Kulon Progo (ANTARA) - Komisi II DPRD Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendukung langkah Kelompok Usaha Bersama Tiwi Manunggal dalam memberdayaakan petani hingga ekspor produk gula nira sampai Amerika dan Eropa.

Anggota Komisi II DPRD Kulon Progo Widiyanto di Kulon Progo, Rabu, mengatakan jumlah petani di Kecamatan Kokap sangat banyak hingga mencapai 5.000 orang, di Desa Hargotirto dan Hargowilis yang tergabung dalam KUB Tiwi Manunggul lebih dari 1.000 orang, sehingga perlu adanya perhatian khusus.

"Kami mendapat laporan dari petani, bahwa KUB Tiwi Manunggal telah mampu menggerakkan ekonomi petani nira, sehingga kesejahteraan mereka meningkat. Sehingga, mata pencaharian sebagai petani nira tidak lagi dipandang sebelah mata," kata Widiyanto.

Ia mengatakan produksi gula semut yang diproduksi petani anggota KUB Tiwi Manunggal mampu menembus pasar Amerika dan Eropa. Hal ini perlu ditiru oleh kelompok lain dalam untuk mengoptimalkan produk gula semut supaya bisa tembus pasar nasional dan internasional.

"Produk gula merah atau gula semut di Kulon Progo ini cukup banyak dengan melibatkan ribuan petani nira, sehingga perlu adanya inovasi dari petani sendiri dan masyarakat dalam menangkap peluang ini," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi II Edy Priyono meminta Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo untuk membentuk kelompok-kelompok petani nira, sehingga produk gula nira memiliki standarisasi produk dan kualitas.

"Hal ini sangat penting, supaya produk gula semut dan gula merah dari Kulon Progo memiliki kualitas yang berdaya saing dipasaran, baik lokal dan internasional," katanya.

Edy juga meminta Dinas Pertanian dan Pangan melakukan sertifikasi produk gula semut dengan sertifikasi yang bisa diterima oleh semua pihak. Menurutnya, sertifikasi memang sangat penting supaya produk bisa bersaing, khususnya sertifikasi organik.

Namun hal yang paling peting lagi, kata Edy, Dinas Pertanian dan Pangan harus memberikan bantuan bibit pohon kelapa yang cepat tumbuh, pendek dan menghasilkan nira yang banyak. Hal ini menyikapi menurunnya jumlah petani nira.

"Meski potensi pasar gula semut sangat besar, tapi mata pencarian sebagai petani nira masih dipandang sebelah mata. Untuk itu perlu adanya benih pohon kelapa yang umur pendek, batang pendek, tapi menghasilkan nira yang banyak. Itu menjadi pekerjaan rumah Dinas Pertanian dan Pangan yang harus segera dilaksanakan," katanya.

Selanjutnya, Anggota Komisi II Septi Nur Anggraeni mengatakan gula semut ini icon atau produk unggulan di Kabupaten Kulon Progo. Namun hingga saat ini, di objek-objek wisata belum ada warung yang menjual produk gula semut.

"Hal ini cukup memprihatinkan dan perlu mendapat perhatian khusus dari OPD terkait, baik Dinas Pariwisata dan Dinas Pertanian dan Pangan supaya produk ini juga dijual di objek wisata sebagai oleh-oleh khas Kulon Progo," katanya. Komisi II DPRD Kulon Progo sidak ke KUB Tiwi Manunggal di Hargowilis, Kokap. (Foto ANTARA/Sutarmi) Sementara itu, Ketua KUB Tiwi Manunggal Triyono mengatakan anggota KUB Tiwi Manunggal lebih dari 1.000 orang dengan jumlah ekspor lebih dari 80 ton setiap bulan. Sejauh ini, produksi gula semut KUB Tiwi Manunggal sudah tembus, Jerman, Perancis, Kanada, Amerika dan Jepang.

"Dari hasil penjualan produk gula semut ke negara-negara tersebut, KUB Tiwi Manunggal dapat bantuan fieltread sebesar lima hingga 10 persen dari penjualan. Hingga saat ini, bantuan fieltread dari 2014 sampai saat ini sudah mencapai Rp1,04 miliiar.

"Bantuan tersebut digunakan untuk memberdayakan petani nira hingga rehabilitasi jalan, sekolah hingga rumah ibadah," katanya.

Pewarta : Sutarmi
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024