Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengintensifkan sosialisasi dan melaksanakan pendampingan kesehatan jiwa anak dan remaja supaya tidak terjerumus pada kenakalan remaja hingga narkoba.
Kepala Dinkes Kulon Progo Sri Budi Utami di Kulon Progo, Rabu, mengatakan anak dan remaja merupakan kelompok yang diharapkan sebagai generasi emas pada tahun 2045, maka harus mendapat perhatian agar terjamin kesehatan jiwanya.
"Mengapa kita harus peduli dengan kesehatan jiwa anak dan remaja?. Hal ini karena sepertiga masalah kesehatan pada dewasa berhubungan dengan kondisi atau perilaku yang dialami pada masa remaja. Sekitar 20 persen remaja akan mengalami gangguan mental seperti depresi, gangguan mood, dan penyalahgunaan obat," kata Sri Budi.
Baca juga: Pemkab Gunungkidul membuat inovasi "tilik warga" program kesehatan jiwa
Riskesdas 2018 di DIY menyebut prevalensi depresi pada anak usia di bawah 15 tahun mencapai 6 persen, gangguan mental emosional mencapai 8 persen, dan hanya 9 persen dari penderita yang mendapatkan pengobatan dengan baik.
Di Jakarta pada 2018, kata dia, 36,5 persen remaja usia 16-18 tahun memiliki ide self-harm (melukai diri). Untuk sebagian besar anak dan remaja, perubahan suasana hati, perasaan, dan perilaku, adalah bagian alami dalam proses perkembangan anak.
"Namun saat perubahan mulai berdampak pada kemampuan berfungsi anak dan remaja setiap hari, maka hal ini sangat berpotensi untuk terjadi gangguan pada kesehatan jiwanya," kata Sri Budi.
Menurutnya, masalah Kesehatan jiwa tidak selalu berkaitan dengan dunia kedokteran, melainkan sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari, misalnya anak suka berkelahi, melawan, gagal dalam sekolah, dan lain-lain.
"Kesehatan jiwa adalah kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual. dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya," kata Sri Budi.
Baca juga: Pemkab Gunungkidul perkuat tim pelaksana kesehatan jiwa atasi gangguan jiwa
Lebih lanjut ia mengatakan beberapa bentuk gangguan Kesehatan jiwa pada anak dan remaja yang paling sering muncul antara lain gangguan cemas yang sering ditandai dengan rasa cemas yang berlebihan, rasa khawatir, rasa ketakutan, rasa tidak tenang, dan panik.
Kemudian, gangguan depresi, ditandai dengan perasaan sedih yang sangat, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi sehingga mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
Selanjutnya, berbagai bentuk kecanduan, antara lain kecanduan narkoba, internet, video game, media sosial, belanja berlebih, hingga gadget.
"Gangguan kejiwaan berat yang sering ditandai dengan menurunnya kemampuan dalam hal perawatan diri, kemampuan komunikasi, kemampuan menilai diri," katanya.
Dia juga mengatakan dalam rangka mencegah permasalahan kesehatan jiwa bagi anak dan remaja di Kulon Progo, maka diakukan sosialisasi tentang pentingnya kesehatan jiwa bagi anak dan remaja untuk anak-anak sekolah dan para guru.
"Dengan sosialisasi ini diharapkan para anak-anak sekolah beserta para guru mampu memahami pengertian kesehatan remaja, gejala-gejalanya, faktor penyebab serta upaya-upaya untuk mencegahnya. Dengan demikian diharapkan kesehatan jiwa bagi anak dan remaja di Kabupaten Kulon Progo dapat terbangun lebih baik lagi," katanya.
Baca juga: Sleman mengoptimalkan pelayanan dan akses kesehatan jiwa masyarakat
Kepala Dinkes Kulon Progo Sri Budi Utami di Kulon Progo, Rabu, mengatakan anak dan remaja merupakan kelompok yang diharapkan sebagai generasi emas pada tahun 2045, maka harus mendapat perhatian agar terjamin kesehatan jiwanya.
"Mengapa kita harus peduli dengan kesehatan jiwa anak dan remaja?. Hal ini karena sepertiga masalah kesehatan pada dewasa berhubungan dengan kondisi atau perilaku yang dialami pada masa remaja. Sekitar 20 persen remaja akan mengalami gangguan mental seperti depresi, gangguan mood, dan penyalahgunaan obat," kata Sri Budi.
Baca juga: Pemkab Gunungkidul membuat inovasi "tilik warga" program kesehatan jiwa
Riskesdas 2018 di DIY menyebut prevalensi depresi pada anak usia di bawah 15 tahun mencapai 6 persen, gangguan mental emosional mencapai 8 persen, dan hanya 9 persen dari penderita yang mendapatkan pengobatan dengan baik.
Di Jakarta pada 2018, kata dia, 36,5 persen remaja usia 16-18 tahun memiliki ide self-harm (melukai diri). Untuk sebagian besar anak dan remaja, perubahan suasana hati, perasaan, dan perilaku, adalah bagian alami dalam proses perkembangan anak.
"Namun saat perubahan mulai berdampak pada kemampuan berfungsi anak dan remaja setiap hari, maka hal ini sangat berpotensi untuk terjadi gangguan pada kesehatan jiwanya," kata Sri Budi.
Menurutnya, masalah Kesehatan jiwa tidak selalu berkaitan dengan dunia kedokteran, melainkan sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari, misalnya anak suka berkelahi, melawan, gagal dalam sekolah, dan lain-lain.
"Kesehatan jiwa adalah kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual. dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya," kata Sri Budi.
Baca juga: Pemkab Gunungkidul perkuat tim pelaksana kesehatan jiwa atasi gangguan jiwa
Lebih lanjut ia mengatakan beberapa bentuk gangguan Kesehatan jiwa pada anak dan remaja yang paling sering muncul antara lain gangguan cemas yang sering ditandai dengan rasa cemas yang berlebihan, rasa khawatir, rasa ketakutan, rasa tidak tenang, dan panik.
Kemudian, gangguan depresi, ditandai dengan perasaan sedih yang sangat, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi sehingga mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
Selanjutnya, berbagai bentuk kecanduan, antara lain kecanduan narkoba, internet, video game, media sosial, belanja berlebih, hingga gadget.
"Gangguan kejiwaan berat yang sering ditandai dengan menurunnya kemampuan dalam hal perawatan diri, kemampuan komunikasi, kemampuan menilai diri," katanya.
Dia juga mengatakan dalam rangka mencegah permasalahan kesehatan jiwa bagi anak dan remaja di Kulon Progo, maka diakukan sosialisasi tentang pentingnya kesehatan jiwa bagi anak dan remaja untuk anak-anak sekolah dan para guru.
"Dengan sosialisasi ini diharapkan para anak-anak sekolah beserta para guru mampu memahami pengertian kesehatan remaja, gejala-gejalanya, faktor penyebab serta upaya-upaya untuk mencegahnya. Dengan demikian diharapkan kesehatan jiwa bagi anak dan remaja di Kabupaten Kulon Progo dapat terbangun lebih baik lagi," katanya.
Baca juga: Sleman mengoptimalkan pelayanan dan akses kesehatan jiwa masyarakat