Yogyakarta (ANTARA) - Komunitas Antar-Ojek Online Yogyakarta mendesak aparat berwenang untuk menindak tegas pelaku kejahatan jalanan atau "klitih" karena sudah banyak pengemudi ojek yang menjadi sasaran aksi kekerasan saat sedang bekerja pada malam hari.
"Dalam kurun waktu satu pekan ini sudah ada tiga kejadian kekerasan jalaan yang menimpa driver ojek online," kata Ketua Komunitas Antar-Ojek Online Yogyakarta Adi Setyawan di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, kejadian paling baru yang menimpa driver ojek online yakni di Kabupaten Kulon Progo yang menyebakan driver ojol terluka akibat sabetan pedang pada Sabtu malam (1/2) di Kulon Progo.
"Kejadian di Kulon Progo, korban sampai disabet pedang," katanya.
Ia mengatakan, dengan adanya fenomena kejahatan jalanan atau "klitih" yang sering terjadi dan juga menyasar driver ojol, dikhawatirkan akan timbul lebih banyak korban.
"Kami minta agar jajaran kepolisian lebih serius dalam penanganan klitih di Yogyakarta. Kami ini kan tidak tahu apa-apa, tiba-tiba jadi korban. Kayak kasus kemarin aja, ibaratnya 'klitih' dilawan, malah yang melawan salah. Peran polisi dimana, kalau begini terus bisa timbul banyak korban," katanya.
Sebelumnya aksi kejahatan jalanan juga terjadi di wilayah Kabupaten Sleman, yang menimpa seorang driver ojek online di Jalan Kabupaten, Dusun Bragasan, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping.
Salah satu driver ojek online Andika (30) warga Kabupaten Bantul mengatakan banyaknya aksi kejahatan jalanan ini menjadi ancaman serius bagi sejumlah driver ojol yang sering mengambil orderan hingga malam hari.
"Ini menjadi ancaman bagi keselamatan kami, kami ini kan tidak tahu apa-apa, namun tahu-tahu kena imbasnya. Kalau takut ya jelas, karena kerja juga buat keluarga, dan keluarga menanti di rumah dengan harapan selamat," katanya.
Menurut dia, dirinya yang biasa mulai berangkat bekerja sebagai driver online pukul 09.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB mengaku sering mengambil orderan hingga malam karena sepi.
"Jumlah driver yang saat ini sudah banyak dan menjamur, sehingga mau tak mau harus 'ngalong' agar mencapai tutup poin," katanya.
Ia mengatakan, meskipun penuh dengan risiko bekerja hingga malam hari, dirinya dan rekan lainnya yang tergabung dalam paguyuban ojol AKJG 5 mengaku selalu berkoordinasi dengan rekan lain saat mengambil orderan.
"Kalau sudah malam hari, kami selalu koordinasi dengan rekan yang lain. Kami manfaatkan sarana aplikasi live lokasi khususnya saat akan melewati daerah yang dikatakan rawan," katanya.
"Dalam kurun waktu satu pekan ini sudah ada tiga kejadian kekerasan jalaan yang menimpa driver ojek online," kata Ketua Komunitas Antar-Ojek Online Yogyakarta Adi Setyawan di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, kejadian paling baru yang menimpa driver ojek online yakni di Kabupaten Kulon Progo yang menyebakan driver ojol terluka akibat sabetan pedang pada Sabtu malam (1/2) di Kulon Progo.
"Kejadian di Kulon Progo, korban sampai disabet pedang," katanya.
Ia mengatakan, dengan adanya fenomena kejahatan jalanan atau "klitih" yang sering terjadi dan juga menyasar driver ojol, dikhawatirkan akan timbul lebih banyak korban.
"Kami minta agar jajaran kepolisian lebih serius dalam penanganan klitih di Yogyakarta. Kami ini kan tidak tahu apa-apa, tiba-tiba jadi korban. Kayak kasus kemarin aja, ibaratnya 'klitih' dilawan, malah yang melawan salah. Peran polisi dimana, kalau begini terus bisa timbul banyak korban," katanya.
Sebelumnya aksi kejahatan jalanan juga terjadi di wilayah Kabupaten Sleman, yang menimpa seorang driver ojek online di Jalan Kabupaten, Dusun Bragasan, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping.
Salah satu driver ojek online Andika (30) warga Kabupaten Bantul mengatakan banyaknya aksi kejahatan jalanan ini menjadi ancaman serius bagi sejumlah driver ojol yang sering mengambil orderan hingga malam hari.
"Ini menjadi ancaman bagi keselamatan kami, kami ini kan tidak tahu apa-apa, namun tahu-tahu kena imbasnya. Kalau takut ya jelas, karena kerja juga buat keluarga, dan keluarga menanti di rumah dengan harapan selamat," katanya.
Menurut dia, dirinya yang biasa mulai berangkat bekerja sebagai driver online pukul 09.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB mengaku sering mengambil orderan hingga malam karena sepi.
"Jumlah driver yang saat ini sudah banyak dan menjamur, sehingga mau tak mau harus 'ngalong' agar mencapai tutup poin," katanya.
Ia mengatakan, meskipun penuh dengan risiko bekerja hingga malam hari, dirinya dan rekan lainnya yang tergabung dalam paguyuban ojol AKJG 5 mengaku selalu berkoordinasi dengan rekan lain saat mengambil orderan.
"Kalau sudah malam hari, kami selalu koordinasi dengan rekan yang lain. Kami manfaatkan sarana aplikasi live lokasi khususnya saat akan melewati daerah yang dikatakan rawan," katanya.