Sleman (ANTARA) - Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebutkan sebagian besar cabai yang dijual di Pasar Lelang Cabai terserap pedagang besar dari luar daerah.
"Cabai Sleman yang dipasarkan melalui Pasar Lelang banyak terserap pedagang luar daerah seperti Jakarta dan Sumatera, hanya sebagian pedagang lokal yang membeli," kata Kepala DP3 Kabupaten Sleman Heru Saptono di Sleman, Kamis.
Menurut dia, harga cabai di Pasar Lelang Cabai Bunder di Kecamatan Pakem masih stabil tinggi. Jenis rawit Kencana rata-rata Rp66.000 per kilogram (kg). sedangkan rawit Ori Rp67.000 per kg, sedangkan cabai keriting Rp32.500 per kg.
"Meskipun saat ini produksi cabai umumnya dalam kondisi 'off season', namun barang yang dilelang di pasar tersebut masih mampu menembus kisaran angka 1,5 ton hingga 3 ton.
"Tingginya harga cabai turut dipengaruhi faktor cuaca. Beberapa pekan lalu, wilayah Jawa Barat yang dikenal sebagai sentra cabai dilanda banjir sehingga mengakibatkan tanaman cabai gagal panen," katanya.
Ia mengatakan, kondisi ini berimbas pada melonjaknya harga cabai hampir di semua daerah.
"Harga cabai di Sleman tergantung dengan harga tingkat nasional. Di Jakarta pun naik harganya," katanya.
Heru mengatakan, diperkirakan harga cabai tetap bertahan tinggi hingga Maret atau April. Hal ini didasarkan prediksi masa panen cabai di wilayah Jawa Timur yang juga merupakan sentra cabai.
"Daerah produksi cabai di Sleman khususnya ada di kawasan lereng Merapi di antaranya Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan Ngemplak dengan lahan seluas 1.500 hektare," katanya.
Ia mengatakan, cabai hasil budi daya petani Sleman ditampung di pasar lelang dan 14 titik kumpul yang tersebar di Kecamatan Tempel, Turi, Ngaglik, Kalasan, Pakem, Ngemplak, dan Prambanan.
"Pedagang bisa mengambil langsung cabai di titik kumpul. Keunggulan sistem pasar lelang ini, kita bisa terapkan 'one price one region' sekaligus memotong mata rantai tengkulak," katanya.
Salah satu petani cabai di Kecamatan Pakem, Sleman Turseno mengatakan produksi cabai di Sleman memang banyak diserap di luar daerah.
"Permintaan cabai dari luar daerah seperti Jakarta dan kota besar lainnya cukup tinggi. Para tengkulak tersebut ada yang mengambil di Pasar Lelang Cabai dan ada yang di pengepul," katanya.
Menurut dia, harga cabai saat ini masih cukup bagus baik di tingkat lokal maupun luar daerah. Hanya saja jika di luar dearah ada bencana banjir biasanya harga turun.
"Ini karena biasanya kendala di sarana transportasi darat. Kalau jalan ke Jakarta macet maka penjualan cabai tidak terlalu lancar karena pedagang tidak mau ambil risiko cabai busuk sebelum sampai tujuan. Sedangkan untuk menggunakan jasa cargo pesawat biaya cukup tinggi," katanya.
"Cabai Sleman yang dipasarkan melalui Pasar Lelang banyak terserap pedagang luar daerah seperti Jakarta dan Sumatera, hanya sebagian pedagang lokal yang membeli," kata Kepala DP3 Kabupaten Sleman Heru Saptono di Sleman, Kamis.
Menurut dia, harga cabai di Pasar Lelang Cabai Bunder di Kecamatan Pakem masih stabil tinggi. Jenis rawit Kencana rata-rata Rp66.000 per kilogram (kg). sedangkan rawit Ori Rp67.000 per kg, sedangkan cabai keriting Rp32.500 per kg.
"Meskipun saat ini produksi cabai umumnya dalam kondisi 'off season', namun barang yang dilelang di pasar tersebut masih mampu menembus kisaran angka 1,5 ton hingga 3 ton.
"Tingginya harga cabai turut dipengaruhi faktor cuaca. Beberapa pekan lalu, wilayah Jawa Barat yang dikenal sebagai sentra cabai dilanda banjir sehingga mengakibatkan tanaman cabai gagal panen," katanya.
Ia mengatakan, kondisi ini berimbas pada melonjaknya harga cabai hampir di semua daerah.
"Harga cabai di Sleman tergantung dengan harga tingkat nasional. Di Jakarta pun naik harganya," katanya.
Heru mengatakan, diperkirakan harga cabai tetap bertahan tinggi hingga Maret atau April. Hal ini didasarkan prediksi masa panen cabai di wilayah Jawa Timur yang juga merupakan sentra cabai.
"Daerah produksi cabai di Sleman khususnya ada di kawasan lereng Merapi di antaranya Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan Ngemplak dengan lahan seluas 1.500 hektare," katanya.
Ia mengatakan, cabai hasil budi daya petani Sleman ditampung di pasar lelang dan 14 titik kumpul yang tersebar di Kecamatan Tempel, Turi, Ngaglik, Kalasan, Pakem, Ngemplak, dan Prambanan.
"Pedagang bisa mengambil langsung cabai di titik kumpul. Keunggulan sistem pasar lelang ini, kita bisa terapkan 'one price one region' sekaligus memotong mata rantai tengkulak," katanya.
Salah satu petani cabai di Kecamatan Pakem, Sleman Turseno mengatakan produksi cabai di Sleman memang banyak diserap di luar daerah.
"Permintaan cabai dari luar daerah seperti Jakarta dan kota besar lainnya cukup tinggi. Para tengkulak tersebut ada yang mengambil di Pasar Lelang Cabai dan ada yang di pengepul," katanya.
Menurut dia, harga cabai saat ini masih cukup bagus baik di tingkat lokal maupun luar daerah. Hanya saja jika di luar dearah ada bencana banjir biasanya harga turun.
"Ini karena biasanya kendala di sarana transportasi darat. Kalau jalan ke Jakarta macet maka penjualan cabai tidak terlalu lancar karena pedagang tidak mau ambil risiko cabai busuk sebelum sampai tujuan. Sedangkan untuk menggunakan jasa cargo pesawat biaya cukup tinggi," katanya.