Gunungkidul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap mewaspadai potensi bencana alam akibat cuaca ekstrem yang bisa melanda di wilayah ini.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul Sumadi di Gunungkidul, Sabtu, mengatakan, berdasarkan data yang masuk di BPBD Gunungkidul, dari Januari sampai saat ini tercatat 257 peristiwa yang berkaitan dengan kebencanaan dengan proyeksi pemulihan dibutuhkan anggaran sekitar Rp15 miliar.
"Saat ini memasuki masa pancaroba. Kami tetap mewaspadai potensi terjadinya bencana. Kami juga mengimbau masyarakat tetap waspada," kata Sumadi.
Menurut dia, tingginya kejadian kebencanaan ini dikarenakan dampak terjadinya cuaca ekstrem yang tersebar di seluruh wilayah.
Total ada 257 kejadian. Adapun rinciannya, sebanyak 154 musibah longsor, banjir di 33 titik, angin kencang ada 48 kejadian, bangunan roboh tiga titik, tanah ambles tersebar di sepuluh lokasi.
Meski ada ratusan peristiwa akibat dampak dari cuaca ekstrem, ia memastikan tidak ada korban jiwa karena hanya mengakibatkan terjadinya kerusakan. Selain itu, juga tidak ada status tanggap darurat guna proses penanganan terhadap dampak yang terjadi.
“Sempat ada wacana, tapi tidak jadi sehingga statusnya tetap siaga darurat bencana,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul Irawan Jatmiko mengatakan pihaknya mengkaji terhadap dampak bencana hidrometeorologi yang terjadi di Gunungkidul.
Adapun hasilnya dibutuhkan biaya sekitar Rp15 miliar untuk pemulihan terhadap kerusakan yang ada.
Menurut dia, dampak terbesar adalah longsor di Kalurahan Tegalrejo, Gedangsari yang membutuhkan anggaran Rp8 miliar untuk penanganan. Selain itu, ada juga longsor di Kalurahan/Desa Serut, Gedangsari yang menimpa rumah warga Klaten, Jawa Tengah.
Untuk longsor ini butuh ratusan juta rupiah dalam penanganan. Selain itu, juga ada jalan ambles di Gambarsari di Kalurahan Jurangjero, Ngawen yang butuh perbaikan.
"Saat ini, kami masih berkoordinasi dengan tim anggaran berkaitan dengan penanganan dampak dari bencana hidrometeorologi ini. Hal ini dikarenakan penanganan pascabencana butuh biaya besar dan kerusakan ini juga mengganggu aktivitas masyarakat. Jadi, kami akan berupaya agar segera diperbaiki,” katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul Sumadi di Gunungkidul, Sabtu, mengatakan, berdasarkan data yang masuk di BPBD Gunungkidul, dari Januari sampai saat ini tercatat 257 peristiwa yang berkaitan dengan kebencanaan dengan proyeksi pemulihan dibutuhkan anggaran sekitar Rp15 miliar.
"Saat ini memasuki masa pancaroba. Kami tetap mewaspadai potensi terjadinya bencana. Kami juga mengimbau masyarakat tetap waspada," kata Sumadi.
Menurut dia, tingginya kejadian kebencanaan ini dikarenakan dampak terjadinya cuaca ekstrem yang tersebar di seluruh wilayah.
Total ada 257 kejadian. Adapun rinciannya, sebanyak 154 musibah longsor, banjir di 33 titik, angin kencang ada 48 kejadian, bangunan roboh tiga titik, tanah ambles tersebar di sepuluh lokasi.
Meski ada ratusan peristiwa akibat dampak dari cuaca ekstrem, ia memastikan tidak ada korban jiwa karena hanya mengakibatkan terjadinya kerusakan. Selain itu, juga tidak ada status tanggap darurat guna proses penanganan terhadap dampak yang terjadi.
“Sempat ada wacana, tapi tidak jadi sehingga statusnya tetap siaga darurat bencana,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul Irawan Jatmiko mengatakan pihaknya mengkaji terhadap dampak bencana hidrometeorologi yang terjadi di Gunungkidul.
Adapun hasilnya dibutuhkan biaya sekitar Rp15 miliar untuk pemulihan terhadap kerusakan yang ada.
Menurut dia, dampak terbesar adalah longsor di Kalurahan Tegalrejo, Gedangsari yang membutuhkan anggaran Rp8 miliar untuk penanganan. Selain itu, ada juga longsor di Kalurahan/Desa Serut, Gedangsari yang menimpa rumah warga Klaten, Jawa Tengah.
Untuk longsor ini butuh ratusan juta rupiah dalam penanganan. Selain itu, juga ada jalan ambles di Gambarsari di Kalurahan Jurangjero, Ngawen yang butuh perbaikan.
"Saat ini, kami masih berkoordinasi dengan tim anggaran berkaitan dengan penanganan dampak dari bencana hidrometeorologi ini. Hal ini dikarenakan penanganan pascabencana butuh biaya besar dan kerusakan ini juga mengganggu aktivitas masyarakat. Jadi, kami akan berupaya agar segera diperbaiki,” katanya.