Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta memberlakukan status tanggap darurat bencana menyusul sejumlah kejadian bencana akibat cuaca ekstrem dalam beberapa hari terakhir.

"Kemarin-kemarin statusnya siaga, sekarang kami tingkatkan menjadi status tanggap darurat per  5 Maret," kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul Dwi Daryanto di Bantul, Jumat.

Menurut dia, BPBD Bantul sejak Desember 2019 sampai 29 Februari 2020 sudah menetapkan status siaga darurat bencana banjir dan tanah longsor.

Baca juga: Dinkes: ada empat kategori dalam identifikasi COVID-19

Selanjutnya, karena cuaca ekstrem sering meliputi Bantul selama musim hujan, BPBD menetapkan status siaga darurat bencana selama dua bulan dari 1 Maret sampai 30 April. 

"Hasil kajian kita dengan kejadian beberapa waktu lalu dan kemarin paling ekstrem hingga ada bencana yang sifatnya masif, seperti dam jebol, talut sungai rusak, jembatan mau roboh, dan lain-lain, sehingga kita meningkatkan menjadi status tanggap darurat," katanya.

Dwi menjelaskan, penetapan status tanggap darurat bencana ditujukan untuk memudahkan upaya penanganan dampak bencana.

Menurut data BPBD Bantul, hujan yang turun dari Rabu (4/3) pukul 15.00 WIB sampai Kamis (5/3) pukul 11.00 WIB menimbulkan kejadian bencana di 35 lokasi, termasuk 11 kejadian pergerakan tanah yang mengakibatkan rumah, jalan, dan talut rusak; banjir di 15 titik; serta pohon tumbang di 10 titik.

Cuaca ekstrem berdampak pada 25 desa yang tersebar di Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Imogiri, Dlingo, Jetis, Kasihan, Kretek, Pajangan, Pandak, Piyungan, Pleret, Pundong, Sanden, Sewon, serta Srandakan di Kabupaten Bantul.
Baca juga: Sejumlah infrastruktur di Bantul rusak terdampak cuaca ekstrem
 

Pewarta : Hery Sidik
Editor : Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024