimbau seluruh personel diseluruh kecamatan melakukan pengamanan dengan menggunakan atribut dan persenjataan lengkap seperti rompi, helm, dan senjata api berbagai tipe," katanya.
Dedy mengatakan pada pengamanan ini, masyarakat yang akan masuk ke Polres Kulon Progo wajib menunjukan kartu identitas dan rela digeledah
"Semuanya harus jelas bila mau masuk, kami tidak ingin ada warga yang sedang ada keperluan dengan polisi jadi korban, kami beruhasa untuk mengamankan warga," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua FKUB Kulon Progo Agung Mabruri mengatakan FKUB Kulon Progo mengutuk keras terjadi bom di Subaya, Jawa Timur. Menurutnya, tidak ada satu agama yang mengajarkan perilaku tersebut.
"Aksi bom bunuh diri di Surabaya dua hari teakhir, dilakukan oleh orang biadab, tidak berperikemanusiaan, kemudian dengan mudahnya menghilangkan nyawa orang lain," katanya.
Ia berharap masyarakat tetap waspada, ketika menjumpai orang baru di lingkungannya, agar segera menyampaikan kepada polisi dan pemerintah desa. Kewaspadaan ini harus dijaja, dan tetap menjaga solidaritas masyarakat sesama warga beragama.
"Ketika solidaritas kuat, kebiadaban ini tidak akan terulang kembali, dan NKRI ini tetap utuh," katanya.
Menurut dia, peran orang tua sangat penting dalam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia, serta menanamkan nilai-nilai agama secara benar kepada anak.
"Perilaku teror jelas tidak memahami nilai-nilai secara benar. Kami juga berharap TPA dan majelis taklim mengajarkan nilai-nilai agama secara benar," katanya.