Yogyakarta (ANTARA) - Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Gesing, Kelurahan Girikarto, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, segera diresmikan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Oktober 2024.
Koordinator Hubungan Masyarakat Pemda DIY Ditya Nanaryo Aji dalam keterangannya di Yogyakarta, Selasa, menuturkan peresmian pelabuhan itu sempat mundur dari target awal lantaran muncul sumber air tawar dan bebatuan di bawah sumber air tersebut yang sulit dihancurkan.
"Tapi semua sudah teratasi dan semoga setelah diresmikan bisa memenuhi harapan masyarakat dan target Pemda DIY," ujar Ditya.
Ditya mengatakan pelabuhan yang dibangun sejak awal 2022 itu diproyeksikan menjadi pelabuhan perikanan berbasis pariwisata.
Menurut dia, untuk membangun pelabuhan terbesar kedua di Gunungkidul itu, Pemda DIY telah menggelontorkan anggaran mencapai Rp152,48 miliar dari Dana Keistimewaan.
Pembangunan dilakukan di atas lahan seluas 54.445 meter persegi yang terdiri atas 46.445 meter persegi tanah milik Pemda DIY dan 8.000 meter persegi tanah milik Kasultanan Yogyakarta atau Sultan Ground (SG).
Ditya menjelaskan pembangunan PPI Gesing pada tahap pertama menitikberatkan pada pembangunan zona inti terlebih dahulu.
Pengerjaan ini meliputi kolam dan dermaga, jalan, seawall, gedung TPI, sarana MCK umum, power house, musala, gedung pengepakan ikan, pos jaga, bangunan persampahan, bangunan penyimpanan bahan bakar, tempat parkir, dan pengerjaan gapura pintu masuk.
Pada pembangunan kolam dermaga PPI Gesing, luas kolam yang dibangun adalah seluas 1,36 hektare dengan kedalaman 3,5 meter dari surut terendah air laut.
Menurut Ditya, kolam tersebut diperuntukkan bagi perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor dengan ukuran sampai dengan 30 gross ton (GT).
"Kolam PPI Gesing akan menampung kapal sekoci 10 GT sampai 30 GT sebanyak 40 kapal, serta perahu motor tempel sebanyak 100 PMT," ujar Ditya.
Di pelabuhan itu, kapasitas produksi untuk PMT diproyeksikan mencapai 1.600 ton per tahun, sedangkan kapasitas produksi kapal 10-30 GT sebesar 4.320 ton per tahun.
Dengan begitu, estimasi total nilai produksi dari PPI Gesing adalah sebesar Rp88,80 miliar per tahun dengan estimasi rata-rata harga penjualan ikan Rp15 ribu per kilogram.
"Pelabuhan diharapkan mampu menyumbang 5.000 ton ikan tangkap per tahun. Nantinya, PPI Gesing akan saling mengisi dengan pelabuhan Sadeng di Kapanewon (Kecamatan) Girisubo," kata dia.
Pantai Gesing, menurut Ditya, dipilih sebagai lokasi pembangunan pelabuhan karena berbagai keunggulan, salah terdapat teluk yang menghadap ke sisi tenggara Samudera Hindia sehingga gelombang yang masuk tidak langsung ke pantai.
Di ujung teluknya terdapat dua bukit yang berfungsi sebagai penahan gelombang alami sehingga gelombang dan arus air laut yang masuk ke pantai menjadi rendah karena sudah melalui proses pemecahan gelombang di ujung teluk.
Menurut Ditya, hasil studi rencana induk menyebutkan sedimen dasar di Teluk Gesing didominasi sedimen pasir halus dan campuran pasir kasar serta pecahan karang dengan laju pengendapan yang rendah.
"Sedimen dasar yang ada di perairan Gesing dikategorikan rendah sehingga potensi penutupan alur pelayaran di pintu masuk akibat sedimentasi kecil," ujar dia.
Koordinator Hubungan Masyarakat Pemda DIY Ditya Nanaryo Aji dalam keterangannya di Yogyakarta, Selasa, menuturkan peresmian pelabuhan itu sempat mundur dari target awal lantaran muncul sumber air tawar dan bebatuan di bawah sumber air tersebut yang sulit dihancurkan.
"Tapi semua sudah teratasi dan semoga setelah diresmikan bisa memenuhi harapan masyarakat dan target Pemda DIY," ujar Ditya.
Ditya mengatakan pelabuhan yang dibangun sejak awal 2022 itu diproyeksikan menjadi pelabuhan perikanan berbasis pariwisata.
Menurut dia, untuk membangun pelabuhan terbesar kedua di Gunungkidul itu, Pemda DIY telah menggelontorkan anggaran mencapai Rp152,48 miliar dari Dana Keistimewaan.
Pembangunan dilakukan di atas lahan seluas 54.445 meter persegi yang terdiri atas 46.445 meter persegi tanah milik Pemda DIY dan 8.000 meter persegi tanah milik Kasultanan Yogyakarta atau Sultan Ground (SG).
Ditya menjelaskan pembangunan PPI Gesing pada tahap pertama menitikberatkan pada pembangunan zona inti terlebih dahulu.
Pengerjaan ini meliputi kolam dan dermaga, jalan, seawall, gedung TPI, sarana MCK umum, power house, musala, gedung pengepakan ikan, pos jaga, bangunan persampahan, bangunan penyimpanan bahan bakar, tempat parkir, dan pengerjaan gapura pintu masuk.
Pada pembangunan kolam dermaga PPI Gesing, luas kolam yang dibangun adalah seluas 1,36 hektare dengan kedalaman 3,5 meter dari surut terendah air laut.
Menurut Ditya, kolam tersebut diperuntukkan bagi perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor dengan ukuran sampai dengan 30 gross ton (GT).
"Kolam PPI Gesing akan menampung kapal sekoci 10 GT sampai 30 GT sebanyak 40 kapal, serta perahu motor tempel sebanyak 100 PMT," ujar Ditya.
Di pelabuhan itu, kapasitas produksi untuk PMT diproyeksikan mencapai 1.600 ton per tahun, sedangkan kapasitas produksi kapal 10-30 GT sebesar 4.320 ton per tahun.
Dengan begitu, estimasi total nilai produksi dari PPI Gesing adalah sebesar Rp88,80 miliar per tahun dengan estimasi rata-rata harga penjualan ikan Rp15 ribu per kilogram.
"Pelabuhan diharapkan mampu menyumbang 5.000 ton ikan tangkap per tahun. Nantinya, PPI Gesing akan saling mengisi dengan pelabuhan Sadeng di Kapanewon (Kecamatan) Girisubo," kata dia.
Pantai Gesing, menurut Ditya, dipilih sebagai lokasi pembangunan pelabuhan karena berbagai keunggulan, salah terdapat teluk yang menghadap ke sisi tenggara Samudera Hindia sehingga gelombang yang masuk tidak langsung ke pantai.
Di ujung teluknya terdapat dua bukit yang berfungsi sebagai penahan gelombang alami sehingga gelombang dan arus air laut yang masuk ke pantai menjadi rendah karena sudah melalui proses pemecahan gelombang di ujung teluk.
Menurut Ditya, hasil studi rencana induk menyebutkan sedimen dasar di Teluk Gesing didominasi sedimen pasir halus dan campuran pasir kasar serta pecahan karang dengan laju pengendapan yang rendah.
"Sedimen dasar yang ada di perairan Gesing dikategorikan rendah sehingga potensi penutupan alur pelayaran di pintu masuk akibat sedimentasi kecil," ujar dia.