Sleman (ANTARA) - Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Kustini Sri Purnomo menyebut bahwa kaum petani merupakan pahlawan dalam ketahanan pangan di wilayah itu karena berjuang untuk terus memproduksi bahan pangan.
"Para petani ini sangat peduli dengan pertanian, petani adalah pahlawan dalam menciptakan ketahanan pangan," kata Kustini saat menghadiri kegiatan tradisi Wiwitan sekaligus panen padi bersama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ngudi Makmur di Padukuhan Siwil, Ngaglik, Selasa.
Menurut dia, kegiatan ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan, khususnya di Kabupaten Sleman. Terlebih dengan adanya El Nino yang turut berdampak terhadap stabilitas pertanian.
"Di Kabupaten Sleman, dengan adanya El Nino, tanah yang tidak bisa digarap karena tidak ada air itu ada 310 hektare," katanya.
Ia mengatakan, guna mengatasi hal tersebut Pemerintah Kabupaten Sleman tengah membuat sumur di sejumlah wilayah guna memenuhi kebutuhan irigasi masyarakat.
"Yang sudah berjalan di Kapanewon (Kecamatan) Prambanan, Berbah dan Kalasan. Bisa menghasilkan 1.500 kubik air per hari," katanya.
Kustini mengatakan, Pemerintah Kabupaten Sleman juga bekerja sama dengan UGM Yogyakarta untuk mempelajari terkait berkurangnya air di "umbul" (mata air).
"Khususnya Umbul Wadon dan Umbul Lanang di kaki Gunung Merapi Umbulharjo Cangkringan, yang diperkirakan akibat aktivitas erupsi Merapi," katanya.
Ia mengatakan, tidak hanya itu saja, masalah ketahanan pangan ini juga diperparah dengan adanya gejolak geopolitik yang terjadi di berbagai negara penghasil gandum.
"Oleh sebab itu perlunya kerja sama dan sinergitas antara pemerintah dan berbagai unsur masyarakat untuk menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Sleman. Kegiatan ini merupakan bentuk bahwa petani dari Gapoktan Ngudi Makmur ini peduli dengan pertanian dan ketahanan pangan," katanya.
"Para petani ini sangat peduli dengan pertanian, petani adalah pahlawan dalam menciptakan ketahanan pangan," kata Kustini saat menghadiri kegiatan tradisi Wiwitan sekaligus panen padi bersama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ngudi Makmur di Padukuhan Siwil, Ngaglik, Selasa.
Menurut dia, kegiatan ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan, khususnya di Kabupaten Sleman. Terlebih dengan adanya El Nino yang turut berdampak terhadap stabilitas pertanian.
"Di Kabupaten Sleman, dengan adanya El Nino, tanah yang tidak bisa digarap karena tidak ada air itu ada 310 hektare," katanya.
Ia mengatakan, guna mengatasi hal tersebut Pemerintah Kabupaten Sleman tengah membuat sumur di sejumlah wilayah guna memenuhi kebutuhan irigasi masyarakat.
"Yang sudah berjalan di Kapanewon (Kecamatan) Prambanan, Berbah dan Kalasan. Bisa menghasilkan 1.500 kubik air per hari," katanya.
Kustini mengatakan, Pemerintah Kabupaten Sleman juga bekerja sama dengan UGM Yogyakarta untuk mempelajari terkait berkurangnya air di "umbul" (mata air).
"Khususnya Umbul Wadon dan Umbul Lanang di kaki Gunung Merapi Umbulharjo Cangkringan, yang diperkirakan akibat aktivitas erupsi Merapi," katanya.
Ia mengatakan, tidak hanya itu saja, masalah ketahanan pangan ini juga diperparah dengan adanya gejolak geopolitik yang terjadi di berbagai negara penghasil gandum.
"Oleh sebab itu perlunya kerja sama dan sinergitas antara pemerintah dan berbagai unsur masyarakat untuk menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Sleman. Kegiatan ini merupakan bentuk bahwa petani dari Gapoktan Ngudi Makmur ini peduli dengan pertanian dan ketahanan pangan," katanya.