Yogyakarta (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut Inflasi di provinsi ini pada Juli 2024 terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus satu persen.
"Tekanan inflasi DIY tetap terjaga pada rentang sasaran nasional setelah kembali melanjutkan deflasi bulanan sejak Mei 2024," kata Plh Kepala Kantor Perwakilan BI DIY Hermanto melalui keterangan resmi diterima di Yogyakarta, Jumat.
Indeks Harga Konsumen (IHK) DIY merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juli 2024 mengalami deflasi 0,03 persen (month-to-month/mtm) sehingga inflasi kumulatif DIY hingga Juli 2024 tercatat sebesar 0,53 persen (year-to-date/ytd).
Dengan realisasi tersebut, lanjut Hermanto, DIY mengalami inflasi tahunan sebesar 2,16 persen atau lebih rendah dari Juni 2024 yang tercatat 2,35 persen (year-on-year/yoy).
"Perbaikan capaian ini tidak terlepas dari sinergi berbagai upaya pengendalian inflasi oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY dalam program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang semakin solid," kata dia.
Menurut dia, pengendalian harga yang dilakukan TPID DIY hingga Juli 2024 antara lain melalui intensifikasi operasi pasar dan pasar murah sebanyak 158 kali yang diperkuat dengan optimalisasi Kios Segoro Amarto sebagai referensi harga pedagang untuk menjaga daya beli
Ditinjau berdasar komoditas, Hermanto menuturkan deflasi bulanan utamanya didorong oleh terkendalinya harga pangan strategis seperti bawang merah, cabai merah, tomat, buncis, dan bawang putih.
Ia menjelaskan harga komoditas bawang merah melandai karena melimpahnya pasokan di tengah panen raya di Kabupaten Bantul, sementara stok cabai merah mencukupi dari sejumlah daerah pemasok dan akan mencapai puncak panen periode Juli-Agustus 2024.
Ia menuturkan deflasi lebih dalam di DIY tertahan oleh tekanan harga yang berasal dari komoditas cabai rawit, beras, dan emas perhiasan.
"Peningkatan harga cabai rawit disebabkan berkurangnya pasokan dari wilayah pemasok utama yakni Muntilan, sementara harga beras naik akibat berkurangnya pasokan di tengah berakhirnya masa panen raya," kata dia.
Sementara itu, volatilitas harga emas global akibat berlanjutnya ketidakpastian global, menurut Hermanto, turut menekan harga emas perhiasan domestik.
Lebih Ianjut, inflasi kelompok pendidikan yang turut memicu tekanan harga di DIY atara lain biaya sekolah dasar dan sekolah menengah pertama seiring momentum tahun ajaran baru.
"Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan inflasi DIY terus terjaga pada kisaran targetnya," kata dia.
"Tekanan inflasi DIY tetap terjaga pada rentang sasaran nasional setelah kembali melanjutkan deflasi bulanan sejak Mei 2024," kata Plh Kepala Kantor Perwakilan BI DIY Hermanto melalui keterangan resmi diterima di Yogyakarta, Jumat.
Indeks Harga Konsumen (IHK) DIY merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juli 2024 mengalami deflasi 0,03 persen (month-to-month/mtm) sehingga inflasi kumulatif DIY hingga Juli 2024 tercatat sebesar 0,53 persen (year-to-date/ytd).
Dengan realisasi tersebut, lanjut Hermanto, DIY mengalami inflasi tahunan sebesar 2,16 persen atau lebih rendah dari Juni 2024 yang tercatat 2,35 persen (year-on-year/yoy).
"Perbaikan capaian ini tidak terlepas dari sinergi berbagai upaya pengendalian inflasi oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY dalam program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang semakin solid," kata dia.
Menurut dia, pengendalian harga yang dilakukan TPID DIY hingga Juli 2024 antara lain melalui intensifikasi operasi pasar dan pasar murah sebanyak 158 kali yang diperkuat dengan optimalisasi Kios Segoro Amarto sebagai referensi harga pedagang untuk menjaga daya beli
Ditinjau berdasar komoditas, Hermanto menuturkan deflasi bulanan utamanya didorong oleh terkendalinya harga pangan strategis seperti bawang merah, cabai merah, tomat, buncis, dan bawang putih.
Ia menjelaskan harga komoditas bawang merah melandai karena melimpahnya pasokan di tengah panen raya di Kabupaten Bantul, sementara stok cabai merah mencukupi dari sejumlah daerah pemasok dan akan mencapai puncak panen periode Juli-Agustus 2024.
Ia menuturkan deflasi lebih dalam di DIY tertahan oleh tekanan harga yang berasal dari komoditas cabai rawit, beras, dan emas perhiasan.
"Peningkatan harga cabai rawit disebabkan berkurangnya pasokan dari wilayah pemasok utama yakni Muntilan, sementara harga beras naik akibat berkurangnya pasokan di tengah berakhirnya masa panen raya," kata dia.
Sementara itu, volatilitas harga emas global akibat berlanjutnya ketidakpastian global, menurut Hermanto, turut menekan harga emas perhiasan domestik.
Lebih Ianjut, inflasi kelompok pendidikan yang turut memicu tekanan harga di DIY atara lain biaya sekolah dasar dan sekolah menengah pertama seiring momentum tahun ajaran baru.
"Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan inflasi DIY terus terjaga pada kisaran targetnya," kata dia.