Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mengimbau masyarakat di wilayah ini meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada musim hujan.
"Secara faktor risiko, penyakit yang perlu diwaspadai saat musim hujan memang salah satunya DBD, karena banyak genangan air yang bila tidak dibuang airnya berpotensi menjadi tempat bertelur nyamuk," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Jumat.
Berdasarkan data Dinkes Kota Yogyakarta sejak Januari hingga Oktober 2024 tercatat sebanyak 238 kasus DBD. Angka tersebut mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 sebanyak 88 kasus.
Menurut Endang, sebagian besar pasien DBD adalah anak-anak, meskipun pasien DBD yang menjalani rawat inap di rumah sakit seluruhnya telah dinyatakan sembuh.
Sebaran kasus DBD pada tahun ini paling banyak ditemukan di Kelurahan Sorosutan mencapai 17 kasus, disusul Kelurahan Kricak 15 kasus, dan Wirogunan 14 kasus.
Untuk mencegah kasus meluas, Endang mengimbau masyarakat melakukan pencegahan DBD dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Masyarakat juga perlu menerapkan 4M Plus yaitu menguras bak mandi dan tempat penampungan air, menutupnya agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, memantau jentik nyamuk, dan mengubur barang bekas.
Menurut dia, Dinkes Kota Yogyakarta juga melakukan inovasi bekerja sama dengan Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui teknologi nyamuk ber-Wolbachia.
"Jurus terakhir adalah fogging' sesuai prosedur operasi standar (SOP) yaitu jika terjadi penularan berdasarkan penyelidikan epidemiologi," ujar Endang.
Kepala Puskesmas Umbulharjo I Yunita Haryanti mengatakan penanganan dan pengendalian DBD di wilayahnya dilakukan dengan mengedukasi pencegahan secara langsung kepada masyarakat di wilayah.
"Kami juga memanfaatkan media sosial untuk edukasi melalui konten ataupun infografis. Selain itu juga dilakukan abatisasi atau pemberian serbuk Abate pada tempat-tempat yang digenangi air untuk membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti dan mencegah wabah DBD," kata dia.
"Secara faktor risiko, penyakit yang perlu diwaspadai saat musim hujan memang salah satunya DBD, karena banyak genangan air yang bila tidak dibuang airnya berpotensi menjadi tempat bertelur nyamuk," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Jumat.
Berdasarkan data Dinkes Kota Yogyakarta sejak Januari hingga Oktober 2024 tercatat sebanyak 238 kasus DBD. Angka tersebut mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 sebanyak 88 kasus.
Menurut Endang, sebagian besar pasien DBD adalah anak-anak, meskipun pasien DBD yang menjalani rawat inap di rumah sakit seluruhnya telah dinyatakan sembuh.
Sebaran kasus DBD pada tahun ini paling banyak ditemukan di Kelurahan Sorosutan mencapai 17 kasus, disusul Kelurahan Kricak 15 kasus, dan Wirogunan 14 kasus.
Untuk mencegah kasus meluas, Endang mengimbau masyarakat melakukan pencegahan DBD dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Masyarakat juga perlu menerapkan 4M Plus yaitu menguras bak mandi dan tempat penampungan air, menutupnya agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, memantau jentik nyamuk, dan mengubur barang bekas.
Menurut dia, Dinkes Kota Yogyakarta juga melakukan inovasi bekerja sama dengan Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui teknologi nyamuk ber-Wolbachia.
"Jurus terakhir adalah fogging' sesuai prosedur operasi standar (SOP) yaitu jika terjadi penularan berdasarkan penyelidikan epidemiologi," ujar Endang.
Kepala Puskesmas Umbulharjo I Yunita Haryanti mengatakan penanganan dan pengendalian DBD di wilayahnya dilakukan dengan mengedukasi pencegahan secara langsung kepada masyarakat di wilayah.
"Kami juga memanfaatkan media sosial untuk edukasi melalui konten ataupun infografis. Selain itu juga dilakukan abatisasi atau pemberian serbuk Abate pada tempat-tempat yang digenangi air untuk membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti dan mencegah wabah DBD," kata dia.