Kulon Progo (ANTARA) - Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lajiyo Yok Mulyono meminta pemerintah setempat memperkuat ketahanan pangan supaya masyarakat tidak mudah terkena kenaikan harga dan kekurangan pangan.
Lajiyo Yok Mulyono di Kulon Progo, Senin, mengatakan dengan adanya Bandara Internasional Yogyakarta dan banyaknya pusat pertumbuhan industri harus didukung ketahanan pangan.
"Bandara Internasional Yogyakarta dan industri berbasis padat karya akan banyak masyarakat dari luar yang akan tinggal di Kulon Progo. Untuk itu, pemkab harus memperkuat ketahanan pangan," kata Lajiyo Yok Mulyono.
Menurut dia, sektor pertanian memilik peranan penting dalam membangun perekonomian nasional dan daerah. Sektor pertanian menjadi sektor yang tidak terkena dampak COVID-19, sehingga menjadi tumpuan ekonomi.
Baca juga: Pemda DIY mendukung penerapan biosaka pertanian untuk kemandirian pangan
"Di Kulon Progo, sektor pertanian masih sangat berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat. Sehingga sektor pertanian harus mendapat perhatian utama," katanya.
Lajiyo Yok Mulyono mengatakan saat ini, lahan pertanian banyak yang beralih fungsi lahan, mulai dari pemanfaatan pembangunan bandara, wisata kuliner seperti di Nanggulan, dan hotel-hotel yang ada di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta.
Menurut dia, Pemkab Kulon Progo melalui Dinas Pertanian harus mencetak sawah baru, mengganti lahan sawah yang sudah banyak didirikan bangunan.
"Cetak sawah baru harus menjadi program utama di Kulon Progo. Jangan sampai ketahanan pangan terganggu dan kekurangan pangan," katanya.
Dia juga mendorong masyarakat manfaatkan lahan kosong pekarangan ditanami sayuran dan tanaman produktif untuk menjaga ketahanan pangan.
"Pemanfaatan lahan dapat memenuhi pangan dan gizi sampai membantu perekonomian keluarga," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha mengatakan pada 2023 ini, Dinas Pertanian dan Pangan mencetak sawah baru 35 hektare dan mengusulkan kembali 35 hektare pada 2024.
"Cetak sawah baru ini dalam rangka mengantisipasi alih fungsi lahan di Kulon Progo," kata Aris.
Ia mengatakan setiap satu hektare lahan cetak sawah baru bisa menghasilkan 6 ton sampai 7 ton per hektare gabah kering panen (gkp). Sehingga dengan cetak sawah baru seluas 35 hektare bisa menambah produksi padi berkisar antara 200 ton hingga 245 ton.
"Sebanyak 200 ton sampai 245 ton ini untuk satu kali masa panen. Di Kulon Progo ini bisa dua kali panen. Sehingga lahan cetak sawah baru ini dalam satu tahun bisa mendukung produksi padi di Kulon Progo antara 400 ton hingga 490 ton. Jumlah ini belum termasuk satu kali panen palawija," katanya.
Lebih lanjut, Aris mengatakan pada tahun ini, pihaknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pengkondisian lahan dan pengkondisian sumber daya petani. Petani di Kulon Progo ini harus diubah pola pikirnya dari lahan kering menjadi petani lahan sawah.
"Kami melakukan pendampingan kepada mereka. Supaya lahan cetak sawah baru ini bisa maksimal produksinya," katanya.
Lajiyo Yok Mulyono di Kulon Progo, Senin, mengatakan dengan adanya Bandara Internasional Yogyakarta dan banyaknya pusat pertumbuhan industri harus didukung ketahanan pangan.
"Bandara Internasional Yogyakarta dan industri berbasis padat karya akan banyak masyarakat dari luar yang akan tinggal di Kulon Progo. Untuk itu, pemkab harus memperkuat ketahanan pangan," kata Lajiyo Yok Mulyono.
Menurut dia, sektor pertanian memilik peranan penting dalam membangun perekonomian nasional dan daerah. Sektor pertanian menjadi sektor yang tidak terkena dampak COVID-19, sehingga menjadi tumpuan ekonomi.
Baca juga: Pemda DIY mendukung penerapan biosaka pertanian untuk kemandirian pangan
"Di Kulon Progo, sektor pertanian masih sangat berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat. Sehingga sektor pertanian harus mendapat perhatian utama," katanya.
Lajiyo Yok Mulyono mengatakan saat ini, lahan pertanian banyak yang beralih fungsi lahan, mulai dari pemanfaatan pembangunan bandara, wisata kuliner seperti di Nanggulan, dan hotel-hotel yang ada di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta.
Menurut dia, Pemkab Kulon Progo melalui Dinas Pertanian harus mencetak sawah baru, mengganti lahan sawah yang sudah banyak didirikan bangunan.
"Cetak sawah baru harus menjadi program utama di Kulon Progo. Jangan sampai ketahanan pangan terganggu dan kekurangan pangan," katanya.
Dia juga mendorong masyarakat manfaatkan lahan kosong pekarangan ditanami sayuran dan tanaman produktif untuk menjaga ketahanan pangan.
"Pemanfaatan lahan dapat memenuhi pangan dan gizi sampai membantu perekonomian keluarga," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha mengatakan pada 2023 ini, Dinas Pertanian dan Pangan mencetak sawah baru 35 hektare dan mengusulkan kembali 35 hektare pada 2024.
"Cetak sawah baru ini dalam rangka mengantisipasi alih fungsi lahan di Kulon Progo," kata Aris.
Ia mengatakan setiap satu hektare lahan cetak sawah baru bisa menghasilkan 6 ton sampai 7 ton per hektare gabah kering panen (gkp). Sehingga dengan cetak sawah baru seluas 35 hektare bisa menambah produksi padi berkisar antara 200 ton hingga 245 ton.
"Sebanyak 200 ton sampai 245 ton ini untuk satu kali masa panen. Di Kulon Progo ini bisa dua kali panen. Sehingga lahan cetak sawah baru ini dalam satu tahun bisa mendukung produksi padi di Kulon Progo antara 400 ton hingga 490 ton. Jumlah ini belum termasuk satu kali panen palawija," katanya.
Lebih lanjut, Aris mengatakan pada tahun ini, pihaknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pengkondisian lahan dan pengkondisian sumber daya petani. Petani di Kulon Progo ini harus diubah pola pikirnya dari lahan kering menjadi petani lahan sawah.
"Kami melakukan pendampingan kepada mereka. Supaya lahan cetak sawah baru ini bisa maksimal produksinya," katanya.