Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta mulai mempersiapkan langkah mitigasi menghadapi ancaman banjir dan tanah longsor pada musim hujan 2023, di antaranya dengan aktivasi pos pantau banjir dan tanah longsor di sejumlah titik.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bantul Antoni Hutagaol saat dihubungi di Bantul Selasa mengatakan, saat ini pihaknya memang sedang fokus distribusi air bersih ke wilayah kekeringan, sambil mempersiapkan langkah menghadapi potensi banjir dan longsor pada musim hujan yang akan datang.
"Seperti tahun sebelumnya kami siapkan terpal untuk keadaan darurat pada daerah yang dilanda longsor, kami juga siapkan nanti adanya aktivasi pos pantau banjir dan tanah longsor di kelurahan-kelurahan yang rawan banjir dan longsor," katanya.
Dia menjelaskan, berdasarkan data hasil pemetaan BPBD Bantul, setidaknya ada delapan kecamatan yang wilayahnya memiliki potensi banjir dampak hujan dengan intensitas tinggi, yaitu wilayah Bantul, Kretek, Pleret, Pundong, Piyungan, Jetis, Banguntapan dan Imogiri.
"Sedangkan kapanewon (kecamatan) yang berpotensi tinggi terjadi tanah longsor ada tiga, yaitu wilayah Kapanewon Pundong, Imogiri dan Piyungan," katanya.
Karena itu, di wilayah yang rawan banjir dan longsor tersebut nantinya akan diaktivasi pos pantau banjir dan longsor, dengan melibatkan relawan forum pengurangan risiko bencana (FPRB) kelurahan setempat.
"Kami juga sudah melakukan koordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait tentang dibutuhkannya bronjong, anyaman kawat diisi batu untuk memperkuat struktur tebing agar tidak longsor," katanya.
Antoni Hutagaol mengatakan lebih lanjut, kepada masyarakat Bantul yang tinggal di daerah rawan maupun di semua wilayah agar melakukan mitigasi, guna meminimalkan dampak yang diakibatkan dari banjir dan tanah longsor pada musim hujan nanti.
"Kami juga mulai mengimbau ke masyarakat untuk mitigasi persiapan menghadapi banjir dan longsor, di antaranya dengan pemangkasan pohon-pohon yang membahayakan, normalisasi saluran air atau sungai," katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bantul Antoni Hutagaol saat dihubungi di Bantul Selasa mengatakan, saat ini pihaknya memang sedang fokus distribusi air bersih ke wilayah kekeringan, sambil mempersiapkan langkah menghadapi potensi banjir dan longsor pada musim hujan yang akan datang.
"Seperti tahun sebelumnya kami siapkan terpal untuk keadaan darurat pada daerah yang dilanda longsor, kami juga siapkan nanti adanya aktivasi pos pantau banjir dan tanah longsor di kelurahan-kelurahan yang rawan banjir dan longsor," katanya.
Dia menjelaskan, berdasarkan data hasil pemetaan BPBD Bantul, setidaknya ada delapan kecamatan yang wilayahnya memiliki potensi banjir dampak hujan dengan intensitas tinggi, yaitu wilayah Bantul, Kretek, Pleret, Pundong, Piyungan, Jetis, Banguntapan dan Imogiri.
"Sedangkan kapanewon (kecamatan) yang berpotensi tinggi terjadi tanah longsor ada tiga, yaitu wilayah Kapanewon Pundong, Imogiri dan Piyungan," katanya.
Karena itu, di wilayah yang rawan banjir dan longsor tersebut nantinya akan diaktivasi pos pantau banjir dan longsor, dengan melibatkan relawan forum pengurangan risiko bencana (FPRB) kelurahan setempat.
"Kami juga sudah melakukan koordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait tentang dibutuhkannya bronjong, anyaman kawat diisi batu untuk memperkuat struktur tebing agar tidak longsor," katanya.
Antoni Hutagaol mengatakan lebih lanjut, kepada masyarakat Bantul yang tinggal di daerah rawan maupun di semua wilayah agar melakukan mitigasi, guna meminimalkan dampak yang diakibatkan dari banjir dan tanah longsor pada musim hujan nanti.
"Kami juga mulai mengimbau ke masyarakat untuk mitigasi persiapan menghadapi banjir dan longsor, di antaranya dengan pemangkasan pohon-pohon yang membahayakan, normalisasi saluran air atau sungai," katanya.