Jakarta (ANTARA) - Modifikasi kendaraan tak melulu khusus penumpang melainkan juga yang sebenarnya diperuntukkan untuk niaga bak Mitsubishi L300 yang yang telah mengaspal di Indonesia sejak 1981 itu.
Ini seperti dilakukan Sudarwanto yang menjabat sebagai Wakil Ketua Eltitusi Gedong Songo (EGS) atau Komunitas pengguna L300 saat ditemui dalam perhelatan Kopdarnas Mitsubishi L300 di kawasan Candi Banyunibo, Yogyakarta pada Minggu (28/5). Dia mengganti warna keseluruhan bodi kendaraan dari semula hitam menjadi merah.
Warna merah ini merupakan lapisan skotlate. Pilihan skotlate yang berkualitas baik tidak akan menempel pada cat sehingga akan memudahkan pemilik bila ingin mengembalikan warna bodi pada kondisi semula.
Bodi kendaraan dia biarkan polos tanpa stiker apapun demi menonjolkan kesan netral dan elegan. Sejumlah stiker hanya dia sempatkan pada bagian kaca depan.
Selain warna, dia juga mengganti bumper bagian depan menjadi lebih ceper demi menambahkan kesan boyish pada kendaraan yang dia beli tahun 2016 itu. Kendati ceper, bumper dilengkapi sistem hidrolik agar kendaraan lebih aman terkena benturan jalan dan kerusakan.
Sistem ini berjalan secara manual. Saat menghadapi kondisi jalan berlubang, pengemudi tinggal mengangkat hidrolik agar bumper tidak membentur jalanan.
Menurut dia, sistem hidrolik pada bumper kendaraan khususnya niaga memerlukan sejumlah pertimbangan termasuk berat muatan. Ini juga menjadi salah satu alasan jarangnya para pengguna L300 seperti dirinya memodifikasi bumper menjadi lebih ceper untuk alasan lain di luar kepentingan kontes.
Dengan kata lain, kendaraan dengan model bumper demikian tak mampu menampung muatan barang yang banyak, sesuai dengan fungsi aslinya.
Walau begitu, pick up model ceper masih bisa dipakai untuk mengangkut beras dan dibawa berkendara relatif jauh misalnya dari Semarang Jawa Tengah ke Pacitan, Jawa Timur yang memiliki jarak tempuh sekitar 210 km.
Selain bumper, Sudawarto juga menambahkan sistem audio yang dilengkapi subwoofer dan televisi untuk kepentingan hiburan.
Bagi dia, upaya modifikasi membutuhkan biaya tak sedikit, apalagi jika dilakukan pada mobil lawas. Sudarwanto harus merogoh kocek sekitar Rp35 jutaan demi memenuhi hasratnya itu.
Kendati begitu, ini dapat meningkatkan harga jual kendaraan. Seorang pembeli pernah menawar L300 kreasi Sudawarto dengan harga Rp175 juta atau lebih tinggi sekitar Rp50 juta dari harga awal saat dibeli.
Modifikasi juga diterapkan pada kendaraan milik Amin Tohari, Sekretaris Komunitas AE Reog Ponorogo (Komunitas pengguna L300).
Mobil niaga yang dia beli tahun 2012 itu dimodifikasi sedemikian rupa antara lain dengan mengganti bumper, menambahkan rak besi di bagian belakang untuk mengangkut ternak, menambahkan audio, televisi di bagian depan, mengganti pelg dan atap kabin.
Sebagai pemanis, Amin menambahkan sejumlah stiker dan salah satunya terletak di kaca pintu kanan dengan tulisan "Mobil Angsuran Bukan Mobil Warisan", yang menurut dia menegaskan dirinya bukan pewaris melainkan perintis.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Butuh kocek berapa untuk modifikasi L300 ?
Ini seperti dilakukan Sudarwanto yang menjabat sebagai Wakil Ketua Eltitusi Gedong Songo (EGS) atau Komunitas pengguna L300 saat ditemui dalam perhelatan Kopdarnas Mitsubishi L300 di kawasan Candi Banyunibo, Yogyakarta pada Minggu (28/5). Dia mengganti warna keseluruhan bodi kendaraan dari semula hitam menjadi merah.
Warna merah ini merupakan lapisan skotlate. Pilihan skotlate yang berkualitas baik tidak akan menempel pada cat sehingga akan memudahkan pemilik bila ingin mengembalikan warna bodi pada kondisi semula.
Bodi kendaraan dia biarkan polos tanpa stiker apapun demi menonjolkan kesan netral dan elegan. Sejumlah stiker hanya dia sempatkan pada bagian kaca depan.
Selain warna, dia juga mengganti bumper bagian depan menjadi lebih ceper demi menambahkan kesan boyish pada kendaraan yang dia beli tahun 2016 itu. Kendati ceper, bumper dilengkapi sistem hidrolik agar kendaraan lebih aman terkena benturan jalan dan kerusakan.
Sistem ini berjalan secara manual. Saat menghadapi kondisi jalan berlubang, pengemudi tinggal mengangkat hidrolik agar bumper tidak membentur jalanan.
Menurut dia, sistem hidrolik pada bumper kendaraan khususnya niaga memerlukan sejumlah pertimbangan termasuk berat muatan. Ini juga menjadi salah satu alasan jarangnya para pengguna L300 seperti dirinya memodifikasi bumper menjadi lebih ceper untuk alasan lain di luar kepentingan kontes.
Dengan kata lain, kendaraan dengan model bumper demikian tak mampu menampung muatan barang yang banyak, sesuai dengan fungsi aslinya.
Walau begitu, pick up model ceper masih bisa dipakai untuk mengangkut beras dan dibawa berkendara relatif jauh misalnya dari Semarang Jawa Tengah ke Pacitan, Jawa Timur yang memiliki jarak tempuh sekitar 210 km.
Selain bumper, Sudawarto juga menambahkan sistem audio yang dilengkapi subwoofer dan televisi untuk kepentingan hiburan.
Bagi dia, upaya modifikasi membutuhkan biaya tak sedikit, apalagi jika dilakukan pada mobil lawas. Sudarwanto harus merogoh kocek sekitar Rp35 jutaan demi memenuhi hasratnya itu.
Kendati begitu, ini dapat meningkatkan harga jual kendaraan. Seorang pembeli pernah menawar L300 kreasi Sudawarto dengan harga Rp175 juta atau lebih tinggi sekitar Rp50 juta dari harga awal saat dibeli.
Modifikasi juga diterapkan pada kendaraan milik Amin Tohari, Sekretaris Komunitas AE Reog Ponorogo (Komunitas pengguna L300).
Mobil niaga yang dia beli tahun 2012 itu dimodifikasi sedemikian rupa antara lain dengan mengganti bumper, menambahkan rak besi di bagian belakang untuk mengangkut ternak, menambahkan audio, televisi di bagian depan, mengganti pelg dan atap kabin.
Sebagai pemanis, Amin menambahkan sejumlah stiker dan salah satunya terletak di kaca pintu kanan dengan tulisan "Mobil Angsuran Bukan Mobil Warisan", yang menurut dia menegaskan dirinya bukan pewaris melainkan perintis.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Butuh kocek berapa untuk modifikasi L300 ?