Gunungkidul (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat di wilayah itu menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan untuk mengantisipasi penyakit leptospirosis.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty di Gunungkidul, Ahad, mengatakan pada Januari sampai Juli ini, di Gunungkidul terdapat 62 kasus leptospirosis.
"Kami mengimbau masyarakat mewaspadai leptospirosis dengan menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan," kata Dewi.
Ia mengatakan dari 62 kasus leptospirosis, tiga diantaranya meninggal dunia.
Penyebaran leptospirosis hampir mirip dengan DBD, yakni potensi penularan meningkat saat musim hujan.
Namun demikian, pada saat kemarau potensi serangan juga ada karena penyebaran juga berkaitan erat dengan kebersihan lingkungan.
Dewi mencatat hingga sekarang sudah ada tiga warga meninggal dunia karena terjangkit penyakit yang salah satunya disebabkan karena air kencing tikus ini.
Menurut dia, tren penyebaran di tahun ini meningkat karena di 2022 hanya ada 31 kasus dalam setahun. Potensi penambahan kasus masih sangat mungkin sehingga masyarakat harus mewaspadai ancaman leptospirosis.
Untuk mengurangi risiko penularan, ia meminta kepada masyarakat untuk terus menjalani pola hidup bersih dan sehat serta rajin berolahraga.
Selain itu, juga terus menjaga kebersihan lingkungan sehingga tidak menjadi sarang persembunyian tikus yang sering kali menjadi penyebab penularan penyakit ini.
"Kalau lingkungan bersih, maka kemunculan tikus bisa ditekan sehingga potensi penularan juga bisa berkurang,” katanya.
Dewi menambahkan potensi penularan tidak hanya berada di lingkungan rumah, tapi juga berada di area persawahan.
Lebih lanjut, Demi meminta kepada masyarakat peternak dan petani saat beraktivitas memakai alat pelindung diri seperti sepatu, sarung tangan hingga baju lengan panjang.
“Untuk pencegahan kami juga akan mengoptimalkan peran dari Satgas One Health yang ada di setiap kapanewon,” katanya.
Anggota Komisi D DPRD Gunungkidul Ari Siswanto mengatakan kasus leptospirosis tetap harus menjadi perhatian serius Pemkab Gunungkidul.
Menurutnya, pencegahan butuh dimaksimalkan sehingga jumlah kasusnya tidak terus bertambah.
“Harus gerak cepat. Apalagi sudah ada korban jiwa. Jangan sampai kasusnya terus bertambah,” katanya.
Menurut dia, sosialisasi pencegahan harus digalakkan karena penyebaran penyakit ini juga berkaitan dengan kebersihan lingkungan.
"Semoga dengan aksi nyata dalam pencegahan membuat penyebaran bisa terkendalikan,” katanya.*
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty di Gunungkidul, Ahad, mengatakan pada Januari sampai Juli ini, di Gunungkidul terdapat 62 kasus leptospirosis.
"Kami mengimbau masyarakat mewaspadai leptospirosis dengan menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan," kata Dewi.
Ia mengatakan dari 62 kasus leptospirosis, tiga diantaranya meninggal dunia.
Penyebaran leptospirosis hampir mirip dengan DBD, yakni potensi penularan meningkat saat musim hujan.
Namun demikian, pada saat kemarau potensi serangan juga ada karena penyebaran juga berkaitan erat dengan kebersihan lingkungan.
Dewi mencatat hingga sekarang sudah ada tiga warga meninggal dunia karena terjangkit penyakit yang salah satunya disebabkan karena air kencing tikus ini.
Menurut dia, tren penyebaran di tahun ini meningkat karena di 2022 hanya ada 31 kasus dalam setahun. Potensi penambahan kasus masih sangat mungkin sehingga masyarakat harus mewaspadai ancaman leptospirosis.
Untuk mengurangi risiko penularan, ia meminta kepada masyarakat untuk terus menjalani pola hidup bersih dan sehat serta rajin berolahraga.
Selain itu, juga terus menjaga kebersihan lingkungan sehingga tidak menjadi sarang persembunyian tikus yang sering kali menjadi penyebab penularan penyakit ini.
"Kalau lingkungan bersih, maka kemunculan tikus bisa ditekan sehingga potensi penularan juga bisa berkurang,” katanya.
Dewi menambahkan potensi penularan tidak hanya berada di lingkungan rumah, tapi juga berada di area persawahan.
Lebih lanjut, Demi meminta kepada masyarakat peternak dan petani saat beraktivitas memakai alat pelindung diri seperti sepatu, sarung tangan hingga baju lengan panjang.
“Untuk pencegahan kami juga akan mengoptimalkan peran dari Satgas One Health yang ada di setiap kapanewon,” katanya.
Anggota Komisi D DPRD Gunungkidul Ari Siswanto mengatakan kasus leptospirosis tetap harus menjadi perhatian serius Pemkab Gunungkidul.
Menurutnya, pencegahan butuh dimaksimalkan sehingga jumlah kasusnya tidak terus bertambah.
“Harus gerak cepat. Apalagi sudah ada korban jiwa. Jangan sampai kasusnya terus bertambah,” katanya.
Menurut dia, sosialisasi pencegahan harus digalakkan karena penyebaran penyakit ini juga berkaitan dengan kebersihan lingkungan.
"Semoga dengan aksi nyata dalam pencegahan membuat penyebaran bisa terkendalikan,” katanya.*