Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, siap mengembangkan desa wisata berbasis potensi lokal untuk mendongkrak ekonomi kreatif di masyarakat pasca pandemi COVID-19.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kulon Progo Joko Mursito di Kulon Progo, Jumat, mengatakan pengembangan pariwisata daerah itu mengikuti program atau kebijakan pusat.
Saat ini, muncul tren untuk mengembangkan desa wisata, dan Gubernur DIY Sri Sultan HB X baru saja mengeluarkan aturan yang menekankan pengembangan pariwisata melalui desa wisata.
"Untuk itu, di Kulon Progo sedang kami tingkatkan pameran ekonomi kreatif, tapi basisnya bukan lagi UMKM, tapi desa wisata. Bagaimana desa wisata punya ekonomi kreatif, seperti suvenir yang menjadi identitas masing-masing," kata Joko Mursito.
Ia mengatakan saat ini, di Kulon Progo terdapat 22 desa wisata dari total 88 desa. Setiap desa wisata memiliki ciri khas sendiri, tidak sama dengan desa lainnya. Sehingga satu desa memiliki keunggulan dan keidentikan, serta keunikan.
"Perkembangan desa wisata di Kulon Progo cukup baik. Pada 2021, desa wisata baru ada 14 desa dan pada 2022 ini menjadi 22 desa. Kami optimistis desa wisata akan tumbuh pada tahun mendatang," katanya.
Lebih lanjut, Joko Mursito mengatakan dampak positif lahirnya desa wisata di masing-masing desa, yakni dinamika perkembangan perekonomian masyarakat sangat baik, apalagi syarat desa wisata harus bersinergi dengan masyarakat dan mendapatkan dukungan dari desa. Hal yang menarik lagi, banyak desa wisata yang mulai bersinergi dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
"BUMDes dan desa wisata bergerak bersama, sehingga desa wisata yang berkembang saat ini semakin berkembang pesat," katanya.
Sebelumnya, Penjabat Bupati Kulon Progo Tri Saktiyana mengatakan pariwisata akan menjadi motor penggerak perekonomian Kulon Progo, sehingga arah pengembangannya bukan mass tourism atau pariwisata massal, melainkan kualitatif tourism.
Oleh karena itu, ia mengharapkan bus-bus besar agar nantinya tidak masuk ke Kulon Progo, karena tidak membawa dampak pada pertumbuhan UKM seperti rumah makan di wilayah ini.
"Kita batasi bus-bus besar yang masuk ke Kulon Progo. Bus boleh masuk tapi jangan sampai ke pelosok. Kami lebih suka wisatawan yang datang menggunakan mobil atau wisata keluarga yang bersifat kualitatif dengan harapan mereka daya belanja lebih tinggi," katanya.
Tri Saktiyana mengatakan Pemkab Kulon Progo melalui Dispar nantinya akan mengembangkan wisata dengan minat khusus, seperti wisata keolahragaan.
"Wisata minat khusus ini diharapkan mampu meningkatkan lama tinggal di Kulon Progo dan mendongkrak perekonomian masyarakat," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kulon Progo Joko Mursito di Kulon Progo, Jumat, mengatakan pengembangan pariwisata daerah itu mengikuti program atau kebijakan pusat.
Saat ini, muncul tren untuk mengembangkan desa wisata, dan Gubernur DIY Sri Sultan HB X baru saja mengeluarkan aturan yang menekankan pengembangan pariwisata melalui desa wisata.
"Untuk itu, di Kulon Progo sedang kami tingkatkan pameran ekonomi kreatif, tapi basisnya bukan lagi UMKM, tapi desa wisata. Bagaimana desa wisata punya ekonomi kreatif, seperti suvenir yang menjadi identitas masing-masing," kata Joko Mursito.
Ia mengatakan saat ini, di Kulon Progo terdapat 22 desa wisata dari total 88 desa. Setiap desa wisata memiliki ciri khas sendiri, tidak sama dengan desa lainnya. Sehingga satu desa memiliki keunggulan dan keidentikan, serta keunikan.
"Perkembangan desa wisata di Kulon Progo cukup baik. Pada 2021, desa wisata baru ada 14 desa dan pada 2022 ini menjadi 22 desa. Kami optimistis desa wisata akan tumbuh pada tahun mendatang," katanya.
Lebih lanjut, Joko Mursito mengatakan dampak positif lahirnya desa wisata di masing-masing desa, yakni dinamika perkembangan perekonomian masyarakat sangat baik, apalagi syarat desa wisata harus bersinergi dengan masyarakat dan mendapatkan dukungan dari desa. Hal yang menarik lagi, banyak desa wisata yang mulai bersinergi dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
"BUMDes dan desa wisata bergerak bersama, sehingga desa wisata yang berkembang saat ini semakin berkembang pesat," katanya.
Sebelumnya, Penjabat Bupati Kulon Progo Tri Saktiyana mengatakan pariwisata akan menjadi motor penggerak perekonomian Kulon Progo, sehingga arah pengembangannya bukan mass tourism atau pariwisata massal, melainkan kualitatif tourism.
Oleh karena itu, ia mengharapkan bus-bus besar agar nantinya tidak masuk ke Kulon Progo, karena tidak membawa dampak pada pertumbuhan UKM seperti rumah makan di wilayah ini.
"Kita batasi bus-bus besar yang masuk ke Kulon Progo. Bus boleh masuk tapi jangan sampai ke pelosok. Kami lebih suka wisatawan yang datang menggunakan mobil atau wisata keluarga yang bersifat kualitatif dengan harapan mereka daya belanja lebih tinggi," katanya.
Tri Saktiyana mengatakan Pemkab Kulon Progo melalui Dispar nantinya akan mengembangkan wisata dengan minat khusus, seperti wisata keolahragaan.
"Wisata minat khusus ini diharapkan mampu meningkatkan lama tinggal di Kulon Progo dan mendongkrak perekonomian masyarakat," katanya.