Gunungkidul (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta memeriksa 53 orang di Pedukuhan Kayoman, Kelurahan Serut untuk mengantisipasi meluasnya kasus warga yang suspek antraks di wilayah itu.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty di Gunungkidul, Senin, mengatakan dari 53 warga yang diperiksa, 17 orang diambil sampel darah untuk dikirim ke Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta.
"Sebanyak 17 warga yang diambil sampel darahnya karena berinteraksi dengan ternak yang diduga terjangkit antraks," katanya.
Ia mengatakan 17 warga tersebut bergejala suspek antraks. Namun, yang dirawat di rumah sakit dua orang.
"Petugas sudah melakukan langkah-langkah cepat mengantisipasi penyebaran antraks kepada warga," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul Wibawanti Wulandari mengatakan kronologi kejadian ini bermula saat salah seorang warga Pedukuhan Kayoman membawa pulang kambing yang sudah disembelih dari Sleman pada 24 Februari 2024.
Warga tersebut kemudian sakit. Akan tetapi, pihaknya tidak bisa menjawab lebih lanjut mengenai sakitnya warga tersebut karena ranah Dinas Kesehatan. Pada Kamis (7/3), ternak milik warga tersebut mati dan sempat disembelih.
"Kami belum mengetahui posisi kambing yang dibawa pulang apakah dibeli atau diberikan dari Sleman. Namun, sapi yang disembelih tidak jadi dimakan langsung dikubur, itu kejadian sapi dinihari," katanya.
Dia mengatakan dampak kasus antraks Sleman tersebut, ada tiga ekor kambing dan sapi yang mati.
Wibawanti mengatakan DPKH juga menyiramkan formalin di lokasi penguburan dan lokasi pengulitan hewan ternak yang diduga terkena antraks.
Selain itu, DPKH Gunungkidul memberikan antibiotik dan vitamin kepada hewan ternak yang masih hidup untuk kemudian nantinya divaksinasi.
"Kita memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tidak keluar dulu," kata dia.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty di Gunungkidul, Senin, mengatakan dari 53 warga yang diperiksa, 17 orang diambil sampel darah untuk dikirim ke Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta.
"Sebanyak 17 warga yang diambil sampel darahnya karena berinteraksi dengan ternak yang diduga terjangkit antraks," katanya.
Ia mengatakan 17 warga tersebut bergejala suspek antraks. Namun, yang dirawat di rumah sakit dua orang.
"Petugas sudah melakukan langkah-langkah cepat mengantisipasi penyebaran antraks kepada warga," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul Wibawanti Wulandari mengatakan kronologi kejadian ini bermula saat salah seorang warga Pedukuhan Kayoman membawa pulang kambing yang sudah disembelih dari Sleman pada 24 Februari 2024.
Warga tersebut kemudian sakit. Akan tetapi, pihaknya tidak bisa menjawab lebih lanjut mengenai sakitnya warga tersebut karena ranah Dinas Kesehatan. Pada Kamis (7/3), ternak milik warga tersebut mati dan sempat disembelih.
"Kami belum mengetahui posisi kambing yang dibawa pulang apakah dibeli atau diberikan dari Sleman. Namun, sapi yang disembelih tidak jadi dimakan langsung dikubur, itu kejadian sapi dinihari," katanya.
Dia mengatakan dampak kasus antraks Sleman tersebut, ada tiga ekor kambing dan sapi yang mati.
Wibawanti mengatakan DPKH juga menyiramkan formalin di lokasi penguburan dan lokasi pengulitan hewan ternak yang diduga terkena antraks.
Selain itu, DPKH Gunungkidul memberikan antibiotik dan vitamin kepada hewan ternak yang masih hidup untuk kemudian nantinya divaksinasi.
"Kita memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tidak keluar dulu," kata dia.