Kulon Progo (ANTARA) - Akademisi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Amirullah Setya Hardi memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 2021 dan 2022 akan positif meski hanya tipis di angka nol koma karena tergantung pada arah kebijakan pemerintah setempat dalam memanfaatkan proyek strategis nasional.
Wakil Dekan FEB UGM Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Alumni, Amirullah Setya Hardi di Kulon Progo, Jumat, mengatakan proyeksi laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2021 positif 4,9 persen, dan 2022 positif 5,4 persen.
Pada 2020, laju pertumbuhan ekonomi di Kulon Progo terkontraksi minus 4,06 persen akibat pandemi COVID-19.
"Selanjutnya, laju pertumbuhan DIY diproyeksikan pada 2021 sebesar 3,9 persen, dan 2022 sebesar 4,3 persen. Kami kira di Kulon Progo tidak jauh dari itu, bila kebijakan dan strategi kebijakan ekonomi yang diambil tepat," kata Amirullah.
Ia mengatakan ada beberapa upaya pemulihan ekonomi di Kulon Progo, meski dampaknya tidak bisa langsung dirasakan, yakni Pemkab Kulon Progo harus segera melakukan strategi penyelamatan, memberikan bantuan kepada masyarakat langsung maupun tidak langsung, percepatan penanggulangan pandemi, penanganan dan vaksin, strategi penguatan, identifikasi komoditas utama.
Selanjutnya, pemanfaatan IT dalam proses produksi dan pemasaran, strategi pemulihan, meningkatkan multiplier PSN dan penyediaan infrastruktur lainnya, masuk dalam koridor pariwisata, pemanfaatan infrastruktur, produksi, perdagangan, dan penciptaan pusat pertumbuhan di kawasan aerocity dan aerotropolis.
"Pemulihan ekonomi tergantung Pemkab Kulon Progo memanfaatkan peluang tersebut," katanya.
Amirullah mengatakan Pemkab Kulon Progo melakukann persiapan perubahan pembangunan sektoral yang memadai dan kesiapan SDM, mendorong peran perbankan dalam pembangunan di Kulon Progo, kompetisi dalam pengembangan ekonomi, optimisme terkait rencana isu strategis nasional, kewaspadaan terhadap peningkatan kemiskinan dan ketimpangan akibat perubahan sektoral dalam perekonomian.
"Hal utama yang dilakukan oleh pemkab yakni arah baru ekonomi Kulon Progo," katanya.
Sementara itu, Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan Pemkab Kulon Progo dihadapkan pada beberapa isu-isu strategis, di antaranya adalah telah beroperasinya secara penuh Yogyakarta International Airport (YIA), adanya pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur dan rencana pengembangan kawasan Menoreh menangkap peluang exit tol Bawen-Yogyakarta di Banyurejo Tempel serta peluang 3 (tiga) exit tol Yogyakarta-Cilacap di Sentolo, Wates dan Temon.
Di sisi lain, ada permasalahan utama daerah yaitu tingginya kemiskinan, melebarnya ketimpangan, melemahnya daya beli masyarakat, permasalahan akses dan tata ruang wilayah, masalah kualitas sumber daya manusia, dan menjadi pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan. Kondisi pandemi menuntut pemkab untuk menyeimbangkan antara perputaran roda ekonomi dengan penegakan protokol kesehatan.
Selain itu, pemkab sedang menyelaraskan antara kebutuhan masyarakat untuk tetap berpenghasilan dengan upaya mengatasi penularan COVID-19, agar tidak semakin merebak di Kulon Progo. Oleh sebab itu, pemkab perlu memikirkan strategi agar masyarakat tetap dapat beraktivitas dengan aman, sehat, dan tetap produktif.
"Saat ini, pemkab sedang mempersiapkan diri dengan baik dan bersiap untuk menangkap peluang dari isu-isu strategis serta mampu menjawab berbagai permasalahan daerah tersebut yang diharapkan mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi investor-investor baru untuk mengembangkan usaha di wilayah Kulon Progo demi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kulon Progo," katanya.
Wakil Dekan FEB UGM Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Alumni, Amirullah Setya Hardi di Kulon Progo, Jumat, mengatakan proyeksi laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2021 positif 4,9 persen, dan 2022 positif 5,4 persen.
Pada 2020, laju pertumbuhan ekonomi di Kulon Progo terkontraksi minus 4,06 persen akibat pandemi COVID-19.
"Selanjutnya, laju pertumbuhan DIY diproyeksikan pada 2021 sebesar 3,9 persen, dan 2022 sebesar 4,3 persen. Kami kira di Kulon Progo tidak jauh dari itu, bila kebijakan dan strategi kebijakan ekonomi yang diambil tepat," kata Amirullah.
Ia mengatakan ada beberapa upaya pemulihan ekonomi di Kulon Progo, meski dampaknya tidak bisa langsung dirasakan, yakni Pemkab Kulon Progo harus segera melakukan strategi penyelamatan, memberikan bantuan kepada masyarakat langsung maupun tidak langsung, percepatan penanggulangan pandemi, penanganan dan vaksin, strategi penguatan, identifikasi komoditas utama.
Selanjutnya, pemanfaatan IT dalam proses produksi dan pemasaran, strategi pemulihan, meningkatkan multiplier PSN dan penyediaan infrastruktur lainnya, masuk dalam koridor pariwisata, pemanfaatan infrastruktur, produksi, perdagangan, dan penciptaan pusat pertumbuhan di kawasan aerocity dan aerotropolis.
"Pemulihan ekonomi tergantung Pemkab Kulon Progo memanfaatkan peluang tersebut," katanya.
Amirullah mengatakan Pemkab Kulon Progo melakukann persiapan perubahan pembangunan sektoral yang memadai dan kesiapan SDM, mendorong peran perbankan dalam pembangunan di Kulon Progo, kompetisi dalam pengembangan ekonomi, optimisme terkait rencana isu strategis nasional, kewaspadaan terhadap peningkatan kemiskinan dan ketimpangan akibat perubahan sektoral dalam perekonomian.
"Hal utama yang dilakukan oleh pemkab yakni arah baru ekonomi Kulon Progo," katanya.
Sementara itu, Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan Pemkab Kulon Progo dihadapkan pada beberapa isu-isu strategis, di antaranya adalah telah beroperasinya secara penuh Yogyakarta International Airport (YIA), adanya pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur dan rencana pengembangan kawasan Menoreh menangkap peluang exit tol Bawen-Yogyakarta di Banyurejo Tempel serta peluang 3 (tiga) exit tol Yogyakarta-Cilacap di Sentolo, Wates dan Temon.
Di sisi lain, ada permasalahan utama daerah yaitu tingginya kemiskinan, melebarnya ketimpangan, melemahnya daya beli masyarakat, permasalahan akses dan tata ruang wilayah, masalah kualitas sumber daya manusia, dan menjadi pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan. Kondisi pandemi menuntut pemkab untuk menyeimbangkan antara perputaran roda ekonomi dengan penegakan protokol kesehatan.
Selain itu, pemkab sedang menyelaraskan antara kebutuhan masyarakat untuk tetap berpenghasilan dengan upaya mengatasi penularan COVID-19, agar tidak semakin merebak di Kulon Progo. Oleh sebab itu, pemkab perlu memikirkan strategi agar masyarakat tetap dapat beraktivitas dengan aman, sehat, dan tetap produktif.
"Saat ini, pemkab sedang mempersiapkan diri dengan baik dan bersiap untuk menangkap peluang dari isu-isu strategis serta mampu menjawab berbagai permasalahan daerah tersebut yang diharapkan mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi investor-investor baru untuk mengembangkan usaha di wilayah Kulon Progo demi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kulon Progo," katanya.