Yogyakarta (ANTARA) - Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Mei Neni Sitaresmi memastikan vaksin Japanese Encephalitis (JE) aman untuk mencegah penyakit radang otak yang disebabkan oleh virus JE.
Mei di UGM, Yogyakarta, Rabu, mengatakan vaksin JE masuk kategori obat yang standar keamanannya paling tinggi.
"Sebelum diberikan kepada masyarakat, vaksin telah melalui serangkaian penelitian dan uji coba yang panjang," ujar dia.
Mei menerangkan penyakit JE disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis yang umumnya terdapat di babi dan bangau putih yang lazim dijumpai di sawah.
Kemudian, nyamuk Culex menggigit hewan tersebut dan virus ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk tersebut.
Virus yang masuk ke tubuh manusia bisa menimbulkan gejala layaknya infeksi lain seperti demam, badan lesu, nyeri otot dan lain-lain.
Pada kelompok yang berisiko tinggi, kata Mei, infeksi virus itu akan menimbulkan gejala yang serius seperti pusing yang menyebabkan anak terus-terusan rewel, muntah-muntah hingga kejang dan penurunan kesadaran.
"Jika seseorang sampai di fase gejala serius tersebut, angka kematian penyakit ini tinggi dan tidak ada obatnya," ujar dia.
Karena itu, Mei menyebut program vaksinasi JE yang dicanangkan pemerintah sejak 3 September hingga 31 Oktober 2024 bagi anak usia 9 bulan hingga 15 tahun amat penting karena anak di rentang usia tersebut belum memiliki sistem kekebalan tubuh sebaik orang dewasa.
Dia mengajak masyarakat Yogyakarta mengikuti vaksinasi JE ini selagi menjadi program pemerintah, sehingga dapat diperoleh secara gratis.
Meski demikian, Mei menegaskan bahwa vaksin bukan satu-satunya langkah pencegahan dari penyakit JE, melainkan perlu didukung perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Karena penyakit ini ditularkan oleh nyamuk, maka pastikan lingkungan harus bebas dari nyamuk," ujar dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Guru Besar UGM pastikan vaksin JE aman untuk cegah radang otak
Mei di UGM, Yogyakarta, Rabu, mengatakan vaksin JE masuk kategori obat yang standar keamanannya paling tinggi.
"Sebelum diberikan kepada masyarakat, vaksin telah melalui serangkaian penelitian dan uji coba yang panjang," ujar dia.
Mei menerangkan penyakit JE disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis yang umumnya terdapat di babi dan bangau putih yang lazim dijumpai di sawah.
Kemudian, nyamuk Culex menggigit hewan tersebut dan virus ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk tersebut.
Virus yang masuk ke tubuh manusia bisa menimbulkan gejala layaknya infeksi lain seperti demam, badan lesu, nyeri otot dan lain-lain.
Pada kelompok yang berisiko tinggi, kata Mei, infeksi virus itu akan menimbulkan gejala yang serius seperti pusing yang menyebabkan anak terus-terusan rewel, muntah-muntah hingga kejang dan penurunan kesadaran.
"Jika seseorang sampai di fase gejala serius tersebut, angka kematian penyakit ini tinggi dan tidak ada obatnya," ujar dia.
Karena itu, Mei menyebut program vaksinasi JE yang dicanangkan pemerintah sejak 3 September hingga 31 Oktober 2024 bagi anak usia 9 bulan hingga 15 tahun amat penting karena anak di rentang usia tersebut belum memiliki sistem kekebalan tubuh sebaik orang dewasa.
Dia mengajak masyarakat Yogyakarta mengikuti vaksinasi JE ini selagi menjadi program pemerintah, sehingga dapat diperoleh secara gratis.
Meski demikian, Mei menegaskan bahwa vaksin bukan satu-satunya langkah pencegahan dari penyakit JE, melainkan perlu didukung perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Karena penyakit ini ditularkan oleh nyamuk, maka pastikan lingkungan harus bebas dari nyamuk," ujar dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Guru Besar UGM pastikan vaksin JE aman untuk cegah radang otak