Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan 29 desa di wilayah itu terkena dampak cuaca ekstrem, berupa hujan lebat disertai angin kencang pada Jumat (3/1) sore hingga malam.
Manajer Pengendali Operasional (Pusdalops) Penanggulangan Bencana BPBD Bantul Aka Luk Luk di Bantul, Sabtu, mengatakan perkembangan data kejadian dampak cuaca ekstrem pada 3 Januari 2020 yang terdata sampai 4 Januari, pukul 12.00 WIB terjadi di 29 desa tersebar di 15 kecamatan.
Dia mengatakan angin kencang dampak cuaca ekstrem tersebut mengakibatkan pohon tumbang di 66 lokasi, sedangkan hujan lebat dampak cuaca ekstrem yang melanda wilayah Bantul pada Jumat (3/1) petang mengakibatkan tanah longsor di empat lokasi.
"Totalnya ada 70 lokasi kejadian yang tersebar di 54 titik lokasi. Kejadian angin kencang yang terjadi di wilayah Kecamatan Bantul, Bambanglipuro, Pandak, Pundong, Srandakan, Dlingo dan Kecamatan Jetis menyebabkan pohon tumbang menghalangi jalan dan menimpa rumah," katanya.
Objek yang terdampak karena tertimpa pohon tumbang maupun tanah longsor 23 rumah, 22 akses jalan, 12 jaringan listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN), satu tempat ibadah, dua jaringan Telkom, serta empat bangunan tempat usaha.
"Kemudian dampak lain ada satu baliho, satu lampu penerangan jalan umum (PJU), bulak sawah, dua kandang ternak, satu pendopo dan satu kendaraan," katanya.
Berdasarkan grafik jumlah lokasi dampak cuaca ekstem dari laman BPBD Bantul, di Kecamatan Dlingo ada empat lokasi, Kretek lima lokasi, Piyungan dua lokasi, Bantul enam lokasi, Pandak dan Bambanglipuro, masing-masing sembilan lokasi, sedangkan Pajangan satu lokasi.
Di Kecamatan Pundong, Sedayu, dan Kasihan, masing-masing lima lokasi, Imogiri delapan lokasi, Jetis lima lokasi, Banguntapan dan Sewon, masing-masing dua lokasi, serta Srandakan tiga lokasi.
Dia mengatakan upaya penanganan yakni dengan assesment lokasi terdampak, mengevakuasi pohon tumbang, dan membuka akses jalan dengan melibatkan potensi BPBD Bantul, Tagana, Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), para relawan, TNI-Polri, warga, relawan Code X, dan Satpol PP.
"Kemudian ada bantuan logistik untuk rumah yang mengalami kerusakan. Untuk kebutuhan saat ini adalah logistik kerja bakti serta beronjong yang diakibatkan oleh kejadian longsor," katanya.
Manajer Pengendali Operasional (Pusdalops) Penanggulangan Bencana BPBD Bantul Aka Luk Luk di Bantul, Sabtu, mengatakan perkembangan data kejadian dampak cuaca ekstrem pada 3 Januari 2020 yang terdata sampai 4 Januari, pukul 12.00 WIB terjadi di 29 desa tersebar di 15 kecamatan.
Dia mengatakan angin kencang dampak cuaca ekstrem tersebut mengakibatkan pohon tumbang di 66 lokasi, sedangkan hujan lebat dampak cuaca ekstrem yang melanda wilayah Bantul pada Jumat (3/1) petang mengakibatkan tanah longsor di empat lokasi.
"Totalnya ada 70 lokasi kejadian yang tersebar di 54 titik lokasi. Kejadian angin kencang yang terjadi di wilayah Kecamatan Bantul, Bambanglipuro, Pandak, Pundong, Srandakan, Dlingo dan Kecamatan Jetis menyebabkan pohon tumbang menghalangi jalan dan menimpa rumah," katanya.
Objek yang terdampak karena tertimpa pohon tumbang maupun tanah longsor 23 rumah, 22 akses jalan, 12 jaringan listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN), satu tempat ibadah, dua jaringan Telkom, serta empat bangunan tempat usaha.
"Kemudian dampak lain ada satu baliho, satu lampu penerangan jalan umum (PJU), bulak sawah, dua kandang ternak, satu pendopo dan satu kendaraan," katanya.
Berdasarkan grafik jumlah lokasi dampak cuaca ekstem dari laman BPBD Bantul, di Kecamatan Dlingo ada empat lokasi, Kretek lima lokasi, Piyungan dua lokasi, Bantul enam lokasi, Pandak dan Bambanglipuro, masing-masing sembilan lokasi, sedangkan Pajangan satu lokasi.
Di Kecamatan Pundong, Sedayu, dan Kasihan, masing-masing lima lokasi, Imogiri delapan lokasi, Jetis lima lokasi, Banguntapan dan Sewon, masing-masing dua lokasi, serta Srandakan tiga lokasi.
Dia mengatakan upaya penanganan yakni dengan assesment lokasi terdampak, mengevakuasi pohon tumbang, dan membuka akses jalan dengan melibatkan potensi BPBD Bantul, Tagana, Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), para relawan, TNI-Polri, warga, relawan Code X, dan Satpol PP.
"Kemudian ada bantuan logistik untuk rumah yang mengalami kerusakan. Untuk kebutuhan saat ini adalah logistik kerja bakti serta beronjong yang diakibatkan oleh kejadian longsor," katanya.