Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan agar konsep Satu Kesehatan (One Health) diterapkan secara nyata untuk merespon kasus kematian perdana pada manusia akibat penyakit Flu Burung (H5N2).

"Sehubungan kewaspadaan yang disampaikan WHO tentang meninggalnya kasus pertama akibat penyakit Flu Burung, maka perlu kita ketahui bahwa flu burung adalah salah satu penyakit infeksi yang punya potensi menimbulkan wabah, dan bahkan bukan tidak mungkin menyebar antarnegara," kata Tjandra Yoga di Jakarta, Sabtu.

Ia mendorong agar Indonesia mewujudkan penerapan konsep One Health dalam pelayanan kesehatan yang nyata di lapangan, jangan hanya berupa panduan kebijakan saja.

"One Health adalah kerja bersama kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan," katanya.



Selain itu, kata Tjandra, pendekatan One Health juga perlu diperkuat surveilans lapangan di seluruh pelosok Indonesia untuk mendeteksi kemungkinan adanya varian-varian Flu Burung.

Dilansir dari United States Geological Survey (USGS), tipe Flu Burung terbagi menjadi tiga berdasarkan protein pada pemukaan virusnya yakni Hemagglutinin (HA) yang memiliki 16 subtipe (H1 sampai H16), Neuraminidase (NA) memiliki sembilan subtipe (N1 sampai N9), dan Kombinasi HA dan NA seperti H5N1, H5N2, dan H7N2.

Respons terhadap Flu Burung juga memerlukan partisipasi aktif dalam komunitas kesehatan global untuk memantau dan mengendalikan penyakit tersebut.

Ia mengatakan setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan dunia perlu selalu waspada pada Flu Burung dengan beragam jenisnya.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar sarankan One Health respons kematian manusia akibat Flu Burung

Pewarta : Andi Firdaus
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024