Sleman (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, melalui Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sleman akan melakukan tes usap tenaga kesehatan, tempat pendidikan berasrama, tempat rawan kerumunan dan destinasi wisata.
"Target kami tes usap massal ini menyasar sekitar 5.000 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo di Sleman, Senin.
Menurut dia, pihaknya mendapat masukan dan saran dari akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta untuk sasaran prioritas dalam tes usap massal ini, yakni tenaga kesehatan, tempat pendidikan berasrama, tempat rawan kerumunan seperti pasar, tempat pelayanan publik, destinasi wisata dan sarana olahraga, serta pelaku perjalanan.
"Penduduk Sleman saat ini tercatat kurang lebih 1,1 juta jiwa, dan ditargetkan satu per seribu akan dilakukan tes usap," katanya.
Ia mengatakan tes usap massal sebenarnya sudah berlangsung sejak Juni dengan sasaran tenaga kesehatan dan sampai saat ini telah dilaksanakan terhadap 2.000 tenaga kesehatan sehingga masih ada sisa 3.000 kuota.
"Sebelumnya kami targetkan dapat melakukan tes usap sekitar 1.000 orang per minggu, namun karena kendala over kapasitas laboratorium, setiap minggu hanya dilakukan 500 tes usap. Tws usap massal diperkirakan baru selesai sekitar akhir Agustus," katanya.
Joko mengatakan di DIY ada enam laboratorium untuk pemeriksaan sampel usap yaitu Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, RSUP Dr Sardjito, Balai Besar Veteriner Wates, RS Hardjolukito, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY.
"Saat ini ada lima yang angkat tangan karena terlampau penuh, yang masih bisa menerima hanya UMY. Kapasitas pemeriksaannya per hari sekitar 60-100 spesimen," katanya.
Ia mengatakan, untuk swab massal di pondok pesantren (ponpes) rencananya mulai dilaksanakan Rabu 29 Juli, di Ponpes Sunan Pandanaran Ngaglik yang merepresentasikan wilayah Sleman tengah.
"Kemudian disusul ponpes di Kecamatan Moyudan dan Berbah pada pekan berikutnya. Tempat pendidikan berasrama tidak bisa diambil sampel usap semuanya sehingga akan disampling, sementara di tiga ponpes yang mewakili wilayah Sleman timur, tengahdan barat," katanya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Sleman Novita Krisnaeni mengatakan tes usap massal akan dilakukan terhadap ustadz karena mayoritas pengajar di ponpes berasal dari luar DIY.
"Paling tidak, pengajar sudah terdeteksi lebih dulu. Kalau untuk santri, aturan kedatangannya sama dengan calon mahasiswa yakni yang berasal dari zona merah harus membawa surat bebas COVID-19," katanya.
"Target kami tes usap massal ini menyasar sekitar 5.000 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo di Sleman, Senin.
Menurut dia, pihaknya mendapat masukan dan saran dari akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta untuk sasaran prioritas dalam tes usap massal ini, yakni tenaga kesehatan, tempat pendidikan berasrama, tempat rawan kerumunan seperti pasar, tempat pelayanan publik, destinasi wisata dan sarana olahraga, serta pelaku perjalanan.
"Penduduk Sleman saat ini tercatat kurang lebih 1,1 juta jiwa, dan ditargetkan satu per seribu akan dilakukan tes usap," katanya.
Ia mengatakan tes usap massal sebenarnya sudah berlangsung sejak Juni dengan sasaran tenaga kesehatan dan sampai saat ini telah dilaksanakan terhadap 2.000 tenaga kesehatan sehingga masih ada sisa 3.000 kuota.
"Sebelumnya kami targetkan dapat melakukan tes usap sekitar 1.000 orang per minggu, namun karena kendala over kapasitas laboratorium, setiap minggu hanya dilakukan 500 tes usap. Tws usap massal diperkirakan baru selesai sekitar akhir Agustus," katanya.
Joko mengatakan di DIY ada enam laboratorium untuk pemeriksaan sampel usap yaitu Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, RSUP Dr Sardjito, Balai Besar Veteriner Wates, RS Hardjolukito, dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY.
"Saat ini ada lima yang angkat tangan karena terlampau penuh, yang masih bisa menerima hanya UMY. Kapasitas pemeriksaannya per hari sekitar 60-100 spesimen," katanya.
Ia mengatakan, untuk swab massal di pondok pesantren (ponpes) rencananya mulai dilaksanakan Rabu 29 Juli, di Ponpes Sunan Pandanaran Ngaglik yang merepresentasikan wilayah Sleman tengah.
"Kemudian disusul ponpes di Kecamatan Moyudan dan Berbah pada pekan berikutnya. Tempat pendidikan berasrama tidak bisa diambil sampel usap semuanya sehingga akan disampling, sementara di tiga ponpes yang mewakili wilayah Sleman timur, tengahdan barat," katanya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Sleman Novita Krisnaeni mengatakan tes usap massal akan dilakukan terhadap ustadz karena mayoritas pengajar di ponpes berasal dari luar DIY.
"Paling tidak, pengajar sudah terdeteksi lebih dulu. Kalau untuk santri, aturan kedatangannya sama dengan calon mahasiswa yakni yang berasal dari zona merah harus membawa surat bebas COVID-19," katanya.