Yogyakarta (ANTARA) - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Daerah Istimewa Yogyakarta mengusulkan pembentukan crisis center yang bertugas merespons dan mengelola informasi penanganan kebencanaan di wilayah ini secara cepat.
Ketua GIPI DIY Bobby Ardiyanto di Yogyakarta, Rabu, mengatakan crisis center dibutuhkan untuk memberikan kepastian keamanman khususnya bagi para wisatawan yang tengah berlibur di DIY kala terjadi bencana.
"Pemda DIY agar punya satu badan namanya crisis center seperti yang ada di Bali sehingga manajemen informasi mengenai kebencanaan yang mungkin terjadi di wilayah kita segera bisa tertanggapi dengan positif," ujar dia.
Usulan itu ditekankan Bobby mengingat DIY merupakan wilayah dengan banyak potensi bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Apalagi beberapa waktu terakhir berkembang informasi terkait potensi gempa megathrust yang bisa berdampak tsunami ke wilayah ini.
Bobby menuturkan bahwa crisis center yang diusulkan nantinya bisa dimotori oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY dengan menggandeng lintas sektor terkait termasuk unsur industri pariwisata.
Menurut Bobby, sistem operasionalnya dapat mencontoh crisis center yang selama ini sudah ada di Bali dan bertanggung jawab manakala muncul peristiwa bencana di Pulau Dewata itu.
Dia mencontohkan, saat terjadi peristiwa erupsi Gunung Agung di Bali hingga Bandara Internasional Ngurah Rai diputuskan tutup sementara, crisis center dengan sigap melakukan manajemen informasi terkait mitigasi terhadap para wisatawan.
"Siapa berbuat apa untuk semua mitigasi wisatawan yang ada itu clear, mereka bagus sekali. Jadi siapa yang mesti menjemput wisatawan ke bandara untuk kembali ke hotel sebelumnya ada yang bertanggung jawab tanpa dipungut biaya. Itu semua sudah terstruktur di crisis center," kata dia.
Badan tersebut juga diharapkan dapat mengatur pertolongan pertama secara cepat apabila muncul wisatawan yang sakit di sebuah destinasi bekerja sama dengan layanan kesehatan terdekat.
Selain itu crisis center diharapkan meluruskan berbagai arus informasi terkait peristiwa bencana yang simpang siur di wilayah sehingga masyarakat serta wisatawan tidak terjebak mengonsumsi kabar yang tidak benar atau hoaks.
"Kalau informasi tidak terkelola dengan baik pasti akan merugikan karena pariwisata itu sensitif. Misal Merapi erupsi itu kalau tidak ada berita yang membackup, wisatawan akan takut juga masuk ke Yogyakarta," kata dia.
Bobby mengatakan crisis center merupakan tindak lanjut dari komitmen DIY mewujudkan destinasi pariwisata yang bertanggung jawab sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan.
Sebelum membentuk crisis center, ia berharap BPBD DIY bersama pelaku pariwisata di provinsi ini dapat membuat rencana kontingensi bersama mengantisipasi bencana alam yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
"Ini penting karena kita setiap hari ada wisatawan kok sehingga mitigasi ke mereka seperti apa itu bagian dari bagaimana kita menjadi destinasi wisata yang bertanggung jawab," ujar dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: GIPI usul DIY bentuk "crisis center" cepat kelola informasi bencana
Ketua GIPI DIY Bobby Ardiyanto di Yogyakarta, Rabu, mengatakan crisis center dibutuhkan untuk memberikan kepastian keamanman khususnya bagi para wisatawan yang tengah berlibur di DIY kala terjadi bencana.
"Pemda DIY agar punya satu badan namanya crisis center seperti yang ada di Bali sehingga manajemen informasi mengenai kebencanaan yang mungkin terjadi di wilayah kita segera bisa tertanggapi dengan positif," ujar dia.
Usulan itu ditekankan Bobby mengingat DIY merupakan wilayah dengan banyak potensi bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Apalagi beberapa waktu terakhir berkembang informasi terkait potensi gempa megathrust yang bisa berdampak tsunami ke wilayah ini.
Bobby menuturkan bahwa crisis center yang diusulkan nantinya bisa dimotori oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY dengan menggandeng lintas sektor terkait termasuk unsur industri pariwisata.
Menurut Bobby, sistem operasionalnya dapat mencontoh crisis center yang selama ini sudah ada di Bali dan bertanggung jawab manakala muncul peristiwa bencana di Pulau Dewata itu.
Dia mencontohkan, saat terjadi peristiwa erupsi Gunung Agung di Bali hingga Bandara Internasional Ngurah Rai diputuskan tutup sementara, crisis center dengan sigap melakukan manajemen informasi terkait mitigasi terhadap para wisatawan.
"Siapa berbuat apa untuk semua mitigasi wisatawan yang ada itu clear, mereka bagus sekali. Jadi siapa yang mesti menjemput wisatawan ke bandara untuk kembali ke hotel sebelumnya ada yang bertanggung jawab tanpa dipungut biaya. Itu semua sudah terstruktur di crisis center," kata dia.
Badan tersebut juga diharapkan dapat mengatur pertolongan pertama secara cepat apabila muncul wisatawan yang sakit di sebuah destinasi bekerja sama dengan layanan kesehatan terdekat.
Selain itu crisis center diharapkan meluruskan berbagai arus informasi terkait peristiwa bencana yang simpang siur di wilayah sehingga masyarakat serta wisatawan tidak terjebak mengonsumsi kabar yang tidak benar atau hoaks.
"Kalau informasi tidak terkelola dengan baik pasti akan merugikan karena pariwisata itu sensitif. Misal Merapi erupsi itu kalau tidak ada berita yang membackup, wisatawan akan takut juga masuk ke Yogyakarta," kata dia.
Bobby mengatakan crisis center merupakan tindak lanjut dari komitmen DIY mewujudkan destinasi pariwisata yang bertanggung jawab sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan.
Sebelum membentuk crisis center, ia berharap BPBD DIY bersama pelaku pariwisata di provinsi ini dapat membuat rencana kontingensi bersama mengantisipasi bencana alam yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
"Ini penting karena kita setiap hari ada wisatawan kok sehingga mitigasi ke mereka seperti apa itu bagian dari bagaimana kita menjadi destinasi wisata yang bertanggung jawab," ujar dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: GIPI usul DIY bentuk "crisis center" cepat kelola informasi bencana