Bantul (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memperoleh program pembangunan sumur dangkal dari Kementerian Pertanian RI sebagai antisipasi kekeringan lahan pertanian dampak kemarau.
"Kami ambil langkah antisipasi membuat sumur ladang, ini dari pusat sudah menawarkan kepada kami walaupun tidak banyak sumur dangkal, untuk antisipasi kekeringan," kata Kepala Bidang (Kabid) Penyuluhan Produksi dan Pengembangan Usaha Pertanian DKPP Kabupaten Bantul Immawan Eko Handriyanto di Bantul, Selasa.
Dia mengatakan, program pembangunan sumur dangkal di areal persawahan tersebut akan direalisasikan di beberapa lokasi kawasan agroindustri, wilayah Bantul yang terdapat areal persawahan dan tanaman pangan, namun membutuhkan suplai irigasi berkelanjutan.
"Sumur ladang itu ada dua, sumur dangkal dan sumur dalam. Kalau dangkal kedalaman sekitar 30 meter, kalau sumur dalam 80 meter ke atas, nah untuk yang ini kemungkinan di tiga lokasi, yaitu Imogiri, Sanden, dan Srandakan," katanya.
Meski demikian, kata dia, rencananya pembangunan sumur ladang di Bantul akan ditambah di lokasi pegunungan lainnya melalui program lainnya, salah satunya lewat program dampak perubahan iklim di Kementerian Pertanian.
"Lewat program dampak perubahan iklim itu katanya bisa, nanti akan kami mintakan ke Ditjen (Direktorat Jenderal) Kementan untuk yang di wilayah Pajangan, tapi kalau yang tiga ini di lokasi area pegunungan," katanya.
Dia menjelaskan, setelah wilayah agroindustri mendapat bantuan sumur ladang, tahap selanjutnya bisa dikembangkan sebagai wilayah agro electrifying atau inovasi elektrifikasi pertanian, yaitu penggunaan pompa berbahan bakar listrik seperti yang diterapkan di wilayah Kretek.
"Kalau di lahan pertanian pantai selatan Kretek itu sudah dicukupi dengan program elektrifikasi, jadi tahapan sumur dulu, kemudian nanti penerapan elektrifikasi pertanian," katanya.
"Kami ambil langkah antisipasi membuat sumur ladang, ini dari pusat sudah menawarkan kepada kami walaupun tidak banyak sumur dangkal, untuk antisipasi kekeringan," kata Kepala Bidang (Kabid) Penyuluhan Produksi dan Pengembangan Usaha Pertanian DKPP Kabupaten Bantul Immawan Eko Handriyanto di Bantul, Selasa.
Dia mengatakan, program pembangunan sumur dangkal di areal persawahan tersebut akan direalisasikan di beberapa lokasi kawasan agroindustri, wilayah Bantul yang terdapat areal persawahan dan tanaman pangan, namun membutuhkan suplai irigasi berkelanjutan.
"Sumur ladang itu ada dua, sumur dangkal dan sumur dalam. Kalau dangkal kedalaman sekitar 30 meter, kalau sumur dalam 80 meter ke atas, nah untuk yang ini kemungkinan di tiga lokasi, yaitu Imogiri, Sanden, dan Srandakan," katanya.
Meski demikian, kata dia, rencananya pembangunan sumur ladang di Bantul akan ditambah di lokasi pegunungan lainnya melalui program lainnya, salah satunya lewat program dampak perubahan iklim di Kementerian Pertanian.
"Lewat program dampak perubahan iklim itu katanya bisa, nanti akan kami mintakan ke Ditjen (Direktorat Jenderal) Kementan untuk yang di wilayah Pajangan, tapi kalau yang tiga ini di lokasi area pegunungan," katanya.
Dia menjelaskan, setelah wilayah agroindustri mendapat bantuan sumur ladang, tahap selanjutnya bisa dikembangkan sebagai wilayah agro electrifying atau inovasi elektrifikasi pertanian, yaitu penggunaan pompa berbahan bakar listrik seperti yang diterapkan di wilayah Kretek.
"Kalau di lahan pertanian pantai selatan Kretek itu sudah dicukupi dengan program elektrifikasi, jadi tahapan sumur dulu, kemudian nanti penerapan elektrifikasi pertanian," katanya.