Bantul (ANTARA) - Kelompok tani Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada periode Oktober ini akan melakukan panen pada tanaman jagung seluas 481 hektare tersebar di wilayah Kecamatan Sanden.
"Total tanaman jagung di Bantul hampir 4.000 hektare...untuk yang dipanen sekarang seluas 481 hektare di wilayah Sanden," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul, Joko Waluyo, usai menghadiri panen jagung di Kalimundu, Desa Gadingharjo, Bantul, Senin.
Dia mengatakan produktivitas panen jagung per hektare musim ini rata-rata 10 ton, namun demikian harapannya bisa terus meningkat melalui inovasi bidang pertanian dan penerapan sistem budi daya jagung yang tepat guna.
"Bantul mau mengembangkan sistem tanam jagung tiga tongkol, sekarang kan baru tongkol satu, nanti ke depan kita mau mengembangkan minimal tongkol dua, karena otomatis akan meningkatkan produktivitas," katanya.
Ia mengatakan pada kesempatan panen jagung tersebut pemerintah daerah (pemda) juga mengenalkan pupuk dengan bahan alami biosaka kepada kelompok tani, agar nantinya penggunaannya bisa dimaksimalkan untuk lahan pertanian mereka.
"Sekarang ini Bantul baru mau membuat biosaka, makanya penemuan ini dikenalkan kepada tani, agar petani bisa mengurangi pupuk kimia. Jadi, tujuannya pertama, menghemat pupuk kimia, juga pertumbuhan rumput atau gulmanya bisa terkendali," katanya.
Pengenalan pupuk alami biosaka kepada kelompok tani Kalimundu Sanden ini juga sebagai solusi mengurangi pupuk kimia yang saat ini harganya mahal, karena beberapa produk pupuk kimia sudah tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah.
"Jadi ini salah satu alternatif untuk mengurangi pupuk kimia yang sekarang subsidi dikurangi dan harga pupuk kimia yang semakin meningkat, pupuk kimia sekarang kan Phonska sama urea, yang lain subsidi dicabut," katanya.
Untuk di Kelompok Tani Guyub Rukun, Desa Gadingharjo Sanden ini, ada rencana lokasi demplot atau percontohan tanaman jagung dengan penggunaan pupuk bahan alami biosaka seluas 5.000 meter persegi.
"Dengan bahan alami biosaka nanti harapannya produksi jagung bisa naik dan yang kedua menghemat biaya pupuk, apalagi kita bisa bikin sendiri memanfaatkan rumput yang ada untuk bahan alami biosaka ini," katanya.
"Total tanaman jagung di Bantul hampir 4.000 hektare...untuk yang dipanen sekarang seluas 481 hektare di wilayah Sanden," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul, Joko Waluyo, usai menghadiri panen jagung di Kalimundu, Desa Gadingharjo, Bantul, Senin.
Dia mengatakan produktivitas panen jagung per hektare musim ini rata-rata 10 ton, namun demikian harapannya bisa terus meningkat melalui inovasi bidang pertanian dan penerapan sistem budi daya jagung yang tepat guna.
"Bantul mau mengembangkan sistem tanam jagung tiga tongkol, sekarang kan baru tongkol satu, nanti ke depan kita mau mengembangkan minimal tongkol dua, karena otomatis akan meningkatkan produktivitas," katanya.
Ia mengatakan pada kesempatan panen jagung tersebut pemerintah daerah (pemda) juga mengenalkan pupuk dengan bahan alami biosaka kepada kelompok tani, agar nantinya penggunaannya bisa dimaksimalkan untuk lahan pertanian mereka.
"Sekarang ini Bantul baru mau membuat biosaka, makanya penemuan ini dikenalkan kepada tani, agar petani bisa mengurangi pupuk kimia. Jadi, tujuannya pertama, menghemat pupuk kimia, juga pertumbuhan rumput atau gulmanya bisa terkendali," katanya.
Pengenalan pupuk alami biosaka kepada kelompok tani Kalimundu Sanden ini juga sebagai solusi mengurangi pupuk kimia yang saat ini harganya mahal, karena beberapa produk pupuk kimia sudah tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah.
"Jadi ini salah satu alternatif untuk mengurangi pupuk kimia yang sekarang subsidi dikurangi dan harga pupuk kimia yang semakin meningkat, pupuk kimia sekarang kan Phonska sama urea, yang lain subsidi dicabut," katanya.
Untuk di Kelompok Tani Guyub Rukun, Desa Gadingharjo Sanden ini, ada rencana lokasi demplot atau percontohan tanaman jagung dengan penggunaan pupuk bahan alami biosaka seluas 5.000 meter persegi.
"Dengan bahan alami biosaka nanti harapannya produksi jagung bisa naik dan yang kedua menghemat biaya pupuk, apalagi kita bisa bikin sendiri memanfaatkan rumput yang ada untuk bahan alami biosaka ini," katanya.