Gunungkidul (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, mengambil sampel darah 22 warga di Padukuhan Semuluh Lor, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, untuk memeriksa kemungkinan terjadi penularan antraks pada warga di daerah tersebut.
"Pengambilan sampel darah ini untuk mengetahui apakah ada masyarakat yang terkena antraks," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul Sidig Hery Sukoco di Gunungkidul, Kamis.
Ia menyampaikan bahwa pemeriksaan sampel darah dilakukan setelah dua warga dilaporkan mengalami luka kulit serupa gejala antraks.
Temuan kasus itu diduga berkaitan dengan brandu yang dilakukan oleh warga Padukuhan Semuluh Lor pada satu kambing milik warga.
Brandu yakni tradisi warga untuk membeli hewan ternak yang sakit dengan iuran bersama kemudian menyembelihnya dan membagi-bagi dagingnya untuk dikonsumsi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul memeriksa sampel darah warga yang mengalami luka serupa gejala antraks serta 20 orang lain yang ikut mengkonsumsi daging kambing yang di-brandu.
"Sampai saat ini kami masih menunggu hasil uji laboratorium dari sampel darah. Semoga hasilnya negatif semua," kata Sidiq.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan bahwa dua orang yang diduga terserang antraks lukanya berangsur-angsur sembuh.
Dewi mengimbau warga menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta memastikan makanan yang dikonsumsi aman dan sehat agar terhindar dari penularan penyakit.
"Pastikan makanan yang dikonsumsi benar-benar sehat dan tidak terkontaminasi penyakit," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Retno Widiastuti mengatakan, dinas sudah menurunkan petugas untuk menelusuri penularan antraks di Semuluh Lor, termasuk memeriksa sampel tanah di sekitar tempat tinggal warga yang diduga terserang antraks.
Berdasarkan penelusuran petugas, menurut dia, dua warga yang diduga terserang antraks sebelumnya menyembelih kambing dan mengonsumsi dagingnya.
"Untuk kasus di Semuluh Lor belum ada dan sekarang baru dugaan. Untuk kepastian masih menunggu hasil tes. Hingga sekarang juga belum ada laporan ternak mati," katanya.
Antraks tergolong zoonosis, penyakit hewan yang bisa menular ke manusia. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Bacillus anthracis ini umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, dan domba.
Manusia bisa tertular antraks bila melakukan kontak langsung dengan luka terbuka pada hewan ternak yang terinfeksi, menghirup udara yang mengandung spora antraks, atau mengonsumsi daging hewan yang terserang antraks.
"Pengambilan sampel darah ini untuk mengetahui apakah ada masyarakat yang terkena antraks," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul Sidig Hery Sukoco di Gunungkidul, Kamis.
Ia menyampaikan bahwa pemeriksaan sampel darah dilakukan setelah dua warga dilaporkan mengalami luka kulit serupa gejala antraks.
Temuan kasus itu diduga berkaitan dengan brandu yang dilakukan oleh warga Padukuhan Semuluh Lor pada satu kambing milik warga.
Brandu yakni tradisi warga untuk membeli hewan ternak yang sakit dengan iuran bersama kemudian menyembelihnya dan membagi-bagi dagingnya untuk dikonsumsi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul memeriksa sampel darah warga yang mengalami luka serupa gejala antraks serta 20 orang lain yang ikut mengkonsumsi daging kambing yang di-brandu.
"Sampai saat ini kami masih menunggu hasil uji laboratorium dari sampel darah. Semoga hasilnya negatif semua," kata Sidiq.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan bahwa dua orang yang diduga terserang antraks lukanya berangsur-angsur sembuh.
Dewi mengimbau warga menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta memastikan makanan yang dikonsumsi aman dan sehat agar terhindar dari penularan penyakit.
"Pastikan makanan yang dikonsumsi benar-benar sehat dan tidak terkontaminasi penyakit," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Retno Widiastuti mengatakan, dinas sudah menurunkan petugas untuk menelusuri penularan antraks di Semuluh Lor, termasuk memeriksa sampel tanah di sekitar tempat tinggal warga yang diduga terserang antraks.
Berdasarkan penelusuran petugas, menurut dia, dua warga yang diduga terserang antraks sebelumnya menyembelih kambing dan mengonsumsi dagingnya.
"Untuk kasus di Semuluh Lor belum ada dan sekarang baru dugaan. Untuk kepastian masih menunggu hasil tes. Hingga sekarang juga belum ada laporan ternak mati," katanya.
Antraks tergolong zoonosis, penyakit hewan yang bisa menular ke manusia. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Bacillus anthracis ini umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, dan domba.
Manusia bisa tertular antraks bila melakukan kontak langsung dengan luka terbuka pada hewan ternak yang terinfeksi, menghirup udara yang mengandung spora antraks, atau mengonsumsi daging hewan yang terserang antraks.