Magelang (ANTARA) - Wisata edukasi di Desa Bahasa Borobudur yang berlokasi di Dusun Parakan, Desa Ngargogondo, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19 mulai bangkit seiring pandemi mereda.
"Baik untuk kunjungan wisatawan maupun mereka yang mau kursus bahasa Inggris di Desa Bahasa ini mulai ramai," kata pemilik Desa Bahasa Borobudur Hani Sutrisno di Magelang, Selasa.
Ia menyampaikan kunjungan wisatawan mulai ramai sejak libur Lebaran lalu, rata-rata pengunjung waktu itu mencapai 800 orang per hari, sedangkan pengunjung pada hari-hari biasa sekarang ini berkisar 500 orang per hari.
Hani menuturkan saat diterapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) kunjungan wisatawan bisa dihitung dengan jari, bahkan sering dalam satu hari tidak ada pengunjung.
Ia menyebutkan fasilitas wisatawan di Desa Bahasa, antara lain ada taman kelinci, mandi bola, trampolin, terapi ikan, panahan, dan 32 spot selfie. Harga tiket pada hari biasa Rp20.000 dan akhir pekan Rp25.000.
"Alhamdulillah, untuk wisata peningkatannya luar biasa setelah Lebaran kemarin, saya tidak menyangka," katanya.
Menurut dia ramainya kunjungan wisatawan ini juga dibarengi dengan tumbuhnya minat anak-anak untuk kursus bahasa Inggris di Desa Bahasa.
"Setelah pandemi mereda, ini sudah ada satu kelompok dengan 14 anak belajar bahasa Inggris di sini, mereka berasal dari sejumlah daerah, ada dari Jepara, Sumatera, dan lainnya," katanya.
Mereka mengambil paket kursus 10 hari dan tinggal di homestay Desa Bahasa dengan biaya per anak Rp3,5 juta, dengan fasilitas, antara lain tempat tidur yang nyaman, makan tiga kali sehari.
"Kami bersyukur sekali, ini pertama kali setelah pandemi COVID-19 mereda, ternyata orang-orang yang ingin belajar sudah mulai tumbuh lagi. Hal ini kesempatan bagi kami memberitahukan bahwa Desa Bahasa sudah siap untuk memberikan layanan yang terbaik kepada mereka," katanya.
Ia menyampaikan pihaknya berkomitmen membantu masyarakat yang ingin cepat bisa bahasa Inggris dan metode di Desa bahasa jelas berbeda, karena lebih banyak ke praktik dan belajar di tempat wisata.
"Di sini belajar sambil bermain, meskipun mereka capek tetapi tetap senang," katanya.
Desa Bahasa Borobudur ini juga menyediakan waktu khusus bagi warga sekitar untuk belajar bahasa Inggris secara gratis.
"Kami ingin bahwa masyarakat sekitar sini juga harus maju. Banyak anak dari luar daerah belajar di sini, maka masyarakat sekitar juga harus merasakan manfaatnya, maka salah satunya kami berikan belajar gratis kepada mereka," katanya.
Peserta kursus bahasa Inggris di Desa Bahasa Borobudur asal Sumatera, Muhammad Akif Dzahiin (15), menyampaikan memilih kursus di Desa Bahasa setelah mendapat cerita pengalaman dari kakak dan teman-temannya.
"Kakak dan beberapa teman dulu pernah kursus di sini dan dari cerita mereka, maka saya pilih belajar bahasa Inggris di sini," kata Akif yang baru lulus dari salah satu SMP swasta di Yogyakarta ini.
Ia menuturkan memanfaatkan waktu luang sebelum masuk ke SMA untuk belajar bahasa Inggris di Desa Bahasa Borobudur, yang metodenya berbeda jauh waktu di sekolah.
"Di sini lebih asyik, terbawa suasana sehingga lebih jelas dan mudah menerimanya dengan metode bermain ini. Dengan metode belajar sambil bermain ini sehingga terbawa senang dan semangat," katanya.
"Baik untuk kunjungan wisatawan maupun mereka yang mau kursus bahasa Inggris di Desa Bahasa ini mulai ramai," kata pemilik Desa Bahasa Borobudur Hani Sutrisno di Magelang, Selasa.
Ia menyampaikan kunjungan wisatawan mulai ramai sejak libur Lebaran lalu, rata-rata pengunjung waktu itu mencapai 800 orang per hari, sedangkan pengunjung pada hari-hari biasa sekarang ini berkisar 500 orang per hari.
Hani menuturkan saat diterapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) kunjungan wisatawan bisa dihitung dengan jari, bahkan sering dalam satu hari tidak ada pengunjung.
Ia menyebutkan fasilitas wisatawan di Desa Bahasa, antara lain ada taman kelinci, mandi bola, trampolin, terapi ikan, panahan, dan 32 spot selfie. Harga tiket pada hari biasa Rp20.000 dan akhir pekan Rp25.000.
"Alhamdulillah, untuk wisata peningkatannya luar biasa setelah Lebaran kemarin, saya tidak menyangka," katanya.
Menurut dia ramainya kunjungan wisatawan ini juga dibarengi dengan tumbuhnya minat anak-anak untuk kursus bahasa Inggris di Desa Bahasa.
"Setelah pandemi mereda, ini sudah ada satu kelompok dengan 14 anak belajar bahasa Inggris di sini, mereka berasal dari sejumlah daerah, ada dari Jepara, Sumatera, dan lainnya," katanya.
Mereka mengambil paket kursus 10 hari dan tinggal di homestay Desa Bahasa dengan biaya per anak Rp3,5 juta, dengan fasilitas, antara lain tempat tidur yang nyaman, makan tiga kali sehari.
"Kami bersyukur sekali, ini pertama kali setelah pandemi COVID-19 mereda, ternyata orang-orang yang ingin belajar sudah mulai tumbuh lagi. Hal ini kesempatan bagi kami memberitahukan bahwa Desa Bahasa sudah siap untuk memberikan layanan yang terbaik kepada mereka," katanya.
Ia menyampaikan pihaknya berkomitmen membantu masyarakat yang ingin cepat bisa bahasa Inggris dan metode di Desa bahasa jelas berbeda, karena lebih banyak ke praktik dan belajar di tempat wisata.
"Di sini belajar sambil bermain, meskipun mereka capek tetapi tetap senang," katanya.
Desa Bahasa Borobudur ini juga menyediakan waktu khusus bagi warga sekitar untuk belajar bahasa Inggris secara gratis.
"Kami ingin bahwa masyarakat sekitar sini juga harus maju. Banyak anak dari luar daerah belajar di sini, maka masyarakat sekitar juga harus merasakan manfaatnya, maka salah satunya kami berikan belajar gratis kepada mereka," katanya.
Peserta kursus bahasa Inggris di Desa Bahasa Borobudur asal Sumatera, Muhammad Akif Dzahiin (15), menyampaikan memilih kursus di Desa Bahasa setelah mendapat cerita pengalaman dari kakak dan teman-temannya.
"Kakak dan beberapa teman dulu pernah kursus di sini dan dari cerita mereka, maka saya pilih belajar bahasa Inggris di sini," kata Akif yang baru lulus dari salah satu SMP swasta di Yogyakarta ini.
Ia menuturkan memanfaatkan waktu luang sebelum masuk ke SMA untuk belajar bahasa Inggris di Desa Bahasa Borobudur, yang metodenya berbeda jauh waktu di sekolah.
"Di sini lebih asyik, terbawa suasana sehingga lebih jelas dan mudah menerimanya dengan metode bermain ini. Dengan metode belajar sambil bermain ini sehingga terbawa senang dan semangat," katanya.