Yogyakarta (ANTARA) - Dosen sekaligus peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Bambang Retnoaji mengembangkan teknologi pemijahan yang mampu mempercepat produksi budi daya ikan wader pari.

"Dengan teknologi budi daya ini reproduksi ikan bisa berlangsung dua minggu sekali," kata dia di Laboratorium Struktur dan Pengembangan Hewan Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta, Selasa.

Ia mengatakan alat pemijahan ikan wader pari dirancang dapat digunakan di dalam maupun luar ruangan dengan kondisi yang bisa diatur.

Dengan begitu, katanya, pemijahan bisa dilakukan tanpa bergantung musim dan dapat digunakan setiap waktu.

Ia menjelaskan alat itu dikembangkan untuk merespons tingginya permintaan pasar terhadap ikan wader.



Kondisi itu, kata dia, memicu eksploitasi ikan jenis tersebut berlangsung terus-menerus tanpa diimbangi upaya konservasi yang tepat.

"Populasi ikan wader pari di alam semakin jarang, ditambah reproduksinya hanya berlangsung satu kali dalam semusim," kata dia.

Alat pemijah yang ia kembangkan terdiri atas rak pemijahan, akuarium utama, akuarium pemijahan, akuarium filter, dan sistem sirkulasi debit air dilengkapi ijuk sebagai media ikan bertelur.

Pemijahan dilakukan di ruangan tertutup dengan kisaran suhu ruang 25-30 derajat Celsius, periode cahaya dengan siklus 14 terang:10 gelap, serta kualitas oksigen terlarut pada kisaran 6-8, berikutnya pH 6,5-8, dan sirkulasi air dilakukan secara terus-menerus.

"Pemijahan dilakukan mulai jam 16.00 sampai dengan jam 07.00 keesokan harinya pada saat telur di panen," kata Bambang.

Dia mengatakan alat itu sudah didaftarkan paten dan ditargetkan bisa segera diproduksi massal sehingga dapat mendukung usaha budi daya ikan wader di Indonesia.

"Untuk produksi alat, satu unitnya sekitar Rp6 jutaan. Semoga dengan kehadiran teknologi ini bisa mendukung upaya konservasi dan budi daya ikan wader pari di Tanah Air," katanya.

 

Pewarta : Luqman Hakim
Editor : Victorianus Sat Pranyoto
Copyright © ANTARA 2024