Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji menyatakan bahwa Indonesia perlu memiliki cetak biru pendidikan agar kegiatan seperti study tour dapat diatur dengan benar.  

"Kita harus punya cetak biru pendidikan Indonesia, sebenarnya anak-anak Indonesia itu mau dididik seperti apa, prosesnya seperti apa, ini kan selama ini belum jelas, termasuk konsep study tour atau bakti sosial, bisa (dikemas) jadi semacam kuliah kerja nyata (KKN), jadi anak-anak tinggal di desa, hidup dengan warga di sana, itu kan bagian dari pengalaman hidup mereka," ujar Indra saat dihubungi di Jakarta, Minggu. 

Ia juga menegaskan, cetak biru tersebut akan menjadi acuan atau desain utama kurikulum di Indonesia, agar kurikulum tidak terus berganti mengikuti pergantian kepemimpinan, yang di dalamnya juga tentu mengatur tentang widyawisata atau study tour siswa.  

"Jadi study tour itu mesti bisa memberi pengalaman yang kontekstual, perspektif, cakrawala, dan cara pandang yang berbeda bagi siswa, didesain dalam blue print, apa manfaat dan risikonya, dalam blue print tersebut, termasuk bagaimana transportasinya, apakah pemerintah mempersiapkan transportasi yang aman, jangan sampai tujuannya baik tetapi nyawanya harus hilang," paparnya. 

Ia mengemukakan, tragedi kecelakaan bus di Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5), yang menewaskan 11 orang siswa SMK asal Depok, menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk segera membuat cetak biru pendidikan yang memadai.  

"Yang terjadi sekarang kan bisa jadi karena uangnya terbatas, jadi mencari yang murah, jadi berisiko ternyata remnya blong, di cetak biru itu nanti diatur bagaimana mendesain program itu agar aman untuk semua," ucap dia.

Ia juga menyinggung rekomendasi dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada hasil penilaian pelajar internasional atau PISA tahun 2018 yang tidak menyebutkan bahwa Indonesia harus mengganti kurikulum.  


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat: Perlu cetak biru pendidikan agar "study tour" dapat diatur

Pewarta : Lintang Budiyanti Prameswari
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024