Kulon Progo (ANTARA) - Ketua Komisi IV DPRD Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Muhtarom Asrori meminta pemerintah setempat segera membuat rencana induk pengembangan kawasan Pantai Congot dan Pasir Kadilangu.
Muhtarom Asrori di Kulon Progo, Senin, mengatakan saat ini Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) telah membangun jembatan merah yang menghubungkan Pantai Congot dan Pasir Kadilangu, sehingga perlu ditindaklanjuti Pemkab Kulon Progo, khususnya Dinas Pariwisata.
"Kami berharap Dinas Pariwisata melakukan koordinasi dengan masyarakat pelaku wisata Pantai Congot dan Pasir Kadilangu, BBWSSO untuk pengembangan pariwisata," kata Muhtarom.
Menurut dia, pembangunan jembatan merah ini sangat baik, tinggal konsep pengembangannya. Untuk itu, diperlukan silaturahim dengan masyarakat di Pasir Mendit-Pasir Kadilangu, dan BBWSSO.
"Kami berharap akan menambah daya tarik wisata dan secara ekonomi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, dan ke depan bisa meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kulon Progo Aris Nugraha saat dikonfirmasi melalui pesan WtatsApp belum menjawab terkait rencana pengembangan Pantai Congot dan Pasir Kadilangu pascapembangunan kawasan penanganan banjir di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta.
Di kawasan tersebut, terdapat jembatan yang menghubungkan Pantai Congot dan Pasir Kadilangu.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito mengatakan pengembangan kawasan wisata mangrove Pasir Kadilangu dan Pasir Mendit dilaksanakan pascapembangunan pemecah ombak penanganan banjir Kawasan Bandara Internasional di Sungai Bogowonto selesai.
Ia mengatakan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak sedang membangun pemecah ombak di muara Sungai Bogowonto. "Kami menunggu pembangunan pemecah ombak jadi," kata Joko Mursito.
Selain itu, lanjut Joko, wisata mangrove ini sebagian besar adalah swadaya masyarakat, tapi kawasannya menjadi binaan Dispar. Dispar tetap memberikan peningkatan kapasitas pengelola mangrove mengikuti diklat.
"Namun, untuk meningkatkan daya tarik, kami harus berkoordinasi dengan petambak udang, dengan kelompok wanita tani hingga pengelola wisata," katanya.
Muhtarom Asrori di Kulon Progo, Senin, mengatakan saat ini Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) telah membangun jembatan merah yang menghubungkan Pantai Congot dan Pasir Kadilangu, sehingga perlu ditindaklanjuti Pemkab Kulon Progo, khususnya Dinas Pariwisata.
"Kami berharap Dinas Pariwisata melakukan koordinasi dengan masyarakat pelaku wisata Pantai Congot dan Pasir Kadilangu, BBWSSO untuk pengembangan pariwisata," kata Muhtarom.
Menurut dia, pembangunan jembatan merah ini sangat baik, tinggal konsep pengembangannya. Untuk itu, diperlukan silaturahim dengan masyarakat di Pasir Mendit-Pasir Kadilangu, dan BBWSSO.
"Kami berharap akan menambah daya tarik wisata dan secara ekonomi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, dan ke depan bisa meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kulon Progo Aris Nugraha saat dikonfirmasi melalui pesan WtatsApp belum menjawab terkait rencana pengembangan Pantai Congot dan Pasir Kadilangu pascapembangunan kawasan penanganan banjir di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta.
Di kawasan tersebut, terdapat jembatan yang menghubungkan Pantai Congot dan Pasir Kadilangu.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito mengatakan pengembangan kawasan wisata mangrove Pasir Kadilangu dan Pasir Mendit dilaksanakan pascapembangunan pemecah ombak penanganan banjir Kawasan Bandara Internasional di Sungai Bogowonto selesai.
Ia mengatakan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak sedang membangun pemecah ombak di muara Sungai Bogowonto. "Kami menunggu pembangunan pemecah ombak jadi," kata Joko Mursito.
Selain itu, lanjut Joko, wisata mangrove ini sebagian besar adalah swadaya masyarakat, tapi kawasannya menjadi binaan Dispar. Dispar tetap memberikan peningkatan kapasitas pengelola mangrove mengikuti diklat.
"Namun, untuk meningkatkan daya tarik, kami harus berkoordinasi dengan petambak udang, dengan kelompok wanita tani hingga pengelola wisata," katanya.